Mohon tunggu...
Tubagus Lawalata
Tubagus Lawalata Mohon Tunggu... Lainnya - Pedagang Air Keliling

Rakyat yang Memperhatikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

(Maafkan Ayahmu, Nak) Menggunakan Topeng agar Kita Bisa Makan

12 September 2018   16:23 Diperbarui: 12 September 2018   16:54 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sebuah ruangan  gedung kementrian. ...

Kami masuk ruangan untuk bahas proposal kegiatan kegiatan sosial masyarakat setelah sebelumnya membaca x-banner tentang pelaporan tindakan gratifikasi di depan ruangan tersebut.

Setelah menyilakan kami duduk, dan sambil memegang beberapa lembar kertas yang sepertinya merupakan laporang rencana anggaran biaya, ibu tersebut memulai pembicaraan.

Karyawan bu menteri: jadi, kita sudah lihat rancangan anggarannya

Me: *dalam hati* belum apa-apa udah ngomong biaya

Karyawan bu menteri: ini jumlahnya cuma 70 orang? terlalu sedikit, kurang meriah untuk bu menteri datang.

Me: Ini kegiatan diskusi grup, jadi angka demikian sudah kami perhitungkan agar kader lebih mudah untuk berdiskusi dan bertukar pikiran. Mencari solusi dengan terlalu banyak kepala akan lebih lama dan sulit untuk menarik kesimpulan. Terlebih karena waktu yang di sediakan terbatas.

Karyawan bu menteri: (melihat dengan tatapan kosong seakan tidak paham satu huruf pun yang keluar dari mulutku). lalu ia berucap, biaya ini sudah kami ajukan ke atasan. nanti untuk kelanjutannya kita bisa kok tidak bertemu di kantor, di hotel juga bisa. atau restoran. yang penting tidak perlu di kantor

me: (hmmm, kok malah gitu komentarnya. kode keras ini)

Karyawan bu menteri: nanti hari kamis, kita ketemu di hotel xxx kota zzz jam yyy unutk melanjutkanpembahasan ini. oke skr boleh mulai presentasi mau seperti apa kegiatannya.

me: jadi begini...(lalu kehilangan kata-kata karena semua tadi terlalu mewah untuk perut miskinku)

Semua anggaran yang diambil dari uang rakyat tadi dianggap mainan seakan jumlah tersebut sedikit. Dan para pemain tidak sungkan memotong jatah atau upah kerja yang sebenarnya cuma membubuhkan tanda tangan atau mengetik satu lembar kertas untuk membuat ratusan warga menjadi mapan dan teredukasi dengan baik. Orang-orang yang lebih terpelajar menganggap bahwa mereka yang kurang terpelajar tidak bisa melihat kenyataan bahwa permainan tingkat atas itu sudah transparan dan tidak lucu lagi untuk dimainkan dimasa kemiskinan dan rendahnya kesejahteraan masyarakat. Jelas, bahwa untuk bisa bekerja jujur dan bekerja sama dengan Pemerintahan, menjadi semacam utopia saja. 

***

Malam tadi, depan sebuah kontrakan. 

Kopi hampir habis, dan rokok kawan pun sudah minta dua batang. 

masih saja bahasan kita seperti ini. 

tentang guru yang pekerjaannya tidak lagi mulia, kini mudah tergoda oleh uang. 

tentang usaha beternak ayam yang sampai detik ini masih sangat menguntungkan. karena semua komoditi ayam bisa di perjualbelikan. bahkan ayam yang sudah menjadi bangkai pun masih bisa di jual. kotoran ayam bisa dimanfaatkan dan telur ayam jelas menjadi sumber makanan bagi orang berada hingga orang miskin. Dari mulai warung nasi pinggir jalan hingga restoran di hotel mewah, pasti menyediakan ayam. itu semua menjadi uang. 

tentang pengungsi yang masuk negara ini dengan dukungan negaranya yang katanya sedang berperang namun disini bisa menjadi perempuan lalu mereka bersenggama di kamar kontrakan. Disitu uang ikut berperan. 

tentang Jakarta yang semakin lama semakin seperti negeri China karena wilayah barat Jakarta yang dimiliki dan tanahnya dijual untuk dibeli oleh pengembang dari China, di tinggali oleh warga China dan nantinya mungkinbahasa China menjadi salah satu pelajaran bahasa wajib di sekolah-sekolah.  Mungkin saja demikian, karena nanti, warga pribumi semakin sulit mendapatkan pendidikan yang layak dan dengan biaya terjangkau. Jangan sampai nanti cuma orang berada yang bisa mengenal bangku sekolah.

tentang  aparat negara yang sudah dengan jelas bermain dengan uang rakyat demi kepentingan pribadi, berjaya diatas penderitaan orang banyak dan tetap bisa terpilih menjadi pejabat karena mampu membayar setoran kepada orang yang tepat. 

masih akan terus terjadi ketidakadilan di negeri ini, Nak. Maafkan ayahmu ini menjadi salah satu manusia munafik yang mencoba bertahan demi bis memberimu makan dan uang jajan sekolah. berharap kamu bisa berpendidikan dan setidaknya bisa melihat kebobrokan yang terjadi di negara ini. namun jangan lupa bahwa bangsa ini, bangsa yang kuat, bangsa yang besar. kita pasti bertahan dan akan berubah, namun entah kapan. pelan-pelan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun