Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Insiden di Masjid Al Munawaroh Persoalan Pribadi, Jangan Dibawa ke Identitas Agama

1 Juli 2019   02:33 Diperbarui: 1 Juli 2019   21:33 3284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang wanita berkacamata hitam diperika Polres Bogor setelah aksinya viral di Media Sosial Twitter(Dokumentasi Polres Bogor)

Sebuah video yang menampilkan seorang wanita paruh baya viral di media sosial kemarin (Minggu, 30 Juni 2019) karena aksinya yang bisa dikatakan terlarang sekaligus memalukan. 

Berdasarkan tayangan video yang berdurasi sekitar 1 menit 9 detik itu, wanita yang berinisial SM (52) tersebut diketahui beradu mulut dengan dua orang pria di dalam Masjid Al Munawaroh Sentul, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. 

Dalam percakapannya, wanita berkacamata serta berpakaian setelan baju putih dan celana hitam itu mempertanyakan suaminya yang dinikahkan di masjid.

"Suami gue kenapa dikawinin di sini?!!" tanyanya sambil melepaskan seekor anjing di dalam masjid.

Selain membawa anjing, dia juga menggunakan sandal. Dan ketika ditanya apa agamanya, dia menyebut salah satu agama. Akibat ulahnya, akhirnya dia didorong dan diusir ke luar masjid. 

Beberapa saat kemudian dia diamankan petugas kepolisian setempat. Setelah dimintai keterangan, ternyata dia diketahui sedang mengidap depresi berat. Lebih jelasnya sila baca di sini.

Tentu di antara kita ada yang mengecam dan sebagian lain lagi membela kelakuan wanita tadi. Tapi mungkin justru lebih banyak yang mengecam. Namun beberapa hal yang patut dipahami bahwa:

Pertama, seperti yang sudah tergambarkan, dia sesungguhnya dalam kondisi labil dan emosi. Kita kurang tahu persoalan apa yang sedang terjadi di keluarganya. 

Barangkali ada perselisihan, keretakan hubungan dengan suaminya, perceraian dan segala macam. Kita hanya bisa menerka-nerka. Pihak yang paling tahu yaitu dia sendiri, suami, anggota keluarga dan kerabatnya.

Akan tetapi yang sangat disesalkan adalah mengapa dia sampai berbuat hal yang sungguh memalukan itu. Kita yakin saja bahwa dia orang berpendidikan.

Sebagai orang berpendidikan, dia mestinya tahu aturan atau norma-norma yang berlaku di agama lain. Apa yang boleh dilakukan dan apa pula yang dilarang.

Dia juga seharusnya sadar, perbuatan tak terkontrolnya pasti berefek buruk kepada pihak lain, terutama mereka yang seagama dengannya. Karena memang dengan "PD-nya" dia membawa-bawa nama agama.

Baiklah bahwa dia menyebut agamanya karena ditanya. Akan tetapi akan sangat bijak jika hal itu tidak diungkap. Ya bisa dengan jawaban lain, misalnya, "Jangan tanya-tanya agama saya!"

Bukan berarti tidak mengakui agama yang dianut, tapi efek buruk bagi orang lain lah yang wajib dipertimbangkan. Padahal kalau kita pahami, tidak ada satu pun agama yang memperbolehkan umatnya melecehkan tempat ibadah agama lain.

Hal yang wajar disesalkan lagi adalah ketika tak satu pun anggota keluarga atau kerabatnya yang berupaya menggagalkan aksinya. Ya, nasi sudah menjadi bubur. Kita kurang tahu pasti bagaimana dia bisa lolos dari pantauan.

Sekali lagi, kita saat ini sedang memposisikan diri sebagai orang luar. Kita sedang mencoba menilai perbuatannya. 

Pertanyaannya, bagaimana jika kita dalam posisi seperti yang dia alami. Apakah kita peduli dengan penilaian orang lain? Namanya orang depresi, apa pun dilakukan. Entah buruk atau baik, diperbolehkan atau dilarang, tidak lagi dipikirkan.

Kedua, karena kita mengerti bahwa aksinya dilakukan sendiri dan menyangkut persoalan keluarganya, kita semua wajib menjauhkan hal itu ke ranah agama. Sama sekali tidak ada hubungannya. 

Jangan sampai gara-gara ulah seseorang akhirnya kita munculkan sebuah konflik yang tidak berguna. Dia yang punya masalah. Biarkan dia sendiri yang mempertanggungjawabkannya. Mari kita berpikir waras.

Ketiga, perlu ada bantuan khusus kepadanya. Kita hentikan penilaian dan penghakiman, kita hindari diri supaya tidak menjadi bagian dari masalah. 

Hampir semua keluarga punya persoalan dalam hidup. Mudah-mudahan setelah diamankan dan diperiksa pihak kepolisian, dia selanjutnya mendapat pendampingan dari orang-orang yang berbaik hati. Kita berharap masalah keluarganya segera teratasi.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun