Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menunggu Prabowo Kuasai Tanah Jawa

26 Desember 2017   12:38 Diperbarui: 26 Desember 2017   13:02 3029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Moreno Soeprapto. Foto: kompas.com

Meski dalam deal koalisi baru menyetujui 5 provinsi minus Jatim dan PKS juga sudah menyatakan dukungannya pada pasangan Saifullah Yusuf -- Azwar Anas, tetapi masih sangat mungkin PKS akan putar haluan manakala elektabilitas Moreno bisa didongkrak. 

Bagaimana pun PKS lebih nyaman berada di Koalisi Merah Putih yang sudah terbentuk sejak Pilpres 2014 lalu, daripada sepanggung bersama PDI Perjuangan.

Hal yang sama juga akan dilakukan PAN. Meski sempat cenderung ke kubu Khofifah Indar Parawansa -- Emil Dardak, tetapi PAN merasa lebih sreg untuk melanjutkan koalisi dengan Gerindra. 

Sebab jika ketiga partai ini berkoalisi di 3 Pilkada di daerah dengan mata pilih terbesar di Indonesia dan mampu memenangkannya, maka seluruh Jawa telah mereka kuasai menyusul Banten dan Jakarta. Pemilu dan PIlpres 2019 pun sudah dalam genggaman mereka.

Munculnya nama Sudrajat, Sudirman Said dan Moreno, tentu bukan igauan seorang Prabowo melainkan sebuah strategi politik yang brilian dan tidak bisa dianggap entang.

Pertanyaannya mampukah calon-calon yang masih "hijau" di pentas politik nasional itu, memenangkan "peperangan" di tanah Jawa. Kini fokuskan bahasan pada sosok Moreno. 

Pada Pemilu 2014 lalu, Moreno terpilih menjadi anggota DPR dari Daerah Pemilihan Jawa Timur V dengan perolehan lebih dari 52.000 suara. Tetapi perolehan tersebut bukan sebuah jaminan.

Juara I Formula BMW Asia di Shanghai tahun 2004 ini hanya bisa memenangkan pertarungan jika mampu menarik pemilih mengambang (swing voter) dan suara Nadliyin yang juga nasionalis. 

Banyak kader-kader PDIP maupun Golkar yang juga warga Nahdlatul Ulama (NU). Suara mereka terpecah antara Khofifah dan Saifullah. Moreno harus mampu meyakinkan mereka dan menyatukannya di bawah "atap" baru tanpa menanggalkan identitas lamanya. 

Dengan bahasa lain, tetap menjadikan mereka sebagai Nahdliyin yang nasionalis namun terbuka dengan cara pandang berbeda. Tentu tidak mudah karena berbenturan langsung dengan keyakinan. Tetapi bukan pula mustahil. 

Moreno tidak sedang mencampur air dengan minyak, karena masih dalam satu "kiblat" dan imam, sehingga peluangnya tetap terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun