Mohon tunggu...
Deka Amalia
Deka Amalia Mohon Tunggu... Writer & Writing Trainer -

Telah menjadi dosen selama lebih dari 20 tahun. Ketua komunitas Women Script Community dan mendirikan Writing Training Center. Founder Writerpreneur Club. Dapat dihubungi di fb Deka Amalia Ridwan dan instragram : ig deka66

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Sebagai Terapi Diri

3 Juli 2016   11:59 Diperbarui: 3 Juli 2016   12:03 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang terlintas di pikiran kita setelah membaca judul tersebut? bisa macam-macam barangkali. Mungkin bisa jadi sesuatu yang telah diketahui atau bisa jadi tidak terpikir sebelumnya baik oleh penulis sekalipun. Karena seringkali penulis justru mengalami berbagai pergulatan emosi jika ia tidak bisa mengontrol emosinya. Mengapa? karena manusia sesungguhnya membutuhkan katarsis, pembuangan emosi dan sampah negatif yang ada dalam diri manusia.

Perasaan kita, pikiran kita, jiwa kita tidak selalu sama dengan apa yang diimpikan. manusia selalu bermimpi yang indah-indah tetapi kenyataan seringkali sebaliknya. Banyak hal negatif yang pernah hinggap di perasaan kita, pikiran kita dan jiwa kita. Rasa sedih, sesal, iri, cemburu, marah, takut, kuatir, trauma, phobia, malu, rendah diri, tidak percaya diri  dan lain sebagainya. Jangan malu mengakui karena sangat manusiawi. semua manusia pernah merasakannya. Lalu apakah setelah tak dirasakan hilang begitu saja? tidak ternyata ia menumpuk di alam bawah sadar manusia dan bisa menjadi penyakit yang larinya ke fisik. Ada yang sering sakit kepala, sakit perut dan lain sebagainya.

Logikanya, setiap hari makanan yang kita santap dengan lezatnya pun disaring oleh tubuh. Tidak semua bermanfaat, ada yang harus dikeluarkan, dibuang. Kemana? WC adalah tempat kita membuang segala sampah yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Lalu kemana larinya segala sampah hati itu? apakah akan kita biarkan bertumpuk dan berkarat di alam bawah sadar kita lalu tanpa kita sadari menjadikan kita dihinggapi berbagai penyakit nantinya.

Hati perlu dibersihkan, apa yang tersimpan selama ini di alam bawah sadar perlu dikeluarkan. Kemana? salah satunya adalah dengan menjadikan proses menulis sebagai terapi.

Karena sejak dini manusia sesungguhnya banyak menyimpan sampah hati dalam dirinya. Tidak hanya mengeluarkan sampah hati, menulis sebagai terapi juga mampu membangkitkan energi positif dalam diri manusia, mengubah segala energi negatif menjadi positif. Apa saja yang biasa dialami? ada anak yang sangat tidak percaya diri, tidak mandiri dan lain sebagainya. ada orang tua yang mengalami banyak ketakutan menyongsong hari tua dan sebagainya, ada remaja yang belum mampu memahami dirinya dan lain sebagainya. Ada para Bapak yang gamang atau para ibu yang galau dan lain sebagainya.

Atau anda merasa sehat? bisa jadi. Tapi coba tanyakan pada diri sendiri ingin lebih sehat? ingin lebih tenang? ingin lebih bahagia? ingin awet muda? ingin selalu bisa mengatasi semua masalah anda? pasti ya. Maka, menulis sebagai terapi adalah solusi yang menjawab itu semua.

Adalah James Pennebaker, Ph.D dari Texax University-USA yang mempelopori menulis sebagai terapi. Adalah karen Baiki Ph. D dari clinical psychogist university new south wales-USA yang melakukan penelitian jika menulis mampu menjadi terapi yang menyembuhkan diri sendiri. Ternyata itu telah terbukti secara ilmiah, melalui serangkaian penelitian yang mereka lakukan.

Maka mari menulis, menulis dan menulis

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun