Mohon tunggu...
Silla Agustin
Silla Agustin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar/Penulis/Juara lomba cerpen/SMA Negeri 1 Pandaan

Aku tidak sebaik kamu, pun dengan tulisanku. "Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak akan percaya itu." _Ali bin Abi Thalib

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gadis Anemia

31 Desember 2023   13:58 Diperbarui: 31 Desember 2023   15:13 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Umi." Suara pria paruh baya yang berdiri tak jauh darinya berusaha menenangkan istrinya. Telapak tangan yang memegang bahu Umi Maryam membuatnya membatu.

"Maaf, Dok. Istri saya terlalu khawatir akan kondisi putrinya." Dokter itu memasang raut wajah yang ramah. Ah, bukankah seharusnya seperti itu?

Sebelum menj awab, dokter itu tersenyum simpul dan sedikit terkekeh. "Tidak apa-apa, Pak. Wajar jika orang tua khawatir berlebihan kalau sudah menyangkut buah hati mereka. Terlebih lagi seorang ibu, karena adanya ikatan batin yang begitu kuat antara ibu dan anak."

Abi Hamka bernapas lega. Syukurlah jika pria itu dapat memalduminya. Namun, masih menjadi tanda tanya dan misteri tentang kondisi putrinya. Bagaimana tidak, dokter itu tak kunjung memberi jawaban. Ah tidak, bagaimana bisa menjawab jika pertanyaannya dialihkan pada pembahasan yang Iainnya. "Jadi ... bagaimana kondisi putri saya, Dok?"

"Pasien hanya terkena darah rendah saja. Kondisinya saat ini berangsur-angsur membaik." Umi Maryam bisa bernapas lega dan melepas ketegangan suasana sekarang.

"Tapi bagaimana bisa putri saya terkena darah rendah, Dok?" tanyanya.

"Jadi jika kebanyakan orang tahunya kalau darah rendah hanya dialami oleh orang tua saja, tetapi juga bisa dialami oleh remaja. Gejala pada masa remaja tidak boleh diabaikan karena bisa mempengaruhi aktivitas, produktivitas, serta kualitas hidup penderita."

"Hipotensi atau kaum awam menyebutnya dengan sebutan darah rendah terbagi menjadi tiga tipe, yaitu Hipotensi yang diperantarai saraf dapat terjadi ketika ada interaksi refleks yang tidak normal antara jantung dan Otak. Hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh hal-hal di luar penyakit. Contohnya termasuk dehidrasi, berdiri terlalu cepat, efek samping obat, atau penuaan. Terakhir hipotensi berat, hipotensi ini berhubungan dengan syok."

"Adapun beberapa gejala darah rendah di antaranya, yaitu pusing. Pusing di sini dapat diartikan sebagai sensasi seakan-akan seseorang merasa sekelilingnya atau dirinya sendri berputar atau bergerak. Hal tersebut disertai dengan lemah, pening dan tubuh yang tak seimbang. Kedua pandangan buram, ketika tekanan darah menurun suplai nutrisi dan oksigen juga akan berkurang. Hal inilah yang menyebabkan pandangan menjadi kabur. Ketiga mual, menurunnya tekanan darah bisa menyebabkan menurunnya aliran darah jantung yang membuat detak jantung menjadi tidak teratur. Hal inilah yang memicu timbulnya sensasi mual. Keempat mudah lelah, menurunnya tekanan darah membuat organ-organ tubuh tidak menerima aliran darah sebanyak yang seharusnya. Kondisi ini membuat remaja akan terlihat kurang bersemangat, lesu, dan lemas."

"Yang terakhir pingsan, ketika terjadi penurunan darah secara tiba-tiba, jantung tidak bisa memompa darah dengan semestinya ke seluruh organ tubuh, termasuk ke otak. Suplai darah yang kurang menyebabkan penderita menjadi kehilangan kesadaran sementara. Selain kelima gejala di atas, gejala darah rendah pada remaja lainnya bisa berupa kesulitan konsentrasi, tidak enak badan, dan kebingungan, bahkan hipotensi juga dapat mempengaruhi fungsi kognitif seorang. Pada remaja yang mengalami hipotensi ekstrem, gejala yang dialami dapat berupa kedinginan atau kulit terasa dingin, pucat, napas cepat dan pendek, serta denyut nadi yang lemah." Penjelasan panjang lebar yang disampaikan dokter membuat mereka berdua terketuk. Seacuh itukah mereka hingga tidak sadar jika selama ini putrinya menderita darah rendah. Lantas, mengapa Dewi tidak mengatakan kepada orang tuanya?

"Tapi hipotensi bisa diobati Pak, Bu. Kalian jangan khawatir." Akhirnya, kembali mereka berdua dapat bernapas dengan lega.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun