Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Logika Politik Para Intelektual

17 Januari 2019   12:56 Diperbarui: 17 Januari 2019   13:02 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tetiba, istilah alumni pun menjadi objek persengketaan di tahun politik. Maklum saja, karena para pihak, khususnya aktor dan partai politik, hendak berupaya untuk melakukan identifikasi sekaligus asosiasi kepada kelompok intelektual tersebut. Hal ini terjadi dikedua kubu. Para alumnus perguruan tinggi, terlebih dari kampus negeri dan ternama adalah mendapat bobot yang signifikan.

Padahal jika kemudian populasi alumni tersebut, dikalkulasi dalam struktur sosial, jumlahnya tidaklah seberapa. Lantas apa yang diperebutkan? Tentu saja efek pengaruh dari persepsi publik. 

Secara umum, masyarakat menilai bila kampus dapat menjadi indikator dari sebuah pilihan politik. Tidak hanya di Indonesia, dibanyak negara perguruan tinggi seolah menjadi magnet yang menarik bagi kelompok politik praktis. 

Hal ini, dapat terlihat secara terang benderang misalnya, sebagaimana relasi dan kedudukan politik Universitas Al-Azhar, terhadap penduduk warga dan pemerintahan Mesir.

Jadi, apa yang dicari? Kemelekatan atas imajinasi publik, bila orang terdidik dan terpelajar memiliki tendensi politik tertentu akan mengakibatkan efek domino meluas. 

Mengapa begitu? Karena kelompok lapis sosial yang berkategori alumni perguruan tinggi, berada dalam struktur lapisan atas dari stratifikasi sosial. 

Terlebih dengan embel-embel nama universitas negeri, dalam benak khalayak dimaknai dengan seleksi masuk nan ketat, sehingga hanya yang terpilih saja yang dapat berkuliah disana, serta mereka"beruntung" dalam kehidupan sosial.

Berharap Efek Ikutan

Indikator yang kemudian disempatkan pada alumni perguruan tinggi, setidaknya terdiri dari kombinasi (a) cerdas -karena pendidikan yang diterima, (b) mobilitas vertikal -naik kelas sosial terjadi karena peluang memasuki pekerjaan dengan level yang lebih tinggi. Artinya, dengan sudut pandang publik yang istimewa menempatkan para alumni kampus tersebut, diharapkan terjadi efek ikutan.

Dalam komunikasi terdapat istilahBandwagon Effect, yang dinyatakan sebagai bentuk reaktifitas positif untuk mengikuti suatu trend tertentu, maka hal inilah tujuan perebutan simpati melalui jejaring simbolik bernama "alumni". 

Jika pilihan politik saya dengan alumni tersebut, sekurangnya pemikiran individu tampak menjadi bagian, atau terasosiasi dengan identitas kelompok tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun