Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Krisis Air Asia 2050, Indonesia Tidak Terpengaruh

17 Juni 2017   17:33 Diperbarui: 17 Juni 2017   21:07 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya berfoto dari dalam bangunan di tepi embung Haekrit Belu tahun 2014. Embung ini juga terancam pendangkalan tiap tahun (Foto:Dokpri)

Indonesia tidak akan berdampak apapun terkait krisis air di benua Asia tahun 2050. Pasalnya Indonesia ialah negara kepulauan terluas di dunia. Ada banyak air yang mengelilingi kepulauan Nusantara. Bila mendesak, mungkin air lautan pun bisa diolah menjadi sumber air tawar. Potensi air tawar dari lautan memiliki kandungan sama seperti air daratan karena Indonesia hanya dikenal 2 musim, yakni musim hujan dan musim kemarau.

Perubahan iklim akan menyebabkan krisis air di Asia tahun 2050. Akibat perubahan iklim, ketersediaan air menjadi hal langkah dan 1 Milyar orang yang mengalami resiko stress air 35 tahun ke depan. Bagaimana kita bandingkan dengan wilayah Indonesia? Apakah Indonesia akan terkena krisis air ahun 2050 di Asia?

Indonesia patut mendapatkan tempat dalam pembicaraan terkait perubahan iklim dunia (climate change) selain itu akibat pertumbuhan populasi manusia (growth). Dua masalah di atas merupakan penyebab krisis air Asia tahun 2050. Tapi tunggu dahulu, bila kita menggunakan alat teropong climate change dan growth, tampaknya Indonesia tidak bisa dikategorikan masuk sebagai negara yang akan mengalami krisis air di Asia tahun 2050. Jumlah industri belum mengancam adanya krisis air, demikianpun pertumbuhan jumlah penduduk. Perubahan iklim lebih banyak disebabkan faktor kebakaran hutan dan lahan gambut. Akan tetapi perubahan iklim dan jumlah penduduk tak bisa diabaikan dalam mempengaruhi krisis air.

Secara realistis, climate change akan berdampak negatif pada 2 negara yakni China karena di China pertumbuhan industrinya sangat meningkat dengan cepat. Bahaya pemanasan global akan sangat tinggi di China karena pengeoperasian mesin-mesin yang mengeluarkan gas-gas berbahaya, misalnya gas CO2 (Carbondioksida) sangat tinggi. Dengan memiliki daratan hampir mencapai 100%, China menjadi negara yang akan sangat terkena dampak dari climate change yang mengakibatkan krisis air tahun 2050. Selain China ialah India. India akan terkena dampak krisis air bukan karena climate change namun karena growth atau pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk di India sangat tinggi dan jumlah penduduknya juga besar dengan daerah meliputi daratan saja, India terancam kekurangan air di tahun 2050.

Indonesia tidak akan mengalami krisis air tahun 2050 sebab faktor pemanasan global akibat climate change tidak separah China dan faktor pertumbuhan penduduk tidak tinggi separah India, namun bagaimanapun tetap dicari solusi terhadap krisis ketersediaan air setiap tahun. Daerah Indonesia dilanda musim kemarau yang berkepanjangan dan ancaman banjir tahunan yang parah, teristimewa kawasan Timor-NTT.

Embung dan Bendungan di Timor-NTT Terancam Akan Tertutup Lumpur

Puluhan Embung dan Bendungan di Timor-NTT tidak menjamin untuk menyediakan suplay air dalam waktu yang lama. Biasanya embung dan bendungan akan mengalami pendangkalan dan akhirnya mungkin tidak berfungsi sama sekali sekitar 20-30 tahun kemudian. Untuk mencegah proses pendangkalan, perlu usaha pengambilan lumpur tahunan, dan tentu hal ini butuh tenaga dan biaya amat besar. Sebab embung dan bendungan tiap tahun mengalami pendangkalan dan terancam ditutupi oleh lumpur yang dibawa oleh banjir selama musim hujan. Jadi embung dan bendungan di Timor-NTT rentan ditutupi lumpur bawaan dari banjir. Setiap tahun terjadi penutupan kedalaman embung sekian meter. Bahkan banyak embung dan bendungan tidak bisa dikatakan embung dan bendungan lagi karena telah ditutupi oleh lumpur dan terancam rata kembali. 

Embung Sirani tahun 2014 tak luput dari ancaman pendangkalan tiap tahun (Foto:Dokpri)
Embung Sirani tahun 2014 tak luput dari ancaman pendangkalan tiap tahun (Foto:Dokpri)
Meskipun berbiaya mahal, tapi masa operasi embung dan bendungan relatif tidak lama sebab terancam ditutupi lumpur bawaan dari banjir. Ketersediaan sumber air di Timor-NTT lebih banyak hanya sebatas untuk MCK yang mengandalkan air sungai, sumber mata air dan sumur-sumur. Jadi ketersediaan air terbatas, belum melimpah untuk kebutuhan-kebutuhan lain misalnya penghijauan, pertanian, perkebunan, dll. Harapan untuk penyediaan air dalam jumlah besar datang dari bendungan dan embung, hanya saja embung dan bendungan memang menjamin menyediakan air dalam jumlah besar namun dalam masa pakainya terancam proses pendangkalan oleh lumpur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun