Mohon tunggu...
Tatang Guritno
Tatang Guritno Mohon Tunggu... mahasiswa -

biar makna tersirat rapi di bawah rangkaian kata penuh arti

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Butuh Bantuan Banyak Pihak

7 September 2017   16:42 Diperbarui: 7 September 2017   16:49 1139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Semalam, Rabu ( 06/09/2017) postingan di Instagram mainbasket dan website mainbasket.com cukup bikin otak bekerja. Sesaat setelah postingan itu keluar, saya sedikit cukup intens berdiskusi dengan seorang kawan seputar kebijakan full day schoolyang sudah mulai banyak diterapkan juga di provinsi tempat saya tinggal saat ini, Jogjakarta. 

sebenernya tak perlu jauh-jauh, dimulai dari prestasi Indonesia di Sea Games 2017 yang baru selesai, akhir Agustus kemarin. Banyak komentar kecewa muncul dari publik Indonesia, hal ini terepresentasikan dari para netizen yang aktif mengkritik di sosial media. Salah satunya, karena Indonesia berada di peringkat lima dengan raihan 32 emas, 53 perak, dan 62 perunggu.

Prestasi Indonesia bisa dibilang sama sekali tidak memuaskan. Bagaimana tidak, sejak pertama kali mengikuti Sea Games di tahun 1977 , hingga 2017, pencapaian tahun ini paling buruk sepanjang sejarah. Kita sering melihat banyak diskusi di sana sini, termasuk paling sering saya ikuti adalah di kolom komentar Instagram mainbasket.

Setelah hanya puas dengan perunggu untuk timnas basket putri, dan perak untuk timnas basket putra, ratusan komentar muncul di kolom komentar Instagram mainbasket. Di bidang basket kegagalan timnas putri yang sebenarnya diprediksikan dapat meraih emas dikatakan banyak pihak karena kurangnya kompetisi untuk basket putri. Memang , di kancah basket profesional saat ini, liga basket putri sudah enggak ada. Mereka berkompetisi dengan sistem per-event, bukan kompetisi dengan format liga.

Pada tulisan Azrul Ananda yang diunggah mainbasket.com semalam, saya sepakat, bahwa kompetisi adalah sarana paling efektif untuk mencari bibit unggul di berbagai bidang olahraga. Hanya saja buat saya problem utama bangsa ini adalah lembaga satu dengan yang lain terkadang kurang komunikasi. Jadi enggak match antara satu lembaga dengan yang lain.

Saya mengambil contoh dari sisi full day school. Belakangan polemik muncul karena Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Permendikbud) Nomor 23 tahun 2017. Pada pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa hari sekolah dilaksanakan delapan jam dalam satu hari atau empat puluh jam selama lima hari dalam satu  minggu. Banyak pihak menolak, salah satunya dari kelompok Nadhatul Ulama (NU) yang melihat bahwa kebijakan lima hari sekolah masih perlu dikaji ulang.

Meski pada akhirnya  Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Presiden ( Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebagai jalan mengakhiri polemik ini, namun menurut saya secara personal, kebijakan full day schoolyang sudah mulai diterapkan di beberapa sekolah,cepat atau lambat juga akan berpengaruh pada proses regenerasi atlet masa depan Indonesia.

Pekerjaan saya membuat saya pada akhirnya banyak bersinggungan dengan anak-anak di tingkat pendidikan SMP dan SMA. Sebagai penyelenggara kompetisi basket antar pelajar, saya merasa bahwa kebijakan ini akhirnya cukup menghambat.

Logikanya begini, delapan jam belajar dalam satu hari tentu akan menguras energi. Setidaknya para siswa mengikuti jam efektif belajar mulai pukul 07.00 sampai 15.00. Ini belum menghitung waktu jam berapa mereka harus bangun pagi, dan juga jam berapa mereka sampai rumah.

Buat saya, seorang siswa seharusnya mendapatkan dua paket pendidikan di sekolah. Pertama tentang pendidikan akademik, kedua non akademik. Saya selalu memiliki pemahaman bahwa akademik dan non akademik adalah saudara kembar. Keduanya saling mengisi dan melengkapi.

Memang kegiatan ekstrakulikuler mungkin tetap berjalan, tapi seberapa efektif ketika siswa sudah lelah karena delapan jam pelajaran ? Berharap pada hari sabtu dan minggu? Bukankah biasanya , kedua hari itu digunakan untuk beristirahat atau menghabiskan waktu bersama keluarga?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun