Mohon tunggu...
Taufik AAS P
Taufik AAS P Mohon Tunggu... Penulis - jurnalis dan pernah menulis

menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jimat Naga Sikoi

9 Maret 2018   05:38 Diperbarui: 9 Maret 2018   22:11 1431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Anakku, terimalah ini, jimat pemanis Naga Sikoi."

Dengan tangan gemetar pertanda suka dan gembira La Rakkala Pekko ulu menerima jimat Naga Sikoi dari sang lelaki tua. Ia terus pandangi barang yang dibungkus kain hitam dengan tali merah yang ada di tangannya.

Dengan muka yang melongo, Rakkala memandangi sang lelaki tua penuh penasaran. Namun penasarannya belu terjawab, lelaki tua menggenggam tangannya lalu bacakan matera.

"Camkan baik-baik manteranya anakku La Rakkala."

"iyye Puang."

"Bakengkeng bakongkong, barakka kompai banna motoroka kilampa manontong ri bioskop paramoung."

//

Aku tidak tahu, kenapa istriku Shinta tiba-tiba saja lebih kasar dari biasanya, bahkan seolah ia menjadi Shinto. Belum sempat aku buka pakaia kerja, ia sudah melalap pipiku dengan ciuman-ciumannya. Bukan, ciuman mesra da lembut, tetapi panas dan ganas, bahkan bibirku yang tenang-tenang saja ikut pula dilabraknya dengan dasyat.

"Waduh, ada apa ini Shin."

Aku protes, tetapi Shinta semakin menjadi-jadi saja, ia bahkan menarik tanganku dan melingkarkan di badannya. Ia juga semakin rapatkan badannya ke tubuhku yang baru saja ganti baju, tinggal singlet dan celana boxer.

"Aku mau minum teh hangat Shin."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun