Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah dan Ajibah (Keajaiban) dalam Maiyah

25 Mei 2019   15:40 Diperbarui: 26 Mei 2019   16:27 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan Maiyah Adalah Jalan Kenabian

"Lalu mengapa kita tidak menjadi kekuatan politik?kenapa kita tidak memperbaiki Indonesia?"tanya Simbah. Semua terhenyak diam. Antara sudah tau maksud dari pertanyaan itu, atau karena memang sama sekali tidak mengerti. Yang pasti Maiyah itu menurut Simbah, tidak akan mau hidup seperti Indonesia. Itu baru sebatas politik yang kebetulan yang Indonesia cari adalah kekuasaan.

Belum lagi, ketika kita ingin meresmikan lembaga Maiyah, misalnya. Karena maiyah sendiri bukanlah suatu aliran atau madzhab seperti yang sudah ada. Suatu aliran belum pasti dapat atau mampu menampung aliran lain, sedangkan maiyah justru malah menjadi ruang yang dapat menampung aliran lain, bahkan yang berbeda agama sekalipun. Untung dan rugi yang dipahami oleh Allah sangat berbeda dengan apa yang dipahami oleh Indonesia sekarang. Maka dari itu, banyak sekali orang memperjualkan akhirat dengan kepentingan dunia.

Di maiyah, sebuah prestasi bukanlah diukur dengan melihat jenjang pendidikan, melainkan menghargai ketepatan orisinal pribadi masing-masing terhadap fadhillah-nya. Mbah Nun sering berpesan agar kita fokus pada apa yang kita sukai lalu ditekuni agar suatu saat menjadi ahli dalam bidang tersebut. "Be yourself as do what you can do." Kata Simbah saat itu untuk menekankan betapa pentingnya untuk fokus terhadap hal yang disukai.

Pertemuan kali ini mengisyaratkan suatu hal juga bahwa kita (maiyah) ini memiliki banyak teman. Kemana-mana SImbah pergi sampai-sampai tidak bisa menemui yang bukan jamaah maiyah, meskipun dengan pakaian yang berbeda-beda. Toh, pakaian itu hanyalah hijab disaat hati adalah yang terpenting.

Biarkan pertemuan awal 'Ajibah Maiyah ini masuk dalam takdir yang sudah Allah design dalam laju zaman yang semakin larut dalam ketidakjelasan. Simbah pun meluapkan kasih dan cintanya kepada semesta ini hingga air matanya tak mampu beliau tahan sembari berkata, "Saya juga tidak tahu kenapa saya menangis, karena tangis ini pun juga bukan punya saya!."

Syaikh Kamba lalu turut ikut menjabarkan kata 'Ajibah ini. Pertama-tama beliau beragumen bahwa di dalam setiap milenium selalu ada gagasan aktualisasi diri akan nilai-nilai agama atau rekonstruksi pemikiran agama. Orientasi yang ada di maiyah pun adalah apa yang ada dan tumbuh di dalam maiyah itu sendiri. Jadi maiyah pun sudah terbiasa dengan prasangka-prasangka negatif yang datang disaat orang yang berprasangka tersebut belum pernah mengalami atau ikut terlibat dalam proses bermaiyah.

"Jalan maiyah adalah jalan kenabian" lanjut Syaikh Kamba. Jangan bayangkan jalan kenabian itu nampak seperti kumpulan syariat dengan kekakuannya. Esensi dari jalan kenabian ini adalah sebuah proses transformasi diri. Bagaimana membangun kedaulatan berfikir dan membersihkan diri dari berbagai macam penyakit hati. "Tidak mungkin Nabi Muhammad membangun kota Madinah dengan syariat!"tegas Syaikh Kamba. Allah telah memberikan role mode/kedaulatan berfikir sedemikian rupa kepada kota Madinah. Ketika Allah mengehendaki perubahan, disitu pula Allah pasti menyediakan jalan. Tinggal seberapa kita mampu memaknainya. Yang pasti hindari mudah berprasangka dan berebut kebenaran. Karena kebenaran sejati hanya milik Allah.

Maiyah adalah ksatria yang ditugaskan untuk mengembalikan agama ke kesejatiannya. Seorang ksatria harus tahan ujian dan cobaan. Tapi, dengan ujian dan cobaan itu pada akhirnya maiyah justru dapat merekatkan dan membangun sebuah peradaban.

Kemudian Syaikh Kamba memberikan contoh para elit jahiliyah pada masa itu, salah satunya Abu Jahal, yang mengharuskan penindasan dengan dasar kebenaran yang dianutnya. Bahkan jika Negara kembali pada masa Jahiliyah itu salah satunya adalah mengatasnamakan Tuhan. Sedangkan Rasulullah diutus pun bukan untuk membuat sebuah negara atau apapun ,melainkan hanya untuk memberikan contoh akhlak yang baik. Terlebih lagi negara ini sudah terlampau dibalut syirik. Syirik bukan sebatas menyukutukan Allah, tapi syirik itu ketika engkau berbuat jahat kepada saudaramu, dan disaat bersamaan engkau berharap Allah memihakmu.

Sungguh ironi memang apa yang sedang terjadi di negara ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun