Mohon tunggu...
Akhir Fahruddin
Akhir Fahruddin Mohon Tunggu... Perawat - Perawat

| Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada | Bachelor of Nursing Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Merawat Harapan "Dari Sumbawa ke Timur Tengah"

21 November 2019   08:00 Diperbarui: 21 November 2019   08:05 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Teheeltech Training Centre (taheeltech.com)

Tepat 8 september 2014, saya mulai bekerja. Orientasi ruangan dilakukan, pekerjaan di Puskesmas memang tidak seperti di rumah sakit, ada beberapa orang yang bekerja sembari memegang program seperti imunisasi, lansia, jiwa, penyakit menular dan tidak menular. Ada instalasi gawat darurat sampai rawat inap. 

Ini proses, saya menyanggupi sembari berfikir untuk mencari penghasilan diluar pekerjaan yang ada. Kami di kampung terutama perawat atau mantri biasanya berkeliling menelusuri hutan rimba, jalan perkampungan, sesekali ke rumah-rumah di pegunungan daerah transmigrasi untuk sekedar dipanggil melihat keadaan keluarga yang sakit, atau menelusuri pesisir pantai bertemu nelayan yang kadang menukarkan ikan dengan obat-obatan. Saya benar-benar merasakan kebahagiaan meski takarannya berbeda dari apa yang diharapkan kebanyakan orang. Hari-hari ini saya lalui dalam rentang waktu 8 bulan.

***

Tahun berganti sebagaimana mestinya, waktu berputar menandakan pergantian siang dan malam, proses perjalanan menuju Timur Tengah kini sudah menjadi kenyataan sejak April tahun 2015 memutuskan untuk mengembara meninggalkan desa. Langkah berani anak muda seumur saya membuat sebagian keluarga bertanya bahkan tidak percaya. Dengan modal nekat saya melangkahkan kaki meninggalkan kampung halaman di bagian Selatan Sumbawa, NTB.

Diantar kakak pertama menggunakan sepeda motor dengan menempuh jarak 3 jam ke Kota, disetiap tikungan dan tanjakan jalanan di pegunungan Lageni, angin segar menerabas penutup kepala standar yang saya pakai sejak kuliah dulu, jalan mulus yang baru diperbaiki sejak 10 tahun rusak parah mengiringi besi tua itu mengantarkan saya menuju cita-cita yang tak pernah terpikirkan sebelumnya.

Dengan hanya membawa 4 baju dan 2 celana panjang serta jaket lusuh seadanya, saya merasakan aroma kemiskinan ini dengan penuh kesyukuran, masih ada peluang untuk maju selangkah atau melompat agar fase ini terlewati.

Saya mencium tangan orang tua untuk berpamitan. Sampai di kota, saya peluk erat kakak, uang seadanya di dompet hasil kerja dan pinjaman masih teringat hingga saat ini. Bibi yang kala itu menemani sampai ke pool travel memberi saya bekal seadanya. Memeluk segala harap untuk pergi menuju cita-cita guna memantapkan niat untuk mengikuti pelatihan di Indonesian Nursing Trainers (INT) Malang, Jawa Timur agar dapat bekerja keluar negeri.

Pasca pelatihan, tepat 18 Mei 2015, perjalanan dimulai ke orbit lain dunia ini. Saya membayangkan betapa perjalanan ini bukan hanya sebagai perjalanan untuk mencari jati diri tetapi lebih pada perjalanan spiritual menuju cita-cita sukses yang saya impikan. Tidak ada yang bisa diharapkan selain berusaha menemukan takdir itu kemudian mensyukurinya.

Setelah selesai ibadah isya di bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, perjalanan menuju orbit lain pun dimulai. Tepat pukul 00.15, pesawat Qatar Airways membawa saya menuju belahan lain dunia ini. Keinginan untuk bekerja di Timur Tengah telah termotivasi setelah mengikuti pelatihan.

Motivasi internal dan juga eksternal telah mendorong saya untuk melangkah bahkan melompati fase-fase kedukaan hidup menuju fase keseimbangan dimana daya pikul dan daya tahan untuk berbuat dan bermanfaat bagi sesama menjadi langkah selanjutnya yang harus terlaksana.

Pertama kali menginjakkan kaki di Saudi Arabia adalah momentum dimana rasa dan harapan menjadi dua hal yang menyatu kemudian menjadi energi untuk tetap semangat meniti karir pekerjaan. Hari itu, 28 Mei 2015, senyum merona tampak dibalik pergantian musim dingin ke musim panas, ada yang membuat rindu tentang kampung halaman. Ini wajar, sebagian yang lain juga merasakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun