Renungan
Perikop ini menyadarkan kita orang beriman bahwa beramal, memberi derma dan mempraktekkan kebajikan selama kita hidup di dunia ini adalah kebutuhan mendesak dan kewajiban iman. Sebab hidup kita di dunia ini hanya bersifat sementara saja. Sedang hidup di akhirat bersifat abadi.Â
Jaminan hidup bahagia di akhirat adalah dengan beramal dan membuat banyak kebajikan selama hidup.
Saat pengadilan akhirat, ketika keputusan dijatuhkan, kita tidak lagi didengarkan. Hanya amal dan kebajikan yang telah kita praktekkan semasa kita hidup menjadi faktor penentu kita meraih kebahagiaan abadi.
Sekarang ini, banyak orang kaya menikmat kemajuan ekonomi di dunia. Mereka yang sedang berada di puncak kesenangan mempraktekkan gaya hidup boros dan mewah. Bagi mereka, hidup adalah pesta-pesta di rumah-rumah mewah yang dijaga ketat.
Sebaliknya, berjuta-juta orang miskin berbalut luka, menahan lapar dan berbaring di antara anjing-anjing. Mereka menderita kelaparan, kurang pendidikan, tanpa rumah, tanpa pakaian, hidup di rumah kumuh dan terpinggirkan dari kemajuan zaman.
Ketika orang-orang kaya dan orang-orang miskin mati, nasib mereka di akhirat berbalik.
Karena Tuhan Allah adalah Allah Yang Maha Adil dan Maha Belas Kasih. Â Kasih dan belas kasih dari Tuhan Allah adalah murni.
Orang-orang miskin langsung dibawa ke kerajaan Allah. Sementara orang-orang kaya harus menanggung rasa sakit penderitaan untuk pertobatan.
Ini adalah cara kerja pemeliharaan Tuhan Allah Yang Maha Adil dan misterius. Orang-orang kaya menganggap orang-orang miskin sebagai pelayan mereka.Â
Dua kali dalam kisah ini, orang kaya meminta Tuhan Allah mengutus orang miskin untuk melaksanakan tugas membantunya. Namun permintaan egois dari orang kaya itu tidak dihargai oleh Tuhan Allah.