Mohon tunggu...
Safri Sebastian Sihombing
Safri Sebastian Sihombing Mohon Tunggu... Penulis - Sales-marketing dan Finance Specialist | Writer dan Debater | Social-Economics Researcher

Fonder Forum Debat dan Ilmiah Mahasiswa (FODIM) Unimed, Inisiator Ruang Berbagi 7, Iniator dan Penasehat Himpunan Mahasiswa Paranginan || Penerima Penghargaan Lomba Artikel Blog Kementerian PUPR dan Blog Competition Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi RI 2020 || Penerima Penghargaan Lomba Karya Tulis Ilmiah PT Inalum Persero 2019 || Mahasiswa Berprestasi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan 2019 || Peraih Juara Debat Mahasiswa Tingkat Nasional || Juara 1 Call for Paper UTM Madura dan Finalis Terbaik KBMK Bidang Kasus Pemasaran Kemenristekdikti 2019 || Tidak ada yang dapat mengalahkan ketekunan sekalipun kekuatan dan kejeniusan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ternyata Hanyalah Mitos

10 November 2017   01:26 Diperbarui: 10 November 2017   04:32 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Created By :Safri S Sihombing, motivationsafrisihombing.blogspot.com

Dulu waktu saya kecil saya sangat suka dan senang membaca bahkan mendengarkan cerita tentang dongeng, khayalan atau sebagainya yang berhubungan dengan mitos. Saat bicara berhubungan dengan mitos saya sering sekali mengangguk-anggukkan kepala saya seakan-akan apa yang saya baca atau degarkan adalah benar-benar terjadi (aktual). 

Akibat dari sering dan senangnya membaca dan mendengarkan cerita tentang mitos maka setiap apa kata-kata yang dibicaran orang lain saya langsung percaya, tanpa memikirkan terlebih dahulu apakah yang disampaikannya itu adalah benar. Akibattnya saya hanya percaya apa yang dibicaran oleh orang lain. Saya sangat jarang percaya dengan diri saya sendiri, bahkan yang lebih sakitnya lagi saya tidak dapat menerima diri saya sendiri. Saya sering membenci diri saya sendiri, menyalahkan Tuhan dan tidak mengerti apa tujuan saya di bumi ini. 

Dulu saya sangat minder dengan orang lain, apalagi bila melihat anak orang kaya, saya langsung merasa rendah dan seakan-akan mau menangis. Saya tidak yakin dan percaya apakah saya akan bisa sekolah, tamat SD aja sudah syukur kata saya sering di dalam hati saya. Saya juga tersadar akan keadaan orang tua saya yg tidak mampu ditambah lagi dengan keadaan perkotaaan membuat saya harus beradaptasi. Semua serba belik dan tidak ada yang gratis. Akibatnya dengan keadaan yang memasak ditambah lagi kondisi nenek yang seorang diri di kampun, akhirnya keluarga kami memutuskan untuk hidup di kampung. Awalnya yang pergi ke kampung pertama sekali adalah ibu saya dan tiga orang adik saya. Kemudian satu tahun lagi saya, kakak saya, dan ayah saya juga menyusul.

Di kampung pribadi saya mulai ditempah dan diuabahkan. Saya mulai belajar untuk menerima diri saya sendiri. Belajar untuk meyakini bahwa saya bisa seperti mereka. Saya juga mulai belajar untuk hidup tekun dan bertekad menjadi pribadi yang sesungguhnya. Waktu awalnya saya di kampung, waktu itu saya kelas 6 (enam) SD saya mendapatkan rangking/juara 2 di kelas. Kemudian memasuki SMP saya mulai rajin lagi belajar dan menunjukkan eksistensi saya di sekolah. Selanjutnya sayapun tiba memasuki jenjang SMA, namun di kelas 1 (satu) SMA saya tidak pernah terpikir untuk melanjut kuliah bila sudah tamat SMA. Waktu itu ditanya oleh wali kelas saya, siapa yang melanjut bila sudah tamat dari SMA ini, semua teman-teman saya angkat tangan selain saya dan beberapa teman saya. 

Namun, di SMA lah dimulai perjalanan saya untuk menggapai masa depan yang lebih baik. Disanalah saya mulai berpikir untuk belajar lebih sungguh-sungguh dan menggali potensi saya. Di SMA saya mendapatkan banyak sekali penghargaan dari berbagai bidang dan mendapatkan juara satu umum setiap tahunnya. Padahal, dulunya saya tidak yakin dengan diri saya, saya hanya yakin dengan apa kata orang. Saya juga tidak yakin bisa melanjut kuliah hari ini, namun Tuhan berkehendak lain. Apa yang takpernah saya pikirkan Tuhan sediakan bagi saya. Saya bisa melanjutkan kuliah saya di Universitas Negeri Medan (Unimed) dan itu adalah permintaan dari orang tua saya.

Sekarang saya percaya dengan apa kata diri saya, bukan apa kata orang yang selama ini katanya-katanya itu adalah mitos. Banyak saat ini generasi muda menyerah dan tidak mau berkarya lagi akibat percaya dengan apa kata orang lain (mitos). Orang lain mungkin sering berkata pada kita mana mungkin kamu bisa, kaukan anak orang miskin bahkan banyak juga perkataan orang lain menjatuhakan integritas dan antusiasme kita untuk maju. Lihat aja ada begitu banyak orang berhenti bergerak bahkan tidak sedikit yang jiwanya tergangu diakibatkan oleh tidak dapatnya menerima dirinya sendiri dan selalu mempercayai apa kata orang. Saya jadi teringat dengan sebuah kata-kata yang meneguhkan saya, yaitu : " Anda bisa sukses sekalipun tida ada orang yang percaya anda bisa, namun anda tidak akan bisa sukses bila anda tidak percaya dengan diri anda sendiri". Ya, benar bagaimana anda bisa sukses dan maju bila anda tidak yakin pada diri anda sendiri. Ingatlah bila anda yakin maka anda sudah 90% lulus atau tujuan yang anda impikan sudah 90% tercapai akibat keyakinan saudara.

Selama ini ada banyak sekali mitos (kata-kata orang) yang membuat kita berhenti untuk bergerak. Namun satu pesan saya bergerak terus dan jangan menyerah. "Diam itu adalah emas, mendengar adalah mutiara dan berbicara adalah berlian yang berharga, namun terkadang kita butuh tuli dan bisu agar kita terus bergerak". Ingatkah saudara dengan pertandingan yang dilakukan antara katak yang tuli dengan seekor kancil. Mereka bertanding untuk berlari siapa yang lebih cepat sampai ke tujuan/finish. Kancil berpikir bahwa dialah yang akan menang, maka dia santai-santai aja dan sampai bahkan tertidur, sedangan katak yang tuli ini terus tekun berlari dan berlari. Bahkan karena seekor katak ini tuli dia tidak mendengarkan apa kata binatang lain yang mengejeknya. Dia menyangka bahwa binatang lain memberikan semangat atau support padanya ternyata tidak. Untunglah seekor katak ini tuli dan sikatak semakin semangat terus bergerak. Dan pada akhirnya sikataklah yang menang dari pada sikancil. Coba seandainya katak tersebut tidak tuli maka sikatak sudah berhenti bergerak, karena semua binatang mengejek dan menertawai sikatak.

Dari cerita itu kita belajar, bahwa "Tida ada yang dapat mengalahkan ketekunan dan kerja keras sekalipun itu yang namanya kekuatan dan kejeniusan". Teruslah bergerak, teruslah maju, dan jangan dengarkan apa kata orang yang ingin menjatuhkanmu.

Safri S Sihombing Ketika pembicara di SMA N. 1 Paranginan
Safri S Sihombing Ketika pembicara di SMA N. 1 Paranginan
Ternyata dalam hidup ini banyak mitos itulah kata-kata orang yang ingin menjatuhkanmu. Guys never give up for do the best in your life.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun