Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerindra Letih Gara-gara Teman Sendiri, Ndro

8 Juni 2019   19:10 Diperbarui: 9 Juni 2019   07:27 3432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andre Rosiade dan Capres Paslon 02 | Foto: wartaekonomi.co.id

Garang pada masa awal. Begitu kondisi kubu KMP. Ada "bom waktu" yang tiba-tiba meledak sehingga fondasi koalisi retak. Tiga partai politik pendukung KMP hengkang. Kemudian, ketiga-tiganya bergabung dengan KIH untuk mendukung pemerintah. Ketiga partai tersebut adalah PAN, PG, dan PPP. KMP praktis tinggal dihuni oleh Gerindra dan PKS. 

Dari hari ke hari, tekanan oposisi atas pemerintah melemah. KMP lamban dalam mempersoalkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggap berlawanan dengan visi partai-partai oposisi atau bertentangan dengan kepentingan rakyat. 

Belakangan, beberapa elite oposisi malah cenderung menjadi "Parlemen Media Sosial". Gejala ini setidaknya diwakili oleh Fadli Zon (Gerindra) dan Fahri Hamzah (mantan petinggi PKS).

Pengalaman Bersama Mantan
Namun, jangan dikira Gerindra pendendam. Mereka sangat pemaaf.

Golkar dan PPP memang seperti mantan yang tidak tahu jalan pulang, tetapi PAN akhirnya menjadi laksana cinta lama yang bersemi kembali. PAN bergabung dengan Koalisi Adil Makmur untuk mengusung Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019.

Adapun Partai Demokrat, semula bagaikan gebetan yang diam-diam ditaksir dari kejauhan, juga memutuskan bergabung dengan Koalisi Adil Makmur. Koalisi ini dari luar tampak gagah dan megah. Gerindra, PAN, dan PD dalam balutan nasionalisme, sementara PKS dalam balutan agamaisme.

Sayang sekali, Gerindra selaku "pemimpin geng" KAM sepertinya gamang. Pada satu sisi terlihat terlalu percaya kepada teman, pada sisi lain sangat protektif melindungi kepentingan sendiri. Persis bermain lepas tangkap, dilepas sendiri ditangkap sendiri. Mari kita kupas satu -satu.

Terlalu percaya kepada teman. Sudah tahu PAN pernah menelikung dan menyeberang ke kubu lawan, tetap saja diterima dan dipercaya sepenuh hati untuk bergabung dengan koalisi. Rasanya seperti menerima mantan yang pernah atau bahkan berkali-kali menyakiti. 

Akibatnya fatal. Gejala PAN bakal kembali menikam dari belakang mulai terlihat. Ketum PAN, sekaligus Ketua MPR, tampak asyik berhaha-hihi dengan Presiden Jokowi dalam sebuah acara di Istana Negara.

Interaksi sosial negatif karena hubungan pertemanan yang buruk sebenarnya berbahaya bagi kesehatan pikiran. Ujung-ujungnya memicu psikosomatik, lalu mengancam kesehatan fisik. Jika PAN benar-benar bergabung dengan kubu Jokowi, Gerindra akan merasa bagaikan menderita kadas dan kurap. Malunya tak seberapa, gatalnya yang tidak terkira.

Sejatinya, pertemanan buruk dapat mengatrol kadar protein yang menyebabkan peradangan. Bahkan, menurut riset yang dikabarkan CBS New York, interaksi sosial negatif gara-gara hubungan pertemanan buruk dapat memicu penyakit jantung, diabetes, dan kanker. Sungguh mengerikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun