Mohon tunggu...
Gregorius Aditya
Gregorius Aditya Mohon Tunggu... Konsultan - Brand Agency Owner

Seorang pebisnis di bidang konsultan bisnis dan pemilik studio Branding bernama Vajramaya Studio di Surabaya serta Mahasiswa S2 jurusan Technomarketing Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Saat ini aktif mengembangkan beberapa IP untuk bidang animasi dan fashion. Penghobi traveling dan fotografi Landscape

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Mungkinkah Bisnis Level UKM Dapat Membuat Brand Mewah?

12 April 2024   23:30 Diperbarui: 18 April 2024   08:22 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi brand mewah (Louis Vuitton)

Meskipun harga memang berperan atas keputusan konsumen, namun hal tersebut tidak menjadi satu-satunya faktor. Produk mewah diberi harga justru untuk mencerminkan keunggulan bahan, keahlian, dan pengalaman brand luar biasa yang mereka tawarkan. Namun, UKM tetap dapat bersaing dalam nilai dengan menekankan kualitas, eksklusivitas, dan cerita di balik produk mereka. 

Contoh nyata kesuksesan dari ini adalah Mulberry, salah satu brand premium dari Inggris. Merek asal Inggris ini dimulai dari sebuah toko kulit kecil pada tahun 70an oleh Roger Saul yang menerima pengetahuan dan semangat dari ayahnya yang berjualan sepatu. Mereka membuat produknya dengan berfokus pada menghidupkan kembali teknik pengerjaan kulit klasik Inggris dan menggunakan bahan terbaik.

Pada akhirnya, Mulberry dapat secara konsisten menawarkan sentuhan unik berupa kemewahan tradisional, menarik pelanggan setia yang mencari keanggunan sederhana.

Ilustrasi produk fashion mewah. Sumber: purseblog.com
Ilustrasi produk fashion mewah. Sumber: purseblog.com

4. Penciptaan Cerita Mengapa Brand itu Harus Eksis sebagai Senjata Utama

Kemewahan pada hakekatnya melampaui eksistensi maupun harga produk itu sendiri. Dalam hal ini setiap pebisnis perlu menciptakan kisah dari brand yang menarik.

Kita bisa menceritakan kisah di balik merek kita, semangat yang mendorong kreasi kita, dan nilai-nilai yang kita wakili. Apa yang membedakan kita dari sekedar sebuah klise dalam hal ini adalah bagaimana kita bersikaplah tulus dan transparan karena pada dasarnya konsumen menghargai keaslian atau nilai-nilai otentik.

Untuk dapat menemukan contoh dari hal ini, kita dapat melihat brand Patagonia. Perusahaan pakaian outdoor asal Amerika ini telah mengembangkan branding berdasarkan kemewahan dengan berfokus pada inovasi teknologi, praktik berkelanjutan, dan komitmen terhadap aktivisme lingkungan. 

Beberapa kampanyenya turut menyuarakan hal-hal seperti kontra terhadap pengeboran Alaska yang dapat merusak lingkungan.

Secara produk sendiri, desainnya yang halus dan tetap berfokus pada fungsionalitas pada akhirnya diterima oleh konsumen kaya yang menghargai kualitas dan praktik etis atas lingkungan.

Nilai-nilai semacam ini dapat menjadi penggerak di tengah maraknya tujuan Sustainable Development Goals (SDG) yang menjadi cita-cita global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun