Keysa: "Pernah, Na. Malah bikin aku kecewa. Di depan, dia manis banget, senyum terus. Tapi ternyata, di belakang suka nyebar gosip."
Nana: "Itu ya yang dibilang munafik. Kadang aku bingung, kok bisa orang kayak gitu masih dipercaya banyak orang?"
Keysa: "Iya, padahal jelas-jelas merugikan orang lain. Aku jadi inget hadis yang bilang tanda munafik itu kalau ngomong suka bohong dan nggak bisa dipercaya."
Nana: "Benar. Makanya aku belajar buat lebih hati-hati. Jangan sampai kita sendiri juga jatuh jadi orang munafik tanpa sadar."
Keysa: "Setuju. Lebih baik jujur walaupun pahit, daripada manis tapi bohong."
Percakapan sederhana di atas mencerminkan realitas yang sering terjadi. Kadang kita pun tanpa sadar melakukan hal yang sama seperti tersenyum di depan, tetapi mengeluh di belakang. Berjanji akan membantu, tetapi mengingkari. Bahkan menerima amanah, namun lalai menjaganya.
C. Dampak Munafik dalam Kehidupan Sosial
Orang munafik tidak hanya merugikan dirinya sendiri, tetapi juga orang lain. Lingkungan yang dipenuhi sifat munafik akan penuh dengan kecurigaan dan konflik. Bayangkan jika dalam sebuah organisasi ada anggota yang berpura-pura loyal, tetapi diam-diam membocorkan rahasia. Tentu keutuhan organisasi akan terancam.
Di sisi lain, sifat munafik juga bisa membuat pelakunya hidup tidak tenang. Sebab, ia harus terus memakai "topeng" agar kebohongannya tidak terbongkar. Hidup dengan wajah ganda membuat batin gelisah dan hubungan sosial yang rapuh.
D. Menghindari Sifat Munafik
Setiap manusia tentu tidak luput dari kesalahan. Namun, sifat munafik harus dihindari dengan sungguh-sungguh. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain: