Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terserah Kamu, Mau Optimis atau Pesimis ?

28 September 2015   06:21 Diperbarui: 31 Agustus 2016   20:31 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamu pasti setuju kan? Bahwa gak ada pohon yang tumbuh dalam sehari. Bahkan di tanah tandus sekalipun, sebatang pohon tetap optimis untuk berjuang agar tetap bisa tumbuh, lalu berbuah. Karena setiap pohon, tanpa ada yang mengajari, pasti tahu setelah musim kering akan hadir musim hujan. Ini tentang sikap optimis atau pesimis?

Begitu juga kita, manusia. Dalam keadaan apapun, apapun yang terjadi harusnya tetap mampu bersikap optimis. Bukan pesimis. Apalagi di zaman begini. Tapi itu semua, terserah kamu aja. Mau optimis atau pesimis. Itu urusan kamu. Bukan saya.

Gak ada yang salah sih kalo mau bersikap optimis. Tapi gak salah juga bersikap pesimis. Itu cuma soal pilihan doang. Tapi kalo kata orang bijak, "Orang Optimis itu memburu nostalgia tentang masa depan. Sedangkan Orang Pesimis itu meminta waktu sekarang segera menjadi masa lalu."

Kalo hari ini panas banget. Atau hari ini hujan deras. Gimana perasaan kamu?

Pasti agak kesel ya. Kepanasan gak enak. Kehujanan gak mau. Bikin males ngapa-ngapain. Panas banget, males karena cepet capek dan keringatan. Badan jadi bau. Hujan deras, males karena takut basah dan jalanan becek. Khawatir sakit. Semuanya, jadi serba salah. Panas salah, hujan salah. Kasihan alam, disalahin melulu.

Jadi, kita mau yang mana? Atau kita terlalu susah ya jadi orang yang realistis. Apapun kalo sudah terjadi kan harusnya hadapi saja. Apapun risiko dan konsekuensinya …...

Apakah tukang es kalo musim hujan sedih? Atau tukang ojek payung kalo panas merana?
Buat kaum yang pesimis ya. Karena hanya bisa berpikir terbatas, gak punya alternatif lain. Tapi buat kaum yang optimis tidak. Karena masih ada banyak cara dan jalan yang bisa dikerjakan. Asal punya kemauan dan ikhtiar. Ini soal sikap doang kok, mau OPTIMIS atau PESIMIS. Sikap dalam menghadapi keseharian kita. Selalu ada solusi atau gak akan pernah ada solusi.

Itu sama saja dengan kita berpendapat soal kemacetan di Jakarta. Ada yang bilang gak bakal ada solusinya karena orangnya gak tertib dan jalannya juga cuma segitu doang. Tapi ada juga yang bilang seharusnya bisa dan ada solusinya. Maka infrastruktur terus dibangun dan tertib di jalan ditegakkan. Atau kurangin dong "ego" orang Jakarta.

Hari ini, esok, dan hari-hari berikutnya tinggal kita yang pilih.
Mau Optimis atau Pesimis. Merasa ada cara yang lain untuk survive. Atau gak ada cara lain untuk hidup. Sekali lagi, optimis atau pesimis. Sederhana sekali membandingkannya, tapi sangat sulit untuk realisasinya. Bagaimana dengan kamu ?

Kita, kamu dan saya gak bakal bisa menghindar dari realitas. Gak bakal bisa, segala yang terjadi inginnya sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kadang harapan dan kenyataan itu berbeda jauh. Gak semua harapan bisa dicapai. Kadang kenyataan bertolak belakang dengan yang kita mau. Itu realitas dalam hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun