Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Essi Nomor 002 - Ketika Sang Bendahara Siap Bungkam Seribu Bahasa

4 Agustus 2017   14:52 Diperbarui: 31 Agustus 2017   09:59 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika Sang Bendahara Siap Bungkam Seribu Bahasa

Akhirnya tiba juga saat paling ditakuti manusia Indonesia.
Sang bendahara partai paling berjaya di tanah nusantara
Yang konon kabarnya dua surya, harus berpuasa karena
Takut makanan diberi racun serta bisa diguna bunuh dia,
Memutuskan bungkam dan hanya sedikit sekali berbicara.
Memang ada syaratnya, asal anak dan istri tidak dianiaya
Maka ia siap di penjara, tidak perlu berulah apalagi bicara.
Semua saya lupa katanya, persis bak orang yang amnesia.

Pesan ini menggelikan dan akibatnya banyak yang tertawa
Terpingkal-pingkal, bahkan sampai mengeluarkan air mata.
Bagaimana tak tertawa mengingat pernyataan si bendahara
Yang tampaknya saja laksana tanda yang sedang putus asa
Padahal sebenarnya amatlah cerdas dan sangat berbahaya,
Laksana sebilah pedang pusaka nan tajam dan bermata dua,
Siap membelah dada hunjam luka menganga di mana-mana.

Tawa banyak orang semakin membahana jauh ke angkasa
Terpingkal-pingkal ... ha ha ha sambil bercucuran air mata
Karena naga-naganya siasat yang amat sangat sederhana
Akan ditelan mentah-mentah oleh para petinggi partainya.
Mereka bukan saja percaya tetapi juga jelas merasa lega
Karena akhirnya si bendahara pembawa aib dan bencana
Menyerah tak lagi bersemangat mengumbar ke mana-mana
Taktik dan siasat para petinggi partai rekayasa uang negara
Agar mengalir deras tidak hanya ke kocek partai penguasa
Tapi juga masuk ke saku-saku pribadi para pejabat negara.

Inilah hebatnya si bendahara yang telah menjadi tersangka,
Lontarkan pernyataan yang sekilas seperti tanda putus asa,
Padahal sebenarnya lancarkan serangan sangat berbahaya,
Karena makna pernyataan amat sangat jelas serta kentara
Bahwa memang dasarnya, koruplah para pejabat partainya.
Dia akan diam, sebagaimana layaknya penderita amnesia,
Sepanjang anak istri tidak dianiaya dan dijadikan tersangka.

Ha ha ha betapa tololnya mereka yang menelan begitu saja
Pernyataan yang seperti tanda putus asa dan tidak berdaya,
Padahal pernyataan bak pedang pusaka tajam bermata dua
Diterima atau ditolak tetap sama dan hanya satu maknanya
Ada perampokan dan pencurian besar-besaran uang negara,
Dan pelakunya jelas para elit petinggi partai sang bendahara.

Dr. Tri Budhi Sastrio
Rektor UKSPJ -- ukspj@yahoo.com
HP. 087853461949 -- SDA19082011 -- Essi no. 002

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun