Mohon tunggu...
Laila Nur Fitria
Laila Nur Fitria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

"Hidup adalah suatu cara dimana kita akan terus mengalami proses yang mungkin rumit, namun percayalah akan ada jalan dari setiap kesulitan yang kita lalui"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Jiwa Penolong Anak, Naluri ataukah Paksaan Semata?

29 November 2022   08:38 Diperbarui: 29 November 2022   11:36 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi si kecil membantu bund| Sumber: haibunda.com

"Tolong-menolong bukan hanya sekedar membantu serta mengulurkan tangan saja. Melainkan dengan membantu oranglain yang membutuhkan bantuan kita. Akan dapat juga membuat kita lebih merasa bahagia dan bersyukur. Perasaan tersebut akan muncul ketika kita merasa dapat berguna serta sedikit meringankan beban oranglain"

Kerap kali kita melihat banyak orang diluar sana yang masih berjuang demi kehidupan yang lebih baik. Misalnya seorang anak jalanan yang berjuang dengan bekerja di pinggiran jalan untuk dapat mencukupi kebutuhannya. Nah, dari hal tersebut kita dapat melihat bahwa masih banyak orang yang harus diberikan bantuan. Siapa sih yang tidak membutuhkan pertolongan dari orang lain? Karena pada dasarnya kita adalah makhluk sosial yang pasti membutuhkan bantuan dari oranglain dalam menjalankan roda kehidupan.

Bantuan/ pertolongan yang kita berikan pada orang yang membutuhkan baik secara materi maupun non materi. Akan sangat bermanfaat bagi yang membutuhkan. Karena sekecil apapun pertolongan yang kita berikan kepada orang lain akan sangat memberikan dampak yang sangat besar bagi orang tersebut. Hidup akan sangat lebih indah jika kita saling membantu dan tolong-menolong orang disekitar kita yang membutuhkan.

Kita seringkali juga mengamati anak usia dini yang tanggap akan keadaan disekitarnya. Ada pula anak yang selalu membantu ibunya dalam hal pekerjaan rumah. Misalnya membantu melipat baju, menyiram tanaman, menyapu halaman rumah dan lain sebagainya. Kemudian berbanding terbalik pula ada anak kecil yang masih kurang peduli akan lingkungan sekitarnya. 

Anak tersebut juga kurang terbiasa membantu ibu dalam aktivitas pekerjaan rumah. Nah,dari penggambaran dua hal tersebut ada anak yang sudah melakukan/membantu ibunya dari naluri dalam dirinya sendiri, sedangkan ada pula anak yang membantu hanya untuk mengharap reward (hadiah) dalam hal ini masih paksaan/ dorongan hanya untuk mendapatkan hal yang dia inginkan. 

Biasanya ada anak yang dijanjikan hadiah jika ia membantu ibunya, kemudian terdapat pula anak yang meminta hadiah ketika ia berhasil membantu orang yang ada disekitarmya. Lalu, apakah membantu juga termasuk salah satu emosi prososial. Bagaimanakah konsep emosi prososial itu sendiri?


Konsep/ Definisi Emosi Prososial 

Emosi Prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul dalam kontak sosial, sehingga perilaku prososial adalah tindakan yang dilakukan/ direncanakan untuk menolong oranglain tanpa memperdulikan motif apapun. 

Selain pula dapat diartikan bahwa emosi prososial adalah suatu perilaku yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain baik dalam hal menolong, memberikan bantuan, berbagi, dan lain sebagainya. Jadi dapat dikatakan bahwa emosi prososial merupakan hasrat/ keinginan dalam bentuk perilaku/ tindakan yang tidak merugikan oranglain dalam hal apapun. 

Dalam hal ini tindakan prososial yang dilakukan oleh seseorang tidaklah mengharapkan imbalan, baik itu dalam hal yang berbau materi, imbalan, ataupun sosial. Perilaku prososial ini merupakan tindakan menolong yang sifatnya sukarela, membutuhkan pengorbanan yang tinggi dan sepenuhnya dimotivasi oleh diri sendiri/ dorongan dalam diri seorang individu.

Robert dan Strayer (1986:2) ia menjelaskan bahwa empati memiliki hubungan dengan prilaku prososial seseorang. Pada dasarnya empati merupakan kemampuan seseorang dalam mengekspresikan emosinya atau mengaktualisasikan gagasan   prososial yang dimilikinya kedalam prilaku mereka ataupun tidak. 

Seseorang dapat dikatan berperilaku prososial apabila orang/individu tersebut menolong atau memberikan hal-hal positif bagi orang lain tanpa adanya suatu motif yang melatar belakanginya. Seperti contoh tindakan tersebut berupa saling membantu/ menolong, menghibur oranglain yang sedang kesusahan dan bersedih, gotong royong, berbagi dan lain sebagainya. 

Sedangkan Menurut Mussen dalam Dayakisni (1988) Secara konkrit prilaku prososial merupakan perilaku yang meluputi tindakan-tindakan yang sifatnya berbagi (sharing), kerjasama (cooperation), menolong (helping), kejujuran (honesty), dermawan (generousity) dan meliputi hal yang mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain. Adapun aspek-aspek perilaku prososial yang meliputi:

a. Berbagi

Merupakan suatu tindakan kesediaan dalam berbagi perasaan dengan orang lain yang dalam suasana suka maupun duka. Berbagi bisa dalam bentuk materi maupun non materi. Dengan berbagi akan juga menumbuhkan rasa empati yang besar.

b. Kerjasama

Adalah bersedia dalam berkerjasama dengan individu/kelompok yang lainnya untuk mencapai suatu tujuan yang ingin di capai, artinya suatu hal yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan yang sama.

c. Menolong

Ketersediaan individu untuk memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan.

d. Bertindak jujur

merupakan segala hal yang sesuai dengan kemampuannya tanpa melakukan kecurangan.

e. Dermawan

Merupakan bentuk kesediaan memberikan suatu hal baik itu barang maupun jasa kepada orang ynag membutuhkan. Dermawan berhubungan dengan jiwa yang berbagi

f. Persahabatan

Menjalin hubungan ynag lebih dekat dengan orang lain. Tali persahabatan merupakan ikatan erat yang berawal dari pertemanan yang sudah mengalami komitmen. Setelah kita mempelajari bagaimana konsep dasar dari emosi prososial tersebut diatas, ternyata terdapat perkembangan emosi prososial, apa saja perkembangannya?

Perkembangan Emosi Prososial 

Pada awal mulanya perkembangan emosi prososial dimulai sejak anak masih bayi, hal tersebut ditandai dengan adanya tangisan bayi yang di akibatkan oleh tangisan bayi yang lainnya. Hal tersebut dapat kita amati dan lihat bahwa ketika bayi menangis kemudian mendengar tangisan bayi lainnya adalah salah satu bentuk respon empati yang dimunculkan bayi tersebut. Lalu pada tahun pertamanya, bayi berada pada empati egosentris. 

Pada masa ini bayi memiliki anggapan bahwa permasalahan atau rasa susah yang dialaminya maupun yang dialami oleh orang lain merupakan hal yang sama. Dalam hal ini Seorang ahli dibidang perkembangan prososial yakni Nancy Eisenberg mengemukakan 5 tahapan dalam perkembangan perilaku prososial anak yang dapat di gunakan oleh para orang tua untuk memonitoring perkembangan perilaku prososial anak-anaknya.

1. Berorientasi pada kepentingan peribadi.

Perilaku prososial seperti ini sering di temui pada anak pra-sekolah dan Sebagian kecilnya di jumpai pada anak yang menginjak awal sekolah dasar. Pada tahap pertama ini perilaku prososial anak tidak lah murini karena merasa peduli dengan orang lain. Akan tetapi pada tahap ini perilaku anak masih berdasarkan dengan alasan anak dalam berbuat baik untuk menghindari konsekuensi negatif yang akan dia peroleh. Sebagai contohnya: anak akan membereskan mainannya dengan alasan supaya tidak di marahi oleh ibunya.

2. Berorientasi pada kebutuhan

Pada tahapan ini anak-anak mulai menunjukkan kemampuan serta mengekspresikan bentuk kepeduliannya terhadap kebutuhan oranglain meskipun tidak sejalan dengan kepentingannya sendiri. Bentuk kepedulian si anak dalam hal ini masih bersifat sederhana. Pada tahapan ini dapat ditemukan pada usia anak pra-sekolah dan sebagian besar pada usia sekolah dasar.

3. Berorientasi pada penilaian orang lain dan stereotip sebagai anak baik.

Tahap ini dapat kita lihap pada perkembangan prososial anak sekolah dasar dan beberapa dari anak sekolah menengah. Pada tahap ini anak memaknai perbuatan baik yang dia lakukan sebagai cara agar dapat di terima di lingkungan orang-orang yang ada di sekelilingnya dn agar mendapatkan pengakuan dari orang-orang sekelilingnya bahwa dia adalah anak yang baik.

4. Pada tahap ini di bagi menjadi 2 yakni tahap munculnya kemampuan reflektik dan empati serta tahapan transisi

Tahap munculnya kemampuan reflektif dan empati biasanya dapat kita jumpai pad anak sekolah dasar dan anak sekolah menengah. Pada tahap ini perbuatan baik yang dilakukan oleh anak sudah dapat melibatkan empati, prinsip kemanusiaan dan dapat mengambarkan emosi yang akan mereka rasakan jika memilih untuk menolong atau memilih untuk tidak menolong.

Tahapan transisi dapat kita lihat pada anak sekolah menengah dan orang-orang dewasa. Pada tahap ini anak melakukan tindakan prososial melalui banyak pertimbangan yang melibatkan nilai moral, norma dan tanggung jawab, serta suatu usaha untuk mengubah suatu kondisi kearah yang lebih baik. contohnya dengan menolak memberkan contekan kepada teman.

5. Berorientasi pada nilai-nilai moral yang telah terinternalisasi dalam diri.Tahap ini kadang di temukan pada siswa sekolah menengah dan tidak di temukan pada siswa sekolah dasar. Perkembangan prososial anak pada tahap ini sebagian besar di pengaruhi prinsip-prinsip seperti tahapan transisi, hanya saja prinsip-prinsip tersebut telah terintenalisasi jauh ke dalam kepribadian anak. Kita telah membahas mengenai bagimana perkembanagan emosi prososial tersebut terjadi, namun dalam hal ini pula terdapat peran orangtua mengenai emosi prososial anak usia dini. Nah, bagaimana sih peran orangtua dalam emosi prososial ini?

Peran Orangtua dalam Emosi Prososial Si Anak

Orang tua dalam hal ini sangat memiliki peran yang penting dalam menumbuhkan  emosi prososial kepada anak-anakya. Peran orang tua dalam perkembangan prososial anak bagaimana cara orangtua dalam mengajarkan, memotivasi, serta memberikan dukungan agar anak terbiasa dalam melakukan emosi prososial di lingkungan sekitarnya serta tanggap pada hal apapun tanpa adanya mengharapkan imbalan atau hadiah.

Berikut ini peran orang tua dalam menanamkan emosi prososial kepada aaknya:

1. kehangatan/dukungan

kehangatan/dukungan dilakukan karena orang tua dapat membuat respon empati anak menjadi meningkat selain itu dengan adanya kehangatan/dukungan dari orang tua dapat membuat anak menjadi sosok yang memiliki karakteristik yang positif dan responsive.

2. Strategi disiplin

Strategi disiplin yang dapat di berikan oleh orang tua untuk mengembangkan emosi prososial berguna untuk mempromosikan respons dan rasa bersalah terhadap empati anak-anak.

3. Praktik sosialisasi terkait emosi.

Praktik ini dilakukan dengan cara orang tua mensosialisasikan kepada anak-anaknya berbagai macam emosi melalui ekspresi positif dan negatif. Selain dengan cara mengekspresikan emosi, orang tua juga dapat memberikan tanggapan terkait emosi anak mereka agar emosi yang di ekspresikan oleh anak tidak menjadi berlebihan.

4. Keterampilan Sosiokognitif

Keterampilan sosiaokognitif di lakukan dengan cara kemampuan orang tua dalam memahami keadaan mental, keyakinan, pikiran, gagasan, niat, dan keinginan orang lain. Dengan demikian, kemungkinan keterampilan tersebut akan berhubungan positif dengan empati, simpati, dan/atau rasa bersalah anak-anak.

Selain dari keempat cara peran penting kedua orangtua dalam rangka pembentukan karakter emosi prososial pada anak usia dini. Nah, yang paling penting dalam hal ini adalah aksi nyata/ contoh langsung dari kedua orangtua pada anak. Anak akan secara otomatis meniru apa yang telah dilakukan kedua orangtuanya dalam perilaku/ tindakan prososialnya kepada lingkungan sekitar/ prang yang membutuhkan. Dan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya emosi prososial yakni pengendalian situasi yang terjadi dari lingkungan sekitarnya, kemudian pernah merasakan hal yang sama/ senasib, dan yang paling penting faktor/ dukungan orangtua seperti yang telah disebutkan diatas.

Mungkin itu sedikit pembahasan artikel kali ini mengenai tema emosi prososial pada anak, semoga dapat bermanfaat dan memberikan wawasan baru bagi yang membaca dan saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, See You The Next Article Guys.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun