Mohon tunggu...
Taufik AAS P
Taufik AAS P Mohon Tunggu... Penulis - jurnalis dan pernah menulis

menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sarung Donggala

7 Januari 2018   17:28 Diperbarui: 8 Januari 2018   00:42 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Daratan, daratan, daratan."

Teriakan juru batu dari atas tiang utama, membuat gaduh seluruh kapal. Sawerigading ikut terusik dari lamunannya. Iapun keluar dari bilik.

"Ada apa nahkoda."

"Kita sudah mencapai daratan puang."

"Ya, berlabuhlah nahkoda."

Saat kapal sudah merapat, nahkoda perintahkan buang jangkar. Lalu laporkan ke Sawerigading kalau mereka telah mencapai daratan. Ia menunggu perintah selanjutnya.

"Di tempat kita berlabuh ini  kuberi nama Langgalopi."

Lalu Sawerigading kemudian perintahkan nahkoda bersama sejumlah prajurit untuk cari tahu apa nama tempat itu. Sekaligus mencari tahu dimana keberadaan perempuan yang bernama Ratu Ngilinayo.

Bagaikan pucuk dicinta, ulam tiba, nahkoda melaporkan. Kalau tempat adalah sebuah kerajaan besar bernama Donggala. Rajanya bernama Ratu Ngilinayo.

Sawerigadingpun hendak temui sang ratu dan menyampaikan lamarannya. Namun sebelum itu ia perintahkan dulu nahkoda bersama pengawalnya untuk menghadap ratu, sampaikan keinginannya.  Tak lupa pula mereka juga membawa sejumlah barang perhiasan dan pakaian. Itu sebagai tanda persahabatan yang akan diserahkan ke ratu.

//

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun