Mohon tunggu...
Widz Stoops
Widz Stoops Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Penulis buku “Warisan dalam Kamar Pendaringan”, Animal Lover.

Smile! It increases your face value.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jadilah Penyayang Binatang yang Cerdas dan Bertanggung Jawab

2 Maret 2020   05:30 Diperbarui: 2 Maret 2020   05:33 931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya adalah penyayang binatang. Lihat saja profile saya di Kompasiana "Animal Lover". Bahkan mungkin kalau di takar, rasa sayang saya lebih banyak kepada binatang dari pada manusia ha..ha.. just kidding!

Banyak sekali orang yang salah dalam menyalurkan rasa kasih sayangnya terhadap hewan. Mengapa saya katakan itu? Karena saya pernah melakukannya.   Berikut contoh kesalahan saya.

Saat masih sekolah dulu saya melihat seorang anak kucing kecil mengeong-ngeong. Karena merasa iba saya bawa pulang anak kucing itu. Sampai di rumah, saya coba beri susu dan makanan kucing tapi tak sedikitpun di sentuhnya.

Pada saat saya lengah anak kucing itu berhasil berjalan keluar rumah hingga ke jalan, kemudian tertabrak mobil. Mati! Keesokan harinya saat ke sekolah di tempat yang sama di mana saya mengambil anak kucing itu, terlihat kucing betina mengeong-ngeong mencari anaknya.

Anak kucing itu telah saya rampas dari induknya. Seharusnya saya mengecek terlebih dahulu apakah kucing itu masih menyusui dan menyelidiki di mana induk semangnya. Saya telah membuat suatu keputusan terburu-buru hanya karena rasa iba semata. Kejadian itu sempat membuat saya trauma.

Kejadian kedua kalinya adalah seekor anak anjing yang saya lihat terlantar di tengah jalan. Lagi-lagi karena kasihan, saya bawa pulang untuk tinggal bersama di tempat kost. Walaupun sebetulnya ibu kost tidak mengijinkan membawa hewan piaraan. Untungnya ibu kost tidak tinggal di tempat yang sama dan anak-anak kost lainnya sangat suka sekali dengan anak anjing yang lucu itu.

Hingga suatu hari tanpa diduga ibu kost datang dan mengetahui kalau saya memiliki anak anjing. Beliau marah dan memberikan pilihan antara saya keluar atau anak anjing itu yang keluar dari sana.

Terpaksalah anak anjing itu 'dibuang'. Saya pilih tempat dekat rumah makan, dengan alasan setidaknya dia bisa makan dari sisa-sisa makanan yang terbuang. Wajah lugunya takkan pernah terlupakan saat terus memandangi saya ketika meninggalkannya di sana.

Saat kembali ke mobil, saya tidak menyadari kalau anak anjing itu mengikuti. Pada saat kawan saya yang mengantarkan waktu itu hendak memundurkan mobilnya, anak anjing itu terlindas dan mati seketika.Lagi-lagi saya trauma.

Kejadian yang ketiga kalinya, saat saya sedang berada di pasar burung Jakarta, ada seseorang yang menjual binatang lucu di jalan. Saya beli. Sekali lagi berdasarkan rasa iba. Tanpa dibekali pengetahuan yang cukup akan cara perawatannya, binatang lucu itu akhirnya mati tiga bulan setelah dibeli.

Kemudian baru baru saya sadari kalau binatang itu ternyata adalah Kus-Kus, sejenis binatang yang dilindungi. Saya sempat marah dengan diri sendiri dan  merasa seperti pembunuh KusKus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun