Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Lampu Kuning El Barca

18 Agustus 2017   16:46 Diperbarui: 18 Agustus 2017   16:50 1158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada bursa transfer musim panas 2017, semua klub Eropa sibuk berbenah. Salah satu klub, yang sibuk berbenah itu adalah Barcelona  Selain mendatangkan pelatih Ernesto Valverde; mereka juga mendatangkan Paulinho, Marlon, Nelson Semedo, dan Gerard Deulofeu. Di sisi sebaliknya, Azulgrana melepas Jeremy Mathieu, Jordi Mboula, dan Neymar. Aktivitas ini masih berlanjut, karena Barca juga sedang mendekati Ousmane Dembele (Dortmund), dan Coutinho (Liverpool), yang diproyeksi memperkuat lini serang tim menggantikan Neymar.

Sekilas, semua aktivitas belanja Barca ini terlihat menjanjikan. Di bangku pelatih, mereka sudah mendapat sosok Ernesto Valverde, pelatih berpengalaman,.yang menganut taktik sepak bola menyerang. Dari segi dana pun tak ada masalah. Karena, mereka baru saja diguyur dana segar sebesar 222 juta euro (sekitar Rp 3,4 triliun) hasil penjualan Neymar ke PSG.

Tapi, lambatnya pergerakan Barca, dalam mencari pengganti sepadan Neymar, mempengaruhi performa tim di laga resmi. Ini terlihat, dari performa Barca, dalam 2 leg laga Piala Super Spanyol, melawan Real Madrid, yang dihelat pada tanggal 14, dan 17 Agustus (dinihari WIB) lalu. Dalam 2 laga ini, Barca tampil buruk, dan kalah agregat 1-5 (1-3; 0-2) atas El Real arahan Zinedine Zidane.

Melihat performa jeblok ini, jari telunjuk pendukung Barca, akan mengarah ke jajaran direksi klub, dan Valverde, sebagai sosok yang pantas dikambinghitamkan, selain para pemain tentunya. Tapi, jika dilihat secara netral, akibat sinergi negatif ketiga pihak inilah, performa Barca jadi jeblok.

Dari sisi direksi klub, masalahnya adalah, mereka tidak bergerak cepat, dalam mencari pengganti Neymar. Selain itu, kebijakan transfer mereka, belakangan menjadi cenderung pragmatis, dengan gemar membeli pemain jadi, tapi mengabaikan pemain-pemain muda berbakat dari akademi La Masia. Akibatnya, pemain binaan La Masia justru meraih sukses di klub lain, dan membuat Barca harus mengeluarkan dana cukup besar, untuk memulangkannya, seperti pada kasus Cesc Fabregas, Jordi Alba, dan Gerard Deulofeu. Tapi, ada juga alumni La Masia yang enggan pulang ke Barca, misalnya Hector Bellerin (Arsenal). Di sini, La Masia justru menjadi berperan ganda; sebagai produsen pemain bintang yang dilepas dengan harga murah, tapi akan berharga mahal saat dipulangkan Barca.

Dari sisi Valverde selaku pelatih, rencana taktikalnya terlihat kacau. Karena, pada awalnya ia memproyeksikan Neymar sebagai pion utama tim, seperti tampak dalam laga tur pramusim Barca di Amerika, sebelum Neymar pergi. Tapi, disini ia justru mengulang kesalahan taktis mendasar, dari para pendahulunya di Barca; tidak punya rencana cadangan, saat situasi mendadak berubah. Rancangan taktik Valverde pun jadi berantakan saat Neymar pergi. Akibatnya, performa Barca anjlok jelang bergulirnya La Liga musim 2017/2018.

Sebetulnya, dalam hal variasi taktik di lini tengah, Barca sudah bergerak merekrut Paulinho, gelandang pekerja asal Brasil, dari Guangzhou Evergrande (Tiongkok ). Tapi, lini depan mereka masih kekurangan pemain, dengan kualitas setara (atau minimal mendekati) Neymar. Padahal, kehadiran pengganti sepadan Neymar di lini depan Blaugrana, akan sangat berguna. Karena dapat mengurangi ketergantungan tim pada sosok Lionel Messi.

Dari sisi pemain, perbedaan kualitas antara pemain inti, dan cadangan Blaugrana sangat timpang. Akibatnya, jika ada pemain inti yang absen atau hengkang, itu akan berpengaruh negatif bagi kekuatan tim secara keseluruhan. Situasi ini berbanding terbalik dengan Real Madrid, yang masih mampu mengalahkan Barca 2-0, di leg kedua Piala Super Spanyol, meski tak diperkuat Cristiano Ronaldo akibat terkena skorsing. Dari sini, terlihat jelas, kualitas antarpemain di Real Madrid lebih merata daripada Barcelona.

Dari sisi pemain, jebloknya performa mereka menunjukkan, tim Barca saat ini sudah mulai 'habis', seiring bertambahnya usia para pemain kunci tim, seperti Lionel Messi, Luis Suarez, Andres Iniesta, dan Gerard Pique, yang sama-sama sudah berusia kepala tiga. Artinya, tak lama lagi, mereka akan melewati masa puncak performa. Secara khusus, masalah penurunan ini mulai tampak jelas pada sosok Andres Iniesta (33), gelandang kreatif yang mulai sering absen akibat terkena cedera. Otomatis, Barca harus mulai berani memberi peluang tampil, bagi para pemain muda macam Sergi Samper, Denis Suarez atau Carles Alena. Supaya, kualitas tim dapat tetap terjaga, dan kompetitif.

Situasi buruk yang sedang dialami Barca saat ini, seharusnya dapat menjadi momen bagi direksi klub khususnya, untuk kembali ke filosofi dasar klub: "mes que un club" (lebih dari sekedar klub), dengan mulai memberdayakan lagi pemain lulusan akademi La Masia di tim utama, dan tidak bergantung sepenuhnya pada belanja pemain bintang berharga mahal, atau kebijakan memulangkan mantan pemain binaan akademi.

Karena, jika kebijakan transfer semacam ini masih terus dijalankan, mereka akan kesulitan berprestasi secara konsisten, dan akan mengalami kemunduran, akibat tak adanya regenerasi pemain berkualitas secara berkelanjutan. Jika tak kunjung ada perubahan positif, boleh jadi kekalahan atas Real Madrid, di ajang Piala Super Spanyol 2017, akan menjadi penanda berakhirnya era panen trofi El Barca, yang dimulai sejak tahun 2005 hingga musim 2016/2017 lalu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun