Mohon tunggu...
Della Anna
Della Anna Mohon Tunggu... Blogger,Photographer,Kolumnis -

Indonesia tanah air beta. Domisili Belanda. Blogger,Photographer, Kolumnis. Berbagi dalam bentuk tulisan dan foto.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Keperawanan, Antara Tradisi dan Prinsip di Maroko

20 November 2016   14:49 Diperbarui: 20 November 2016   16:43 3405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi www.trouwenbrugge.be

“Eh besok kluar dari kerjaanmu ya, bikin malu orang tua. En denger minggu depan pulang ke kampung sama tantemu!’’

‘’Sudahlah Pa, jangan tekan anakmu. Kita punya cuma satu.’’ Istri Mehmed mengiba.

Singkat kisah, mereka telah menjodohkan putrinya - Karima dengan seorang Ibrahim, pemuda asal kampung di Maroko. Dan tahun depan akan diselenggarakan pesta besar baik di Maroko dan di Belanda. 

Namun malapetaka menghalang rencana pernikahan ini oleh karena lewat tante Karima mereka mendengar bahwa putri mereka telah melakukan hubungan seks luar nikah dengan pacarnya di Belanda. Dan pacar ini lewat status FB-nya telah serempet hal yang sensitif bahwa Karima ’’onderdilnya gak utuh lagi.’’ 

Kelahi pun tak terelakkan lagi. Karima memang sejak semula menentang perjodohan yang telah diatur oleh orang tuanya. Dan orang tua tidak bisa mundur lagi karena mempertahankan martabat dan nama baik keluarga. So, rencana pernikahan tahun depan tetap harus jalan. Karena tragedi ini, orang tua Karima mengirim putrinya ke Maroko untuk segera memperbaiki ‘’kerusakan keperawanan’’ lewat tindakan surgery. Hal ini harus mereka lakukan secepatnya demi menjaga martabat dan nama baik keluarga.

Pentingkah keperawanan itu?

Pada kebudayaan atau tradisi Maroko, maka pada malam pertama setelah pesta pernikahan, pengantin pria Maroko harus melihat darah dari keperawanan pengantin wanita yang telah menjadi istrinya. Kisah malam pertama yang paling ditakutkan oleh banyak pengantin wanita Maroko dimana saja mereka berada. Oleh karena bisa saja pada malam pertama himen (selaput dara) tidak pecah karena banyak faktor. 

Inilah tradisi itu. Entah itu pengantin Maroko yang ada di Maroko atau yang berdomisili di negara lain. Pengantin pria tetap harus melihat pada malam pertama darah keperawanan istrinya. Pengantin wanita tidak dapat membuktikannya, malapetaka pernikahan usia muda siap menjagal rumah tangga tersebut dan itu berarti aib keluarga.

Sosiolog Soumaya Naamane (beliau seorang peneliti asal Maroko) menyatakan berdasarkan hasil penelitian, bahwa hampir lebih dari setengah wanita dengan pendidikan tinggi di Maroko telah melakukan kontak seksual di luar nikah.

Dan menurut Antropologi Amsterdam, Corine Marseille, tindakan surgery untuk memperbaiki  kembali kerusakan selaput dara (himen) adalah ‘’penyimpangan kebudayaan.’’

Di negeri Belanda sendiri tindakan operasi untuk memperbaiki selaput keperawanan bisa dilakukan di rumah sakit. Namun permasalahannya terhenti bila hal ini harus dikaitkan dengan ketentuan asuransi kesehatan. 

Oleh karena biaya operasi ini tidak termasuk antrian persyaratan penggantian biaya dari asuransi pada polis. Sama seperti botox dan operasi kecantikan untuk wajah. Kecuali bagi penyakit kanker payudara, maka asuransi kesehatan masih dapat bernegosiasi bila terkait prothese payudara.

Singkat kata, biaya adalah budget risiko pribadi. Dan apakah pihak rumah sakit akan melakukannya tanpa persetujuan surat rujukan dari dokter pribadi (huisarts) dan pihak asuransi kesehatan? Inilah tembok baja penghalang itu yang pada akhirnya pasien terpaksa melakukan tindakan medis surgery di luar negeri. Operasi memperbaiki selaput dara keperawanan yang rusak akibat senggama luar nikah disebutkan tidak selamanya aman dari risiko kesehatan.

Pemerintah Belanda lewat peraturan untuk orang asing (vreemdelingenwet) sejak tanggal 01 April, 1994 menetapkan bahwa bagi warga negara Belanda yang akan menikah dengan warga negara asing maka calon dari warga negara asing harus mengajukan permohonan MVV (Machtiging tot Voorlopig Verblijf) pada kedutaan besar Belanda atau Konsulat di negara pemohon. 

Kedutaan akan menentukan apakah izin MVV ini diberikan atau tidak. Ketentuan ini untuk menyaring langkah asylum dengan memakai pernikahan sebagai salah satu cara masuk dan menetap di negeri Belanda.

Keperawaan itu penting bukan karena agama, tetapi karena tradisi

Saya bertukar pikiran dengan seorang Bourcha, wanita muda Maroko dari generasi kedua yang lahir di Belanda. Yang telah mengalami proses perubahan cara berpikir sebagai akibat pengaruh gaya hidup. Bourcha sendiri menempuh pendidikan di Eropa, namun masih teguh pada aturan adat istiadat negerinya - Maroko.

Menurut Bourcha, keperawanan itu sangat penting bagi pengantin Maroko karena adat istiadat menilai hal ini sangat sakral dan ada kaitannya dengan nama baik keluarga serta harga diri dan prinsip. Tidak jadi soal apakah orang Maroko itu beragama Islam atau Kristen atau Atheis.

Hilangnya keperawanan baik karena faktor disengaja atau tidak harus segera dicarikan solusinya. Oleh karena pengantin pria Maroko pada malam pertama perkawinan harus melihat darah keperawanan istrinya. Inilah tradisi itu. Kecuali faktor lain yang telah disepakati oleh kedua pengantin sendiri tanpa ikut campur kedua belah pihak keluarga besar.

Pilih mana; perawan ting ting, palsu atau tidak perawan?

Inilah dilema kita sebagai wanita bila hubungan seks luar nikah telah kita lakukan. Tidak sedikit para wanita muda akhirnya menunda masa pernikahan mereka terkait soal yang satu ini. Oleh karena untuk menyatakan bahwa dirinya tidak utuh lagi di depan calon suami sangat berat dan memerlukan jiwa besar, karena sama saja dengan kalau harus berjibaku antara hidup dan mati. 

Mengapa demikian? Karena wanita dituntut ‘’sempurna’’ oleh pasangannya. Sementara sebaliknya calon suami bisa saja terjadi mereka tidak perjaka lagi. Apakah anda menilai fair? Saya malah menilai 100% tidak fair. Bagi saya, kalau calon suami menuntut saya sempurna, dan sayapun punya hak untuk menuntut dia masih perjaka. Skak mat deh!

Opini umum masyarakat Belanda dan generasi muda Maroko yang liberal

Sangat menghormati keperawanan. Wah angkat topi deh kalau ketemu yang masih perawan ting ting pada malam pertama perkawinan. Hubungan seks luar nikah dilakukan atas dasar suka sama suka. Jadi no problem dengan langkah yang dipilih.

Anggapan bahwa Barat penganut ‘’free sex’’ adalah bullshit. Oleh karena masih banyak perjaka dan perawanwati yang menunggu sampai hari pernikahan mereka. Sebab di negara Maroko saja malah hampir lebih dari setengah kaum intelek berpendidikan tinggi ternyata telah melakukan kontak seksual luar nikah.

Lebih suka pengakuan apa adanya apakah masih perawan atau tidak daripada kena ''dikadalin.''

Tidak perawan lagi bukan suatu tragedi.

Operasi keperawanan hanya buang-buang energi dan biaya. 

Pernikahan bukan melulu soal ‘’keperawanan.’’

Saling mencintai, melindungi serta memiliki adalah yang paling esensial.

Paling lucu lagi opini mereka yang seperti ini;

‘’Emangnya kalo kita baru kenalan sama seseorang harus nanya lebih dulu, are you still virgin? Atau eh lo dah kena coel pa lom sih?’’

Nah, itulah opini mereka yang blak-blakan soal perawan atau operasi keperawanan. Bagi mereka era sudah berubah. Cara pikir lebih praktis dan kritis, namun tetap menghormati kultur keperawanan tanpa merendahkannya.

Logikanya, apa yang sudah hilang harus diterima dengan lapang hati dan tidak mungkin dibuat kembali sempurna seperti aslinya. Tidak perlu dipaksakan. Asli tidak pernah akan ada copy yang sempurna, sebab itu tak ada gunanya untuk menciptakan tiruannya. Palsu tetap palsu. Pergi ke rumah sakit atau klinik untuk melakukan operasi plastik selaput dara yang tidak utuh lagi adalah tindakan menipu diri sendiri. Yang mereka nilai adalah bagaimana kita menghormati orang lain dengan keadaan apa adanya, dan memiliki prinsip.

Singkat kata, Karima tetap harus pulang ke kampung untuk menjalankan operasi keperawanannya yang tak utuh lagi.

Iseng saya tanya pada anda pembaca wanita, apakah Anda berani menyatakan untuk calon suami anda bahwa anda tidak perawan lagi? Ingat loh, keperawanan adalah harga diri tetapi kejujuran lebih unggul dari keperawanan. Yang mana? Duh ribet amat memang kalau gak perawan lagi. Senang deh bisa tukar pemikiran.

(da201116nl)

Thanks admin. 

image

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun