Mohon tunggu...
Wenny Dwijayanty
Wenny Dwijayanty Mohon Tunggu... karyawan swasta -

graduated from public health university of indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pengalaman Pertama Kali Naik Gunung

31 Mei 2013   19:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:44 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pengalaman kali pertama saya menikmati pemandangan sunrise di atas gunung adalah saat saya di Bromo -Malang tepat satu tahun yang lalu yaitu tahun 2012. Indah sekali pemandangan itu sampai tak terasa air mata saya meleleh begitu saja. Ketika malam hari tiba, saya dapat menyaksikan ribuan bintang yang bertaburan di atas langit dan terlihat sangat jelas, Tidak ada awan dan asap polusi yang menghalangi jangkauan mata saya. Bahkan saya dapat menemukan banyak bintang jatuh. Sensasi yang luar biasa itulah yang membuat saya mulai jatuh cinta dengan kegiatan mendaki gunung.

Semenjak itu, saya memutuskan untuk dapat mendaki gunung-gunung lainnya yang terdapat di sekitar pulau Jawa, dan pilihan pertama saya jatuh pada Gunung Papandayan - Garut Jawa Barat. Hanya dengan bermodalkan uang Rp 35.000 saya dapat membeli tiket bis dari terminal Lebak Bulus menuju terminal Garut. Perjalanan menghabiskan kurang lebih  4 – 5 Jam.

Kali ini saya berangkat dengan teman-teman yang benar-benar newbie mengenai pendakian. Nekat? tidak juga. Karena sebelum berangkat saya mengobservasi terlebih dahulu melalui internet dan media lainnya, berdasarkan dari beberapa artikel yang saya baca Gunung Papandayan dinyatakan sebagai gunung yang relatif ringan untuk para pemula, sehingga kepercayaan diri kami sebagai pemula menjadi cukup meningkat.

Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pendakian bagi para pemula seperti saya  :

1. Persiapan yang matang dan jangan bergantung pada orang lain

Bawa semua perlengkapan pribadi by ourself. Mulai dari matras, sleeping bag, jaket, jas hujan, peralatan makan, sarung tangan, kupluk, kaos kaki, sendal jepit, senter, tissue basah, dan cemilan. Jangan pernah bergantung dengan orang lain. Hal ini dapat mengakibatkan perselisihan dengan rekan pendaki lainya. Selain itu, saat emergency condition seperti tersasar, kita memiliki persiapan.

2. Cobalah untuk menjadi orang yang peduli dengan orang lain.

Jika belum bisa, cobalah berpura-pura menjadi orang yang peduli. Ketika teman satu tim sudah terlihat letih, cobalah untuk ikut berhenti dan menunggu teman2 yang lainnya untuk kembali memulai perjalanan. Ketika teman satu tim sudah tidak sanggup membawa tasnya, cobalah bantu untuk mengurangi bebannya. Apalagi ketika teman sudah mulai "manyun", cobalah untuk membuatnya tertawa. Buatlah dirimu dan juga orang lain menikmati pendakian,  Sedikit perhatianmu, besar artinya untuk orang lain.

3.Pilihlah tempat untuk berkemah yang paling nyaman.

Tempat untuk berkemah saya dapatkan dari hasil observasi tadi dan pilihan kami jatuh pada pondok salada. Pondok salada dekat dengan sumber air dan cukup nyaman suasana pegunungan begitu terasa disini, dan yang tidak kalah penting tempat ini dekat dengan semak-semak, jangan berpikir negatif dulu ya, semak-semak berfungsi jika tiba-tiba panggilan alam datang alias mulas yang tak tertahankan menyerang, kita dapat bergerak cecpat untuk menuntaskannya.  

4. Tidak ada salahnya mencoba menu “mewah” diatas gunung

Seperti opor ayam, baked potatoes,atau soto ayam. Mungkin banyak yang tertawa mendengar pernyataan saya. Ngapain masak yang susah-susah diatas gunung? bikin ribet. Tapi, saya punya alasan yang tepat. Masakan mewah ini bagaikan hadiah utama yang diberikan setelah kita menyelesaikan lomba lari marathon. begitu juga sebagai hadiah karena kita sudah berhasil sampai di puncak gunung dengan selamat. Lapar, lelah, akan hilang karena kita dimanjakan dengan masakan yang enak dan cukup "mewah"

5. Jangan mengganggu orang lain


Setiap orang punya caranya sendiri untuk menikmati alam. Namun, tetap pikirkan orang lain. Jangan sampai mengganggu yang lainnya, seperti bermain gitar-gitar2an atau tertawa terbahak-bahak di pagi buta. Rasanya ingin melempar  batu pada kerumunan anak muda yang terlalu egois dalam menikmati waktunya.

6. Jangan sok tahu

Jika tidak punya pengetahuan atau pengalaman mengenai jalur pendakian, jangan pernah menggunakan kata “coba-coba atau kayaknya itu deh jalannya”. BERBAHAYA! kosakata tersebut yang menyebabkan saya dan teman-teman tersesat dalam menemukan jalan pulang setelah selesai berfoto-foto di depan kawah. Padahal jalur utama sudah terlihat didepan mata, namun jurang memisahkan kami. Sampa pada akhirnya, kami harus melewati sungai kecil untuk dapat kembali ke jalur utama. Sifat sok tahu mungkin tidak patut di implementasikan diatas gunung karena membahayakan teman satu team.

Suka duka pendakian Gunung Papandayan membuat saya dan teman-teman lainnya menjadi ketagihan untuk melakukan pendakian lainnya. Namun, the best dari Gunung ini adalah ketika jalur untuk sampai puncak yang relatif sebentar dan banyak sekali spot untuk foto yang oke. Mulai dari hutan mati, kebun edelwise, dan kawah hijau.

Ayooo visit Gunung Papandayan!!


 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun