Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Akuntan - Lifelong Learner

hidup sangatlah sederhana, yang hebat-hebat hanya tafsirannya | -Pramoedya

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pelajaran Keragaman, Sejak Dini hingga Hidup Bermasyarakat

30 Mei 2019   22:09 Diperbarui: 30 Mei 2019   22:27 1332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keberagaman Indonesia | ilustrasi: Google Doodle

Indonesia adalah negara yang paling mencerminkan keberagaman. Mulai dari pulaunya yang beragam hingga mencapai 17.000 lebih, lalu budayanya, agama, suku, perawakan orangnya sampai ke warna kulit. 

Jika ingin menemukan kulit putih, kamu bisa menemukan di daerah Sumatera seperti Palembang dan beberapa wilayah Jawa. Jika ingin menemukan kulit hitam memesona bak di Amerika Latin, kamu bisa menemukannya di daerah timur, mulai dari Ambon hingga Papua. Jika ingin menemukan yang kuning langsat atau coklat kamu bisa mencarinya di sekitaran Jawa, Bali, dan Kalimantan, hingga Sulawesi.

Bukan hanya warna kulit, Indonesia juga memiliki keberagaman dalam hal suku bangsa dan budaya. Hal ini bisa kita lihat mulai dari ujung barat yakni suku Aceh, lalu Batak, Melayu, dan berpindah ke Baduy, Betawi, Sunda, Jawa, Bima, Dayak, Bugis, Minahasa hingga ke Papua. Selain itu, Indonesia juga merupakan tempat bernaung dari 5 agama, yakni Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan Konghucu.

Indonesia adalah negari dengan 1001 keberagaman, maka sudah sepatutnya kita juga belajar tentang keragaman agar kehidupan menjadi damai, aman dan tenteram. 

Belajar keberagaman dari sekolah

Keberagaman sebenarnya sudah saya pelajari dari Sekolah Dasar (SD). Sebagai salah satu siswa yang duduk di sekolah negeri, menemukan teman yang berbeda keyakinan adalah satu hal yang pasti. Tapi dari hal-hal kecil, mereka sudah menunjukan sikap penghormatan.

Seperti misalnya di bulan Ramadhan, sewaktu SD saya tidak menemukan siswa non-islam yang makan dan minum di depan saya atau teman-teman lain. Bahkan sedari kecil mereka telah terdidik untuk saling menghargai keberagaman agama. Hal ini pun terlanjut sewaktu saya duduk dibangku SMP, SMK, hingga kuliah. Bahkan teman saya juga selalu mengingatkan untuk shalat tarawih walaupun saat itu kami tengah belajar bersama.

ilustrasi siswa SD saat hari Kartini | sumber: kumparan.com
ilustrasi siswa SD saat hari Kartini | sumber: kumparan.com
Bukan hanya soal agama, siswa SD juga dididik dengan keberagaman saat perayaan hari Kartini. Mereka belajar untuk mengenal ragam budaya Indonesia dengan pakaian yang mereka kenakan. Mereka juga belajar mengenal beragam lagu daerah, tarian khas daerah tersebut, bahasa serta adat istiadatnya.

Belajar keragaman dari keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga juga merupakan media pembelajaran bagi sang anak, bahkan sebelum anak itu menginjakan kaki di bangku sekolah.

Saya sendiri merasakan peran keluarga sangat penting dalam mengenalkan keberagaman. Saya yang kedua orang tua berasal dari Jawa, tentu sangat kental dengan budaya itu. Namun dalam keluarga besar, ternyata Jawa bukan satu-satunya budaya yang ada. Ternyata banyak di antara mereka yang menikah dengan orang non-Jawa, seperti Sunda, Betawi, hingga Padang.

ilustrasi ragam makanan Indonesia, nasi liwet | sumber : http://yesiintasari.com
ilustrasi ragam makanan Indonesia, nasi liwet | sumber : http://yesiintasari.com
Akibat beragamnya budaya ini, saya juga jadi mengenal makanan khas dari daerah tersebut. Seperti kakak sepupu saya yang menikah dengan orang Sunda, ketika kumpul keluarga ia selalu memasak nasi liwet dengan ikan asin sebagai hidangan. Atau bude saya yang menikah dengan orang Padang, selalu menghadiahi saya rendang khas Padang yang hitam dan nikmat. Dari makanan inilah yang membuat saya mengerti keberagaman itu indah.

Belajar keragaman dari lingkungan sekitar

Lingkungan tempat tinggal juga mengajarkan kita untuk menghargai keberagaman. hal ini tentu bisa kita lihat saat menjelang idul fitri. Dimana biasanya tetangga saling mengirimkan makanan khas daerah. Bahkan beberapa dari mereka yang pulang kampung, turut membawakan oleh-oleh yang sangat spesial dari daerah masing-masing.

Saat idul fitri juga, di lingkungan sekitar tempat tinggal saya, orang-orang berkumpul, untuk saling bermaaf-maafan, baik itu, islam, kristen ataupun agama yang lain. Kesalahan dan kekhilafan pasti terjadi di antara kita sebagai tetangga. Terkadang tidak sadar ucapan kita menyakiti hati orang lain, atau ucapan mereka menyinggung hati kita. Maka dari itu, idul fitri merupakan salah satu momen baik untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf.

Jadi, yuk, semarakkan keberagaman di bulan Ramadhan dengan saling menghargai dan menghormati antar sesama. 

Because we are unity, in diversity.

Tutut Setyorinie, 30 Mei 2019.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun