Mohon tunggu...
Ulan Hernawan
Ulan Hernawan Mohon Tunggu... Guru - I'm a teacher, a softball player..

Mari berbagi ilmu. Ayo, menginspirasi!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mewujudkan Salatiga "Smart-City" (Smart Young Generation)

12 September 2017   18:52 Diperbarui: 13 September 2017   15:55 2174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini berisi tentang harapan, impian dan cita-cita untuk para generasi muda di sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Ya, kota Salatiga. Juga, tidak menutup kemungkinan ini sebuah pesan untuk para pemimpin daerah, pemangku kebijakan, serta stakeholder di kota ini. 

Dalam tulisan ini diharapkan anak-anak muda Salatiga khususnya, mulai"aware", secara sadar bahwa Salatiga sedang menuju menjadi salah satu "SmartCity" di Indonesia. Ini adalah bagian pertama dari beberapa sub pokok pembahasan. Dimana muatannya lebih mengajak generasi penerus untuk lebih "smart", edukatif, peduli lingkungan sekitar, sensitif perilaku sosial, dan aktif.

#Salatiga, "A Good Place" untuk Anak Muda dengan "Good Self-Inner And Attitude"

Halo para rekan-rekan, adik-adik, mas dan mbak kota Salatiga yang membanggakan. Ini kesempatan yang baik untuk berbagi pesan kebaikan untuk kota tercinta kita. Ya, Salatiga akan dan sedang menuju ke kota yang lebih modern dengan konsep "smart city". Konsep"smart city", yang artinya kota pintar, kota cerdas, kota nyaman, kota impian untuk masyarakat baik asli maupun pendatang diharapkan menjadi daya tarik untuk Salatiga. Kalian bisa mencari makna kota "smart-city"di internet maupun sumber lain. 

Hampir semua negara2 maju, yang tiap kota nya menggunakan konsep ini. Katakanlah negara Eropa seperti Jerman, Perancis, Inggris dan lain-lain, atau negara maju di Asia seperti Jepang, Korea-Selatan, Singapura menggunakan dan menerapkannya dengan baik di kota-kota kecil mereka. Di Indonesia, penerapan kota dengan konsep "smart-city" masih berkembang. Kota seperti Bandung, Jogja, mungkin adalah kota yang mendekati konsep kota "smart-city". 

Konsep kota "smart-city", tidak bisa dilihat hanya dengan beberapa aspek saja, namun banyak aspek yang harus dipenuhi untuk meraih gelar bergengsi ini. Mulai dari aspek ekonomi, sosial, politik, geografis, pendidikan, pariwisata, keamanan, teknologi informasi, transportasi, sumber daya manusia, sumber daya alam, dan lain-lain. Syarat-syarat tertentu juga berpengaruh dalam penilaian, bahkan hal yang sederhana pun juga ikut andil untuk menunjang prestasi sebuah kota. 

Contoh dalam aspek ekonomi apakah kota (Salatiga) memiliki pendapatan daerah yang mumpuni, level pengangguran yang kecil, lapangan kerja yang bervariasi, atau keadaan masyarakat yang sejahtera. Belum lagi keadaan tata ruang kota, mulai dari kebersihan, kerapihan, bangunan bersejarah dan modern dan lain sebagainya yang tampak secara visual juga berpengaruh dalam penilaian. Hal-hal tersebut nanti akan dibahas dalam sub pokok pembahasan berikutnya.

Sebelum memulai pembahasan yang rumit dan kompleks, ada baiknya memperkenalkan konsep "smart-city" ke generasi muda adalah dengan memberikan propaganda, bujukan, pemahaman, atau pendidikan yang sederhana.

Saya percaya, anak muda Salatiga aktif, pintar, "good behaviour", modern, mengikuti perkembangan teknologi dan informasi terkini yang diharapkan mampu menjadi generasi penerus di masa depan untuk mewujudkan kota Salatiga menjadi kota bertaraf internasional. Untuk menjadi kota tersebut, akan lebih baik bila fondasinya dibangun dengan kuat terlebih dahulu. Ya, fondasi SDM (sumber daya manusia) yang baik dan "high quality". Bila konsep kota pintar tidak dibangun dari fondasi itu, maka akan sulit untuk menggapainya. 

Alhasil, seperti sebuah senjata, secanggih dan sehebat apapun sebuah senjata, tergantung dari siapa yang memegangnya/menggunakannya dan untuk tujuan apa. "Man behind the gun". Kota Salatiga adalah senjata kita untuk bersaing dengan kota-kota lain, dan para generasi muda adalah "resource"yang berharga untuk mewujudkan itu semua.

Namun, apabila para generasi muda Salatiga sudah "tidak karuan", dan tidak memiliki visi yang sama terhadap kemajuan kota ini, maka impian hanyalah impian. Pertanyaan yang muncul adalah, sudahkah anak-anak muda usia produktif dalam belajar dan bekerja di Salatiga "high quality"? Sudahkah para pelajar, sarjana dan pekerja mumpuni dalam "attitude" dan "behaviour"? Atau mungkin yang ada, hanyalah sekumpulan anak muda yang "kemaki" -bahasa jawa-, yang artinya arogan, sok pamer dan hanya senang bergaya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun