Mohon tunggu...
Taufik AAS P
Taufik AAS P Mohon Tunggu... Penulis - jurnalis dan pernah menulis

menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Catatan dari Dusun Rantelemo, Sentra Sayuran di Kabupaten Mamasa

15 November 2017   20:09 Diperbarui: 15 November 2017   20:26 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini adalah perjalan penulis di negeri di atas awan, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar). Kunjungan ke Dusun  Rantelemo, Desa Bumbung Batu,Kecamatan  Mamasa ini  pasca Kepala Dinas (Kadis) Pertanian Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar), Ir Mambu, MT meninjau centra pengembangan sayuran lereng bukit Kelompok Tani (KT) Mesakada  terkait persiapan Program Gerakan Tanam Cabai yang digalakkan pemerintah.

Ternyata sentra sayuran di kaki Gunung Mambuliling -- Gunung legendaries dan memiliki histori dengan Ponkapadang, nenek moyangnya orang Sulbar -- cukup permai dan menawan. Hamparan  hijau  sayuran yang melingkari lereng, seolah ulat hijau raksasa yang menawarkan kedamaian bagi petani-petani sayur yang mayoritas ibu-ibu itu.

Hasil bincang-bincang dengan sejumlah ibu-ibu di lokasi sentra sayur tersebut menyebutkan bahwa kelompok  tani sayuran Mesakada  sudah terbentuk 10 tahun yang lalu. Produksi dan pemasaran mereka masih besifat  lokal,  namun cukup berpotensi untuk menjadi pencaharian mereka. Meskipu  kadang mengalami stagnasi karena  kendala pupuk kandang  berupa  kotoran unggas yang disuplay dari Kabupaten Sidrap dan Pinrang di Sulawesi Selatan (Sulsel). 

Juga mereka masih memerlukan peningkatan akses jalan menuju  lokasi, karena belum terjangkau kendaraan roda empat.
Namun keuletan petani-petani sayur di Rantelemo tersebut, patut  dipuji mereka terus  mempertahankan berkebun di lereng-lereng dengan sistem teras-teras. Sebab keyakinan mereka, itu adalah salah satu potensi yang mereka kembangkan mengingat kondisi morfologi Dusun Rantelemo yang tidak rata.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Tabita (37), salah seorang petani sayur yang di temui di kebunnya yang terjal, katakana  harapannya kepada pemerintah, agar diberi bantuan pupuk yang cukup. Itu untuk menstimulasi mereka dalam menghasilkan produk yang lebih baik, demi mencapai harga yang lebih optimal. "Harga sawi hanya Rp. 2000 per-ikat. Karena kecil-kecil. Sebab kami kesulitan pupuk kandang yang biasa kami datangkan dari Pinrang dan Sidrap," ujarnya.


Sementara itu Kepala Desa (Kades) Bumbungbatu, Pua Labbi yang ditemui  di kediamannya katakan, petani sayur di Dusun Rantelemo sudah lama. Bahkan sudah membentuk kelompok dan telah mendapat perhatian dari pemerintah kabupaten untuk pengembangannya.

"Kami liat potensi perkebunan sayur di Dusun Rantelemo, cukup menjanjikan. Apalagi masyarakat di sana sudah mengupayakannya sudah cukup lama. Mereka cukup ulet dan trampil mengolah tanah-tanah mereka. Tinggal bagaimana terus dikembangkan sehingga menjadi sentra sayur-sayuran dengan produksi yang baik serta berkualitas," kata Kades Bumbungbatu.


Selain butuh pupuk, obat-obatan dan akses jalan, petani-petani sayur di Dusun Rantelemo masih menggunakan alat-alat yang sangat sederhana untuk menggarap tanah. Ini tentunya perlu menjadi catatan dalam upaya memajukan pesayur-pesayur di dusun paling ujung Desa Bumbungbatu.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun