Mohon tunggu...
Haidar Muhammad Yafi
Haidar Muhammad Yafi Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Pengamat Internet yg hobi berakal sehat untuk kebutuhan iman

Selanjutnya

Tutup

Games Pilihan

"The Happyhills Homicide", Ketika Badut Menjadi Malaikat Kematian

4 Juni 2025   09:00 Diperbarui: 4 Juni 2025   16:38 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
thumbnail game Th Happyhills Homicide (sumber: Steam)

Profesi badut yang dulu dikenal sebagai sosok ceria penghibur anak-anak kini telah berubah menjadi simbol horor dalam budaya populer. Game The Happyhills Homicide karya Daniel Weldink membawa atmosfer ketakutan ini ke level baru. Dalam game ini, pemain mengendalikan seorang pembunuh bertopeng badut yang melakukan aksi kejam secara sistematis di kota kecil bernama Happyhills. Namun kisahnya tidak hanya tentang kekerasan, melainkan juga mengungkap lapisan trauma dan dendam masa lalu yang kelam.

Awal Teror

Kisah dibuka dengan aksi sadis seorang pria bertopeng badut, yang dikenal sebagai Killer Clown, menyelinap ke rumah seorang pria dan menikamnya berkali-kali. Pembunuhan ini hanyalah awal dari serangkaian aksi brutal yang semakin cerdik dan mengerikan. Sang badut menggunakan berbagai metode pembunuhan, mulai dari menyetrum korban di bathtub, menggiling tubuh dengan mesin pemotong rumput, hingga membakar korban hidup-hidup dengan bensin.

Korban-korbannya tidak sembarangan. Dalam beberapa kasus, mereka memiliki catatan kriminal. Misalnya, korban pertama diketahui memproduksi video terlarang anak di bawah umur. Namun motif si badut masih menjadi misteri. Apakah ia membunuh secara acak atau dengan tujuan tertentu?

Investigasi Detektif Bryan

Kisah kemudian berpindah ke sudut pandang Detektif Bryan yang menyelidiki kasus ini. Dari setiap lokasi pembunuhan, ia menemukan petunjuk penting seperti tulisan "Aku murka" dan "Aku adalah retribusi". Hasil penyelidikan menunjukkan beberapa korban memiliki masa lalu kelam, termasuk catatan kriminal serius. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa Killer Clown adalah seorang vigilante yang menjatuhkan hukuman kepada mereka yang luput dari keadilan.

Namun, tidak semua korban adalah penjahat. Salah satu korban terbunuh meski tidak memiliki catatan buruk, sehingga teori vigilante pun mulai dipertanyakan.

Aksi Semakin Brutal

Killer Clown terus melanjutkan aksinya dengan tingkat kecerdikan yang meningkat. Ia menyamar menjadi maskot tim rugbi, menyusup ke tempat penyiaran untuk membunuh operator fotokopi, serta menggunakan mesin-mesin pertanian untuk membantai korbannya. Dalam salah satu adegan paling mencekam, ia duduk diam di belakang seorang wanita bernama Madison di dalam bus, lalu membuntutinya dalam kegelapan.

Upaya penangkapan oleh Detektif Bryan hampir berhasil, namun sang badut berhasil melarikan diri. Di rumah Madison, ia akhirnya membunuh wanita itu meski tampak menyesal karena Madison adalah satu-satunya orang yang dulu memperlakukannya dengan baik.

Identitas Sang Badut

Investigasi Detektif Bryan membawa fakta mengejutkan. Semua korban ternyata adalah mantan siswa dan guru dari sekolah Westpine High yang telah terbakar pada tahun 1982. Dalam kebakaran itu, seorang pembersih bernama John Wade dinyatakan hilang. Lewat kilas balik, terungkap bahwa John sering memberi hadiah kepada murid dan guru, namun malah dihina dan dijauhi. Satu-satunya yang baik padanya adalah Madison. Suatu hari, ia dijebak dan terperangkap dalam api, namun berhasil selamat meski mengalami luka parah. Sejak saat itu, ia hidup dalam bayang-bayang dan bersumpah akan membalas dendam.

John Wade adalah sosok di balik topeng Killer Clown. Ia membunuh semua yang telah menyakitinya di masa lalu. Ironisnya, Madison yang ia cintai justru terbunuh karena berusaha membela diri.

cuplikan game The Happyhills Homicide (sumber: Steam)
cuplikan game The Happyhills Homicide (sumber: Steam)

Ending

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Games Selengkapnya
Lihat Games Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun