Anak-anak paman Ose, Piet dan Ignas yang telah kawin mendirikan rumah-rumah kecil tempat keluarga mereka tinggal di sekitar rumah kakek-nenek termasuk pada lokasi bekas kandang sapi kakekku itu. Saya katakan kawin karena di desa, kawin itu artinya hanya kawin atas restu adat dan belum menikah resmi di gereja karena belis belum kelar. Jumlah keluarga kakek-nenek kian tahun kian bertambah dengan cicit-cicit baru.
Seperti suasana di desa, mayoritas mereka hanya tamat SD, bahkan lupa huruf. Karena saban hari mereka tidak bergaul dengan huruf-huruf lagi selepas tamat SD. Jadi saya tidak bisa berdiskusi tentang artikel-artikel dan buku-buku saya dengan mereka.
Berbicara tentang ternak sapi, suami adik mama paling terkenal karena punya banyak sapi sejak dahulu. Paman itu memiliki sekitar 30 ekor sapi di kandang. Prestise sosial dalam keluarga meningkat. Ia bangun pagi-pagi buta untuk memasak dan membuat kopi lalu membawa pergi untuk bekal menggembala sapi sepanjang hari. Kalau lapar ia memasak sendiri di kebunnya.Â
Ya, ia memasak nasi dengan sayuran yang dipetiknya di kebun sendiri. Makanannya lumayan bergizi. Sore hari sebelum pulang ke kandang bersama sapi-sapi gembalaannya, kadang-kadang ia mandi di telaga air dekat kebun. Air telaga rasanya sejuk menyegarkan. Meskipun ia menggembala sapi namun ia selalu memperhatikan kebersihan diri dan pakaian.
Waktu aku masih kecil hewan-hewan sapi itu kakek gunakan sebagai tenaga menginjak tanah sawah agar bisa diolah jadi tempat menanam bibit padi. Caranya dengan membawa hewan-hewan itu berjalan berulang-ulang dalam sawah yang berlumpur. Istilahnya merencah sawah. Hasilnya bagus namun sesudah itu banyak sapi menderita cedera bahkan mati. Sekarang semua petani sawah sudah menggunakan traktor yang modern dan cepat.
Siapa bilang di desa-desa suasana kedamaian lebih terasa? Dari dahulu desa-desa di Timor tidak aman karena ancaman para perampok atau pencuri. Pencuri merupakan ancaman paling ditakuti penduduk. Para pencuri mencuri diam-diam dengan masuk rumah penduduk atau mencuri hewan-hewan dengan diam-diam. Bahkan rumah adat milik kakek-nenekkupun dimasuki pencuri. Banyak uang perak menghilang.
Hukum ekonomi di desa ialah pergilah beraktivitas di pasar-pasar desa. Entah untuk menjual sesuatu, membeli sesuatu atau sekedar memantau-mantau barang-barang dan bertemu sahabat-kenalan. Pasar adalah pusat kegiatan ekonomi desa. Sejahtera atau miskin tergantung dari aktivitasmu di pasar itu.
Di desa-desa, kebun dan pasar ialah tempat-tempat yang tak bisa dipisahkan. Setiap hari pasar, orang-orang yang tinggal di kebun pergi ke pasar desa membawa hasil kebun untuk dijual di sana. Pasar-pasar di NTT menyelenggarakan aktivitas perharian dan seminggu sekali. Ada semacam jadual tetap bahwa setiap seminggu sekali semua penjual dan pembeli bertemu di lokasi pasar tertentu, selanjutnya dinamakan pasar besar. Hari kamis adalah pasar besar di Halilulik, desa Naitimu. Pembeli dan penjual dari berbagai desa bertemu di sini sejak pagi-pagi hingga sekitar jam 12.00 Wita. Seringkali saya hadir di sana untuk sekadar membeli berbagai kebutuhan pribadi.
****
Kaum suku Timor ini dan suku-suku di NTT pada umumnya memiliki semuanya. Mereka sedang tidak berada di persimpangan jalan. Mereka sedang berada di pusat jalanan itu sendiri. Kita juga harus mengakui bahwa kita memiliki sepenuhnya masa kini. Masa kini ialah masa yang disebut sebagai masa pembangunan dalam lingkup NKRI. Masa kini adalah masa pembangunan tak menutup rapat-rapat pintu keterbukaan untuk berbagi dengan semua orang. Semua manusia yang hidup bersama menghidupi keterjalinan universal dalam persatuan. Kesenian, bahasa daerah dan segala perayaan budaya yang tradisional menjadi pintu bagi masuknya pengaruh-pengaruh positif dari agama-agama, negara dan ilmu serta teknologi.
Ya, suku-suku Timor dan NTT dalam lingkup NKRI telah memiliki semuanya: masa lalu, masa depan dan masa kini yakni masa pembangunan dalam lingkungan NKRI masih harus terus digalakkan, utamanya ialah pembangunan fisik dan rohani. Pembangunan adalah gerakan utama di NTT yang mesti harus dilaksanakan secara terus-menerus. Kita memiliki semuanya.Kita adalah sebuah kepastian. Kita tidak terombang-ambing di persimpangan jalan. Sebagai bangsa Indonesia, kita adalah benar-benar kita yang ada dan memiliki semuanya: masa lalu, masa kini dan masa depan. Indonesia memiliki semuanya...