Mohon tunggu...
Taufik AAS P
Taufik AAS P Mohon Tunggu... Penulis - jurnalis dan pernah menulis

menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sarung Donggala

7 Januari 2018   17:28 Diperbarui: 8 Januari 2018   00:42 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam pelayaran ke negeri Cina, mencari We Cudai, saudara angkatnya, We Tenriabang yang malirupa, Saweigadin sang pangeran tampan dari kerajaan Luwu, cucu dari Batara Guru dan Putra Batara Lattu, temukan selembar kain yang mengapung di lautan.

"Juru mudi, belokkan kapalmu. Periksaa apa itu yang terapung dan warnanya menyilaukan mata."

"Iyye puang."

Seketika itu juga pengawal-pengawal sang pangeran mengambil galah dan menjolok kain yang berwarna ungun itu. Kemudian dengan cepat dikiba-kibaskan, lau diserahkan kepada Sawerigading.

Sawerigading yang menerima kain itu lantas memeriksanya dengan teliti. Ternyata selembar sarung tenun yang cantik. Warnanya merah muda bermotif dau-daun putih.

"Sungguh halus kain ini pengawal. Apakah engkau pernah menemukan yang sama dengan ini."

"Tidak puang, hamba barusan melihat sarung seindah ini."

"Tapi siapa kira-kira pemiliknya, pengawal."

"Tidak tahu puang, karena ditemukan di tengah laut ini saja."

"Apakah sarung itu milik putri duyung pengawal."

"Bukan puang, putri duyung selalu telanjang kayaknnya."

"Ha ha ha ha ha, kau itu pengawal."

Saerigading tidak bisa menahan ketawanya dengar kata-kata dari sang pengawal. Ia rupanya sangat serius membahas sarung berwarna cantik itu. Lalu diperintakannya kepada pengawalnya yang lain untuk mencuci sarung itu dengan air tawar, kemudian dikeringkan.

//

Malam itu, suasana air laut tenang sekali, bintang terang di atas langit yang biru, namun bulan tak nampak. Tampak Sawerigading berdiri di buritan menatap ke atas. Pikirannya melayang, melayang entah kemana. Tiba-tiba ia ingat sarung merah mudah itu.

"Pegawal, mana itu sarung."

Iyye puang, ada, sudah dilipat dengan baik."

"Bawa masuk ke bilikku."

Sawerigading kemudian berlalu masuk balik. Rupanya keindahan langit dengan jutaan bintang yang bersinar, redup seketika. Apalagi bulan memang tidak nampak malam itu.

Saat ia terima sarung merah jambu itu dari pengawal, Sawerigading buru-buru membuka lipatannya. Aneh, sarung itu menebarkan aruma harum bunga melati. Ia menduga, pengawalnya yang telah menaburi harurum-haruman sarung misterius itu.

Semaki larut, semakin tak jemu  Sawerigading menimang dan melihat sarung temuanya itu. Hingga terlelap, pria gagah perkasa ini, sarung itu ikut terlelap dalam pelukannya.

//

Sawerigading bangun kesiangan, ia terlambat keluar dari bilik untuk melihat apa yang diperbuat para pengikutnya. Semalam ia bermimpi ditagih oleh seorang perempuan cantik berpakaian sangat indah.

"Aku Ratu Ngilinayo. Kembalikan sarungku."

Bagitu kata wanita itu sambil mengulurkan tangannya hendak mengabil sarung dalam pelukan Sawerigading. Namun Sawerigading tidak memberikannya.  Ia cukup sibuk memandang kecantikan wanita dan jatuh cinta. Ia lupakan pelayaran ke negeri Cina, ia lupakan We Cudai. Senyum wanita bekulit putih membuatnya pening. Rambut indah wanita itu terjuntai sepanjang badan yang menawan.

//

"Pengawal. Panggil Nahkoda kemari."

Saat Sang Nahkoda telah di hadapan Sawerigading, pangeran tampan ini, ceritakan mimpinya. Pemilik sarung itu ternyata wanita cantik bernama Ratu Ngilinayo.

"Nahkoda, arahkan kapalmu ke daratan terdekat. Cari tahu, siapa Ratu Ngilinayo. Saya, Sawerigading pangeran dari Tana Luwu inginkan wanita itu. Kalau ia masih gadis, lamar untuk kejadikan permaisuriku. Kalau ia telah bersuami, jangan peduli. Kita perang."

Perintah Sawerigading dengan nada tinggi membuat sang nahkoda bagaikan disambar petir di siang bolong. Ia membayankan betapa sulit menjalankan perintah tuannya itu. Tetapi, ia tidak boleh menyanggah. Itu harga mati yang harus dilaksanakannya.

Seketika itu sang nahkoda perintah juru batu untuk memanjat dan meneropong dimana ada tanda-tanda daratan. Benar saja, juru batu menemukan sebuah nokta hitam di sebelah barat.

Kapal Sawerigading pun berlayar ke barat menuju titik hitam yang ditunjuk juru batu. Ketika itu, Sawerigading hanya mengurung diri dalam bilik bersama sarung merah jambu temuannya. Seolah sakit karena putau, sang pangeran melamun.  

Ratu Ngilinayo, sedang tidur terlentang dengan pakaian yang luar biasa seksi. Saking tipisnya baju tidur yang dikenakan, tarikan napas sang ratu seolah nampak di tenggorokan. Jangan ditanya, seperti apa indahnya, betis-betis ratu yang hanya dibalut dreas panjang dan setipis kulit bawang yang bening. Makin ke atas, makin membuat, jantung berdetak kecang. Semakin terus ke atas, napas Sawerigading berhenti berdetak.

"Daratan, daratan, daratan."

Teriakan juru batu dari atas tiang utama, membuat gaduh seluruh kapal. Sawerigading ikut terusik dari lamunannya. Iapun keluar dari bilik.

"Ada apa nahkoda."

"Kita sudah mencapai daratan puang."

"Ya, berlabuhlah nahkoda."

Saat kapal sudah merapat, nahkoda perintahkan buang jangkar. Lalu laporkan ke Sawerigading kalau mereka telah mencapai daratan. Ia menunggu perintah selanjutnya.

"Di tempat kita berlabuh ini  kuberi nama Langgalopi."

Lalu Sawerigading kemudian perintahkan nahkoda bersama sejumlah prajurit untuk cari tahu apa nama tempat itu. Sekaligus mencari tahu dimana keberadaan perempuan yang bernama Ratu Ngilinayo.

Bagaikan pucuk dicinta, ulam tiba, nahkoda melaporkan. Kalau tempat adalah sebuah kerajaan besar bernama Donggala. Rajanya bernama Ratu Ngilinayo.

Sawerigadingpun hendak temui sang ratu dan menyampaikan lamarannya. Namun sebelum itu ia perintahkan dulu nahkoda bersama pengawalnya untuk menghadap ratu, sampaikan keinginannya.  Tak lupa pula mereka juga membawa sejumlah barang perhiasan dan pakaian. Itu sebagai tanda persahabatan yang akan diserahkan ke ratu.

//

Ratu Ngilinayo, bersedia menerima kedatangan pangeran dari tanah luwu itu. Namun ia tidak bersedia dilamar oleh Sawerigading. Karena Ratu Ngilinayo telah ditunangkan dengan kerabatnya dari Kerajaan Sigi.

Untuk pertama kalinya, Sawerigading tidak marah besar mendengar Ratu Ngilinayo tidak bersedia dilamar olehnya. Tetapi bukan Sawerigading namanya kalau menyerah begitu saja. Diam-diam pangeran tampan ini akan datang sendiri menemui sang ratu. Tentu dengan cara dan kesaktiannya sendiri.

//

Ratu Ngilinayo, sambut dengan hangat kedatangan Sawerigading. Ratu cantik inipun diam-diam jatuh hati pada putra Batara Lattu. Namun apa hendak dikata, ia telah bertunangan bala bencana akan terjadi kalau dipaksakan.

"Terima kasih, kakanda Sawerigading telah sudi singgah di kerajaan kami yang kecil dan hina ini. Sungguh terhormat rasanya, menerima kedatangan kakanda."

Sawerigading tersanjung oleh tutur kata ratu yang sopan dan tulus. Semakin bertambahlah rasa cintanya pada wanita ini.

"Apakah adinda ratu bersedia menerima pinangan saya."

Ratu Ngilinayo tidak menjawab, tetapi ia ceritakan kalau dirinya sudah bertunangan dengan pangeran dari Kerajaan Sigi. Itu membuat Sawerigading marah dan akan memerangi Kerajaan Sigi.

"Sabar, kakandaku Sawerigading. Engkau tidak boleh memaksakan kehendak."

"Tidak, Ratu Ngilinayo!"

Melihat tekad Sawerigading yang tidak bisa disanggah lagi, ratu kemudian mendekat dan membisikka sesuatu ke telinga Sawerigading. Seketika itu juga amarah pengeran dari selatan ini menurun.

Rupanya, ratu katakan. Apakah karena sarung itu membawanya ke Donggala. Itu pertanda, ratu akan bersedia sesarung bersamanya, kelak. Paling tidak bagi anak cucu dari Sawerigading dan Ratu Ngilinayo.

Makassar, 7 Januari 2018

Catatan: kesamaan nama dan tempat adalah kebetulan belaka,  semua itu adalah rekaan penulis semata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun