Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah dan Ajibah (Keajaiban) dalam Maiyah

25 Mei 2019   15:40 Diperbarui: 26 Mei 2019   16:27 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cak Fuad yang akhirnya rawuh pun tak lama langsung diminta Cak Rahmat untuk menyampaikan sesuatu mengenai acara 'Ajibah Maiyah ini. Menurut Cak Fuad kita sudah berada pada 'sirathal mustaqim'. Lalu Cak Fuad memberikan contoh sebuah hadits seorang mukmin yang telah tergoda oleh harta, tahta, dan wanita lebih berbahaya jika dibandingkan dengan keadaan dimana ada dua ekor serigala yang sedang kelaparan, lalu datang seekor kambing.

Untuk mengantisipasi hal-hal tersebut, Cak Fuad lalu menambahkan penggalan surat Al-Kahfi. Yang kurang lebihnya bermakna sikap-sikap yang berlebihan karena mengikuti hawa nafsu. Salah satunya memang karena dibuat lupa hatinya kepada Allah karena terlalu berharap pada perhiasan-perhiasan dunia. Namun di Maiyah, yang tercipta adalah atmosfer tahabbu fillah, yaitu bersaudara di jalan Allah.

Berikutnya adalah perkenalan para Kamituwo dan sesepuh. Giliran pertama adalah Cak Ukik, seorang seniman asal Jakarta. Ada Mas Rud dari Blora. Dilanjutkan dengan Pak Syamsul, ketua Lesbumi NU Lampung. Lalu ada pula Pak Toto Rahardjo alias Kiai Tohar yang membeberkan sedikit cerita tentang progress. Indonesia ini terlalu besar untuk diseragamkan bentuknya menurut beliau. Jadi salah kalau kita mengubah bentuk Indonesia, terkecuali yang diseragamkan kembali adalah prinsipnya. Progress pun atas saran Pak Toto ini disuruh agar tidak terlalu mikir terlalu jauh. Tugasnya cukup ngusrusi CNKK saja. Serta bagaimana mengelola data yang begitu banyak. Dan mengelola data itu bukanlah pekerjaan yang ringan.

Mempertegas Tujuan

Tak ketinggalan, pada waktu yang semakin sore ini ada sedikit flashback tentang perjalanan Maiyah, terutama pra-silatnas dari tahun 2000-an. Dan dilanjutkan sedikit bercerita kembali tentang Silatnas yang pertama kali diadakan tahun 2014 di Purwokerto. Hingga Silatnas kemarin tahun 2018 diselenggarakan di Surabaya. Sampai sekarang pun tlah terdata setidaknya ada 64 titik Simpul yang tersebar di Indonesia dan di beberapa negara Asing.

"Maiyah adalah pancaran sebuah bentuk paradigma baru." Ungkap Simbah. "Kita berkumpul disini ingin menemukan kembali Muhammad! Serta mempertegas sejumlah hal yang akan dilakukan." Lanjut Simbah. Untuk melangkah ke hal-hal yang akan dilakukan tersebut setidaknya Simbah selalu menekankan untuk beres dengan diri kita masing-masing. Dan berusaha niteni apa yang menjadi fi'il atau af'al-Nya.

Selain nama-nama Kamituwo yang telah disebutkan diatas ada pula Bapak Purnomo Wisanggeni, yang dulunya adalah seorang gelandangan di Malioboro. Berikutnya ada Napak Supriyanto, seorang Dr. Spesialis Bedah yang juga mengelola sebuah Rumah Sakit dengan manajemen yang sama sekali berbeda pada rumah sakit umumnya. Sepanjang bercerita, ada sebuah pesan dari Bapak Supriyanto ini yang menekankan bahwa saat kita berorganisasi, jangan pernah merasa benar sendiri. Karena Maiyah sendiri besar pada dasarnya hanya karena banyak orang yang gelisah. Lalu ada Mas Budi dari Yogyakarta, dilanjutkan dengan Mas Yudi, salah seorang aktor teater Lautan Jilbab ini menyatakan jika keselamatan Indonesia adalah shalawat.

Mungkin, masih banyak lagi nama-nama yang belum disebutkan. Yang pasti pertemuan ini setidaknya sedikit menyambung dan merekatkan antar lintas generasi di dalam Maiyah.

Tak terasa waktu sudah menjelang Maghrib yang berarti waktunya istirahat. Dari panitia penyelenggara membagikan selebaran kuisioner tentang pendapat para jamaah tentang Maiyah. Yang secara garis besar menanyakan makna maiyah baik sebagai individu maupun organisasi, pendidikan maiyah, ataupun ekonomi maiyah. Dari ketiga hal tersesbut kami diminta untuk menjawab sekiranya diarahkan ke 'apakah perlu bulir-bulir maiyah tadi dilembagakan?'

Sepertinya apa yang akan dibahas ba'da Maghrib menjadi semakin menarik dengan dasar kuisioner tadi. Namun, ternyata selama waktu yang singkat. Sebelum pindah ke acara yang kebetulan malam itu juga diselenggarakan rutinan bulanan Padhangbulan. Pada akhirnya, hanya sebatas membahas dan meminta pendapat para Kamituwo tentang apakah perlu ada lembaga yang khusus mengatur dana di dalam maiyah. Kebanyakan setuju, namun sampai akhir acara tidak ada 'ketok palu' akan seperti apa. Para delegasi Simpul dipersilahkan untuk turut berpartisipasi dalam acara Padhangbulan oleh Simbah. Namun, Maneges Qudroh sepertinya mesti lekas pulang kembali ke Magelang.

Dhawuh Simbah terakhir pada malam itu adalah kita disuruh peka terhadap ayat-ayat Allah yang tidak difirmankan. Dan Simbah juga menyuruh seluruh simpul untuk lebih memperdalam makna surat Al-Ankabut 69. Tentang ayat ini kebetulan Cak Fuad pernah menuliskan dalam rubrik tetes "Petunjuk Jalan Allah".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun