Mohon tunggu...
Silivester Kiik
Silivester Kiik Mohon Tunggu... Guru - Founder Sahabat Pena Likurai

Hidup hanya sepenggal cerita tentang perjuangan, sekelumit jejak-jejak kaki di bumi, aku, kamu, dan mimpi kita.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Catatan Kebersamaan dalam Sebuah Kenangan (Potret Jejak Kaki 'Trip to Bromo')

25 September 2017   16:55 Diperbarui: 26 September 2017   04:13 1850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jejak Kami dalam Bingkai Lensa Kamera (Sumber Foto: Dok. Pribadi/Silivester Kiik)

Gunung Bromo identik dengan keindahan alamnya yang indah. Sebuah gunung api di wilayah Jawa Timur ini memiliki ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut. Gunung Bromo berada di antara Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang. Gunung Bromo sangat menarik wisatawan lokal maupun mancanegara karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif.

Sebuah perjalanan yang minim persiapan kami mulai dari kota dingin Malang tepatnya Jumat, 22/09/2017. Menggunakan sepeda motor yang rata-rata berjenis matic mencoba untuk mengobati rasa kangen akan keindahan kawasan Gunung Bromo. Terdiri dari sembilan orang perempuan dan tujuh orang laki-laki. Pukul 14.15 WIB kami berkumpul untuk mempersiapkan diri sebelum berangkat. Pukul 14. 55 WIB kami berdoa bersama dan memulai perjalanan. Suasana kebersamaan selalu terikat erat oleh tali persaudaraan ketika kontras cahaya lampu jalan mengiringi detik demi detik perjalanan kami.

Persiapan Menuju Puncak Gunung Bromo (Sumber Foto: Dok. Pribadi/Silivester Kiik)
Persiapan Menuju Puncak Gunung Bromo (Sumber Foto: Dok. Pribadi/Silivester Kiik)
Perjalanan semakin menguji nyali dengan jalan khas pegunungan yang menanjak dan berkelok-kelok. Alamnya terlihat indah dan sejuk walau tersembunyi dalam kegelapan malam yang menyapa lewat desiran angin dan lambaian ranting-ranting pohon penuh kebisuan. Setelah lolos dari perjalanan yang menegangkan, tibalah kami di pos pertama Desa Tosari. Kami melanjutkan perjalanan menuju pos terakhir tepatnya di Desa Wonokirti. Seorang petugas dengan ramah memberikan informasi beberapa paket wisata sembari menawarkan penginapan untuk menunggu waktu keberangkatan selanjutnya pada Sabtu, 23/09/2017 pukul 03.00 WIB. Berdasarkan informasi dari pos loket tiket masuk di Desa Wonokitri hingga puncak penanjakan (2.2770 m dpl) membutuhkan jarak tempuh 9 sampai 10 km.

Kami sepakat menyewa sebuah rumah untuk menginap bersama sambil menunggu  waktunya (03.00 WIB) menuju ke puncak Gunung Bromo. Bersama-sama  mencari warung makan di sekitar penginapan sekaligus menghilangkan  kelelahan yang masih terpaut erat pada setiap wajah. Setelah makan malam  bersama, kami kembali ke penginapan untuk beristirahat. Pada pukul  02.30 WIB kami segera bersiap diri untuk menuju ke puncak Gunung Bromo.

Keceriaan dalam Potret (Sumber Foto: Dok. Pribadi/Silivester Kiik)
Keceriaan dalam Potret (Sumber Foto: Dok. Pribadi/Silivester Kiik)
Keceriaan dalam Potret (Sumber Foto: Dok. Pribadi/Silivester Kiik)
Keceriaan dalam Potret (Sumber Foto: Dok. Pribadi/Silivester Kiik)
Keceriaan dalam Potret (Sumber Foto: Dok. Pribadi/Silivester Kiik)
Keceriaan dalam Potret (Sumber Foto: Dok. Pribadi/Silivester Kiik)
Keceriaan dalam Potret (Sumber Foto: Dok. Pribadi/Silivester Kiik)
Keceriaan dalam Potret (Sumber Foto: Dok. Pribadi/Silivester Kiik)
Memulai perjalanan menuju penanjakan pertama pada pukul 03.25 WIB di tengah keramaian mobilJeep4WD. Tibalah kami pada penanjakan pertama yang sudah padat dengan mobilJeep dan sepeda motor yang berjajar rapi di ruas kiri-kanan jalan menujuview point. Jalanan yang sesak dengan banyaknya mobil mengharuskan kami untuk lebih berhati-hati agar tidak berbenturan denganJeep-Jeep yang sudah diparkir. Kami sepakat bersama untuk melanjutkan pada penanjakan kedua. Tanpa terasa tibalah kami pada area yang direncanakan. Belum ada tanda-tanda keistimewaan yang nampak (keindahan sang surya yang legendaris di puncak Gunung Bromo).

Dinginnya puncak Gunung Bromo kami taklukan. Rupanya kegelapan masih terus bermesraan dengan cahaya bulan dan jutaan bintang hingga belum nampak cahaya sang surya yang telah dinantikan oleh ratusan wisatawan. Seorang petugas mengantarkan kami pada area yang bisa melihat cahaya sang surya mengelimuti puncak Gunung Bromo. Bermodalkan penerang senter dari handphone bergegaslah kami mengikuti arahan petugas tersebut. Kami sudah siap untuk mengabadikan moment indah ini dengan penuh keceriaan.

 Detik-detik yang dinantikan para wiasatawan akhirnya tiba. Ketika mentari mulai memunculkan senyiumnya dari arah Timur ketinggian puncak Gunung Bromo yang akan bersanding jua dengan sapaan keindahan kabut di puncak Gunung Bromo, sekitar pukul 05.00 WIB (23/09/2017). Walaupun tidak nampak keseluruhan dari aura sang surya karena kabut tebal yang menghalanginya. Tetapi setidaknya sang surya telah memancarkan pesonanya pada kami yang telah siap menunggunya dengan penuh harap. Jepretan kamera mulai bersahutan menyapanya dengan mengabadikan landscape dari berbagai sudut keindahan. Sungguh indah, cantik, dan mempesona seolah-seolah berada di negeri atas awan seperti yang diceritakan para legenda dongeng.

Keceriaan Setelah Menyaksikan Pesona Terbitnya Sang Surya (Sumber Foto: Dok. Pribadi/Silivester Kiik)
Keceriaan Setelah Menyaksikan Pesona Terbitnya Sang Surya (Sumber Foto: Dok. Pribadi/Silivester Kiik)
Keceriaan Setelah Menyaksikan Pesona Terbitnya Sang Surya (Sumber Foto: Dok. Pribadi/Silivester Kiik)
Keceriaan Setelah Menyaksikan Pesona Terbitnya Sang Surya (Sumber Foto: Dok. Pribadi/Silivester Kiik)
Keceriaan Setelah Menyaksikan Pesona Terbitnya Sang Surya (Sumber Foto: Dok. Pribadi/Silivester Kiik)
Keceriaan Setelah Menyaksikan Pesona Terbitnya Sang Surya (Sumber Foto: Dok. Pribadi/Silivester Kiik)
Keceriaan Setelah Menyaksikan Pesona Terbitnya Sang Surya (Sumber Foto: Dok. Pribadi/Silivester Kiik)
Keceriaan Setelah Menyaksikan Pesona Terbitnya Sang Surya (Sumber Foto: Dok. Pribadi/Silivester Kiik)
Setelah mengabadikan moment tersebut, sekitar pukul 06. 45 WIB kami memutuskan untuk turun menuju lautan pasir dan yang menjadi obat penawar rasa kangen ketika melihat lebih dekat kawah Gunung Bromo yang masih aktif itu. Dari penanjakan menujuSimpang Dingklik kira-kira jaraknya 4 km dan mengharuskan kami untuk terus menelusuri lautan pasir dengan jaraknya kia-kira 6 km. Benar-benar teruji nyalinya.

Gunung Bromo yang terkenal akan lautan pasirnya yang sangat indah dikelilingi pula oleh rerumputan yang sangat luas menghiasi puncak sekitar kawah Gunung Bromo. Walaupun perjalanan ke kawah Gunung Bormo sangat berdedu, tetapi tidak terasa karena keindahan yang disuguhkan benar-benar membius setiap pandangan mata. Setelah berjuang keras melewati lautan pasir yang penuh debu, akhirnya tiba waktunya untuk mendaki tangga menuju puncak kawah.

Agar mencapai puncak kawah, diperlukan tenaga ekstra karena jarak dari tempat parkiran dan kawah tersebut cukup jauh dan menanjak. Tiada kata menyerah dan putus asa bagi kami. Kami pun bersiap untuk segera menelusuri tangga untuk segera tiba di puncak kawah. Sungguh indah pemandangannya. Kepulan asap yang keluar dari kawah bisa kami saksikan secara langsung. Wajah penuh ceria karena terobati dengan melihat langsung kawah Gunung Bromo yang masih berstatus aktif.

Moment indah ini pun kami abadikan sebagai kenangan yang tak terlupakan. Setelah merasa puas akan keindahan kawah Bromo, lautan pasirnya, dan kecantikan dari berbagai sudut kawah Bromo, kami beristirahat sejenak dan memutuskan untuk kembali ke Malang. Semuanya tiba dalam keadaan sehat selalu. Terima kasih kepada Tuhan atas anugerah terindahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun