Mohon tunggu...
Akhlis Purnomo
Akhlis Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Copywriter, editor, guru yoga

Suka kata-kata lebih dari angka, kecuali yang di saldo saya. Twitter: @akhliswrites

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Dunia Marketing, Masalah dan Peluang Bisnis di Tengah Badai Coronavirus

22 Maret 2020   19:20 Diperbarui: 23 Maret 2020   04:17 2234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pekerja kantoran. (sumber: workinmind.org via kompas.com)

Di sini brand masih bisa melakukan selling secara halus (soft), melakukan kegiatan bisnis mereka dengan tetap semaksimal mungkin menekan kontak fisik antarmanusia. Brand ini sukses mengedepankan solusi bagi masyarakat.

Mencontoh dari sini, brand-brand di Indonesia bisa mulai bekerja keras mencari masalah-masalah yang ada di masyarakat saat ini dan mempersembahkan solusi bagi mereka yang membutuhkan di masa kita semua harus bekerja dari rumah dan menjaga jarak dengan individu lainnya.

Resep Bertahan Bagi Bisnis Rentan

Bagi bisnis-bisnis yang rawan dengan efek negatif pandemi COVID-19 ini, sangat disarankan untuk mengamati perilaku konsumen dan mengubah strategi bisnis mereka agar bisa terus bertahan melewati krisis ini.

Akan ada banyak sekali perilaku konsumen yang berubah setelah mengalami pandemi COVID-19 ini. Misalnya bisnis restoran yang saat ini lesu karena siapa yang mau makan di luar dengan risiko tertular virus?

Nasihat pertama dan paling utama ialah dengan segera beralih ke platform online. Ini sudah tidak bisa ditunda. Jika Anda ingin bisnis terus bertahan dan dapat melewati krisis, bangun strategi Anda sendiri untuk menuju ke kanal daring. Ibarat katalisator, COVID-19 terus mendorong terjadi revolusi digital dan online.

Yuswohady juga menyarankan agar brand-brand berlomba menjadi yang pertama dalam menyuguhkan solusi di bidang mereka terkait pandemi COVID-10. Misalnya langkah yang dilakukan Ruangguru membuatnya menjadi yang terdepan dan paling diingat (top-of-mind) di antara banyak platform belajar daring sejenis. Begitu juga Telkomsel yang memberikan bonus paket internet bagi pengguna untuk bisa belajar di rumah.

"Karena itu carilah masalah-masalah yang berkaitan dengan pandemi COVID-19, kebijakan working from home dan social distancing ini dan memberikan solusi inovatif berupa program CSR/ PR yang pertama di bidang kita masing-masing agar terus diingat masyarakat. Karena siapa yang mau mengingat yang kedua dan ketiga dan seterusnya?"

Bagaimana dengan brand-brand produk tersier semacam otomotif, peralatan elektronik rumah tangga, dan sejenisnya yang masyarakat akan lebih jarang butuhkan selama pandemi ini?

Yuswohady mengatakan memang sulit. Salah satu jalan bertahan ialah dengan membangun brand saat mempertahankan penjualan sangat sulit. Bisa saja masih menjual tapi caranya dengan halus (soft selling), bukan hard selling.

Brand juga semestinya sadar bahwa penjualan mereka akan menurun dalam waktu dekat ini. Dan untuk merespon penurunan ini, mereka bisa mengandalkan PR (humas) untuk sekali lagi membangun brand. 

Karena toh mau berjualan sampai diskon habis-habisan pun akan percuma juga dengan melemahnya daya beli masyarakat dan pembatasan keuangan mereka untuk konsumsi barang-barang primer yang saat pandemi akan menjadi prioritas tertinggi. (*/disarikan dari penjelasan Yuswohady tanggal 19 Maret 2020 di Radio Smart FM)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun