Abstrak
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan radiografi terhadap organ tubuh manusia dengan mengekspos organ-organ tersebut menggunakan paparan radiasi. Salah satu dari varisi prosedur pencitraan radiologi adalah pemeriksaan anatomy sternum. Pemeriksaan sternum dengan modalitas sinar-X konvensional merupakan teknologi radiologi diagnostik yang digunakan untuk mengindikasikan infeksi, kanker, dan patah pada tulang area sternum atau keabnormalitas struktur anatomy tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai efektivitas dan efisiensi dari sinar-X konvensional dalam mengidentifikasi penyakit maupun indikasi dari anatomy sternum. Salah satu teknik yang digunakan adalah pemeriksaan radiografi sternum pada individu yang memiliki riwayat trauma dan gejala nyeri dada. Hasil temuan dari pemeriksaan ini menunjukkan bahwa sinar-X konvensional sangat sensitif dan akurat dalam mengidentifikasi fraktur bagian  sternum, pemeriksaan menggunakan ini sangat cocok  dalam melihat jaringan lunak dan abnormalitas kecil dari anatomy sternum . Pada kasus ini digunakan pemeriksaan radiografi thorax dengan proyeksi PA supine. Selain itu, kita harus tahu betapa pentingnya bagi radiografer untuk mengevaluasi data dengan akurat untuk mencegah kesalahan diagnosis. Secara ringkas, sinar-X konvensional sangat berguna dalam menilai anatomy sternum maupun anatomy yang lain, dengan kata lain perkembangan pemeriksaan radiologi sangat dibutuhkan di masa depan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan lebih sempurna.
kata kunci : fraktur sternum, radiografi thorax, PA supine
Pendahuluan
Fraktur sternum merupakan salah satu jenis cedera toraks yang terjadi akibat trauma langsung atau tidak langsung pada bagian dada anterior. Fraktur yang umumnya terjadi akibat dari trauma tumpul pada dada bagian depan, biasanya terjadi akibat kecelakaan lalu lintas, cedera atletik, dan jatuh dari ketinggian. masalah pada fraktur sternum harus benar-benar diperhatikan karena berkaitan erat dengan trauma berat dan berpotensi menimbulkan komplikasi terhadap organ vital di sekitarnya, seperti jantung, pembuluh darah besar, dan paru-paru. pada kasus seperti ini dibutuhkan pemeriksaan radiografi untuk melihat bagaimana fraktur yang terjadi pada sternum. Dalam konteks diagnostik, radiografi thorax merupakan modalitas pencitraan awal yang paling sering digunakan karena kemudahan akses, efisiensi waktu, dan biaya yang lebih rendah dibandingkan teknik pencitraan lainnya seperti CT-Scan. Â fraktur sternum dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi patahnya. berdasarkan lokasinya fraktur sternum terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
Fraktur Manubrium : bagian yang berada paling atas dan juga memiliki permukaan yang paling luas dari tulang dada, memiliki bentuk agak trapezoid dan yang paling tebal di antara tiga tulang yang membentuk tulang dada. pada kasus seperti ini bagian yang mengalami fraktur atau patah berada pada bagian atas dari sternum, fraktur yang terjadi pada bagian ini sering kali dikaitkan dengan trauma yang lebih berat dan memiliki resiko komplikasi yang lebih tinggi.Â
Fraktur Corpus Sterni : corpus sterni atau bisa disebut sebagai tubuh sternum adalah bagian terpanjang dari tiga bagian yang ada. Panjangnya sekitar 10 cm di antara T5 dan T9 vertebrae. kasus fraktur atau patah tulang yang berada pada bagian tengah dari sternum adalah kasus yang paling umum terjadi.Â
Fraktur Prosesus Xiphoideus : Processus Xiphoideus adalah bagian terkecil dan yang paling inferior dari tiga bagian sternum, dengan bentuk yang tipis dan lonjong. Pada bagian ujungnya memiliki variasi bentuk, seperti ujung yang runcing sampai tumpul dan bulat. Â pada kasus fraktur sternum bagian ini menjadi kasus yang jarang terjadi.
Maka dari itu penggunaan teknologi modern seperti pemeriksaan radiografi sangat dibutuhkan dalam kasus seperti fraktur sternum, dengan melakukan pemeriksaan radiografi seperti X-Ray, CT-Scan, dan MRI kita bisa mendeteksi bagaimana dan di mana fraktur tersebut terjadi. Dapat diberikan diagnosis dan tindakan apa yang perlu dilakukan selanjutnya oleh dokter setelah menjalani serangkaian pemeriksaan radiografi, Â dengan begitu seorang pasien juga tidak akan merasakan sakit kembali dan mulai bisa beraktivitas dengan normal tanpa adanya rasa sakit.
Metodologi
Pada kasus yang diambil ditunjukan terdapat nyeri ditengah area regio thorax, gejala yang dialami pasien yang ditunjukkan pasien seperti nyeri dada saat bernafas, batuk atau tertawa, serta nyeri/kram pada bagian tengah dada, hal tersebut menunjukkan kemungkinan terjadinya fraktur pada regio thorax, dengan klasifikasi fraktur yaitu fraktur pada sternum karena merasakan nyeri pada tengah dada setelah  mengalami kecelakaan. Untuk memastikan indikasi klinis dibutuhkan pemeriksaan radiografi thorax PA (Posteroanterior) dan thorax lateral. Pada kasus fraktur sternum, dilakukan pemeriksaan thorax PA dan  thorax Lateral.
Persiapan sebelum pemeriksaan :Â
1. Periksa surat permintaan dari dokter (rekam medik) yang didalamnya terdapat identitas pasien, diagnosa/indikasi klinis, surat persetujuan/informed consent, jenis pemeriksaan radiologi yang diminta.
2. Persiapkan alat dan ruangan yang meliputi posisi tabung dan pesawat sinar-X, suhu ruangan radiologi, pastikan ruangan telah disterilisasi.
3. Anamnase (pastikan ulang identitas dan kelengkapan pasien pada pasien).
4. Minta pasien dan pastikan tidak ada benda logam yang digunakan pasien
Pada saat pemeriksaan :Â
1. Thorax PA
- Atur FFD : 150-180 cm
- Kaset yang digunakan berukuran 35x35cm atau 35x43cmÂ
- Perlu menggunakan grid saat pemriksaan
- kV yang digunakan yaitu 100-125 kV, sedangkan mAs yang digunakan 1-8 mAs
- Posisi pasien berdiri tegak menghadap kaset/reseptor, dada menempel pada kaset
- Dagu diangkat, tangan diangkat memegang bucky stand, bahu di depan
- CR tegak lurus ke T7 mid-sagital
- Sinar-X dipusatkan pada vertebra thorakal 7 (setara sudut bawah sscapula), bagian atas kaset sekitar 5 cm di atas bahu
- Setelah pasien diposisikan, ekspose sesuai dengan kV dan mAs yang dibutuhkanÂ
- Pasien diminta menarik napas dalam dan menahan napas saat eksposur dilakukan
- Ambil kaset dan lakukan pembacaan pada reader, evaluasi hasil citra.
2. Thorax Lateral
- Atur FFD : 150-180 cm
- Kaset yang digunakan berukuran 35x35cm atau 35x43 cm
- Perlu menggunakan grid saat pemeriksaan
- kV yang digunakan yaitu 100-125 kV, sedangkan mAs yang digunakan 4-8 mAs
- Posisi pasien berdiri tegak,sisi kiri/kanan (sesuai permintaan) dada menempel pada kaset
- Kedua lengan diangkat dan disilangkan di atas kepala, dagu diangkat, posisi tubuh sejajar dengan kaset tanpa rotasi
- CR tegak lurus ke Mid-Axillary line pada T7
- Sinar-X dipusatkan pada pertengahan thorax (midcoronal)
- Setelah pasien diposisikan, ekspose sesuai dengan kV dan mAs yang dibutuhklanÂ
- Pasien diminta menarik napas dalam dan menahan napas saat eksposur dilakukan
- Ambil kaset dan lakukan pembacaan pada reader, evaluasi hasil citra
Hasil dan Pembahasan