Siang Itu didekat Danau yang airnya bergerak cepat dan menganga, perempuan-perempuan Desa kembali disekap dalam keadaan mata tertutup kain Hitam. Diangkut dengan Sebuah Mobil yang hanya bisa dirasakan tempat duduknya tanpa melihat seperti apa bentuk dan warna mobil tersebut.
Keadaan begitu Ramai dan menakutkan
Jantung berdetak tak berhenti mengetuk dada, Ketakutan Semakin tajam sembari mendengar Siulan-siulan manusia yang buas, dalam dari pada itu hati hanya bisa bergumam dan berucap doa.
Doa doa tercipta namun tak berarti apa-apa
Hingga tibalah pada saat malam mulai tenggelam, lelaki-lekaki itu mulai meraba pipi dan mencium bibir mereka dalam keadaan Telanjang.
Bau busuk yang keluar dari mulut mereka yang memaksakan kemaluan kecil mereka dimasukkan kedalam mulut membuat perempuan-perempuan itu berontak melawan, namun apala daya, kekuatan memberontak tak banyak membantu untuk melepaskan diri dari pekikan sang lelaki, sangat tidak berprikemanusian.
Tangis menggelegar, teriak menjadi-jadi
Namun apa hendak berkata jika tak ada yang memandang kasih, semua menjadi binatang-binatang buas. Kasih ibu tidak lagi berharga dimasa itu, sebab serigala lebih terpuji dari manusia seperti mereka.
Selalu seperti itu setiap malamnya
Bergantian mereka merampas keindahan mahkota sang Bidadari hingga Bertahun-tahun lamanya.
Dibumi ini, ibu pertiwi menangis dan tak bisa berbuat banyak melihat anak-anaknya disiksa oleh anak-anaknya yang lain.