Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kamu Gak Sangkil, Gak Mangkus. Banyak Kerja Tapi Dikit Manfaat

20 Januari 2015   05:20 Diperbarui: 3 Desember 2015   17:22 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata orang, hidup kamu gak sangkil, gak mangkus. Alias HIDUP yang gak efisien, hidup yang gak efektif. Kik bisa?

Hidup gak “sangkil”, gak “mangkus”. Tahu artinya gak?

Itu cuma kosakata saja. Sangkil berarti efisien, berdaya guna. Mangkus berarti efektif, berhasil guna. Kalo kata banyak orang, sangkil dan mangkus dianggap bahasa baku.

Kalo hidup kita gak sangkil, gak mangkus berarti hidup kita gak berdaya guna, gak berhasil guna. Alias manfaatnya dikit buat diri sendiri atau orang lain. Banyak yang dikerjain tapi gak manfaat.

Memang agak aneh. Karena kita jarang memakai kata "sangkil" maupun 'mangkus'. Karena kita lebih senang menggunakan kata yang berbau asing “efisien” (efficient) dan “efektif” (effective). Kan lebih keren, betul gak?

Misalnya contoh kalimat: Mari bekerja secara sangkil dan mangkus tapi kita lebih senang menggunakan Mari bekerja secara efisien dan efektif.

 

Ini apaan sih? Emang kita mau belajar bahasa apa?

Sabar dong, jangan marah ya. Kita memang tidak sedang belajar bahasa. Sekadar mengingatkan aja agar kita tidak juga miskin bahasa, miskin kosakata. Sehingga menghambat komunikasi di antara kita. Biar gak salah paham, iya gak? Karena zaman begini, banyak orang yang maksud bahasanya baik, tapi maknanya malah dipersepsi buruk. Niat baik tapi reaksinya negatif. Mungkin itu juga yang dibilang ambigu, jadi bermakna ganda.

 

Gak sangkil, gak mangkus.

Pantes aja, di sekitar kita suka ada orang tersenyum. Tapi senyumannya terkesan mati dan menakutkan. Mungkin karena miskin bahasa. Kali aja sih. Senyum tapi menakutkan. Atau ramah tapi jutek .... kok bisa ya?

 

Ya, seperti hidup kita. Terkadang tidak sangkil, tidak mangkus. Hidup yang tidak efisien, hidup yang tidak efektif. Kok bisa, emang harusnya gimana?

 

Hidup jadi gak sangkil, gak efisien.

Kemarin-kemarin, kita yang bilang telah melakukan banyak hal. Tapi sekarang, malah bingung sendiri. Lalu, prestasi apa yang udah diperoleh, apa yang bisa dibanggakan? Kalo mau jujur, jawabnya tidak ada. Ibadah, uang, aset, intelektual, kebiasaan kok begitu-begitu aja. Tidak banyak berubah, tapi banyak yang sudah dikerjakan. Dan yang menyedihkan, hari ini malah lebih buruk dari hari kemarin. Gak sangkil banget.

 

Enak aja kalo ngomong. Ada dong yang nambah. Apaan? Teman Facebook jadi nambah banyak, 6.000an orang, follower Twitter juga nambah jadi 8.000 orang. Terus apa manfaatnya? Belum ada sih, paling sebatas debat sama adu komentar aja. Dan ngurusin hiruk pikuk politik yang keliatan "tampak besar" padahal kecil. Atau sibuk melayani orang yang mengajak Chatting di BB atau WA sehari semalam. Ada outputnya gak? Ada, paling gosipan. Udah itu doang.

 

Ohhh jadi gitu doang. Pantes gak sangkil, gak mangkus.

Melakukan banyak hal, tapi gak dapat apa-apa. Oke deh. Sayang banget ya. Kita punya banyak kegiatan, tapi menguap begitu saja. Waktu kita pun habis terbuang percuma. Menjadi gak sangkil, alias tidak efisien.

 

Kok bisa gak sangkil hidup kita? Karena hidup kita tak punya tujuan. Tujuan dianggap terlalu absurd dan sepele. Orientasinya, bukan “nanti gimana” tapi “gimana nanti”? Ya udah, mau diapain lagi kalo udah begitu.

 

Hidup jadi gak mangkus, gak efektif.

Sama seperti sebelumnya, banyak hal yang sudah kita kerjakan. Tapi sayang, semua yang kita lakukan bukan hal yang benar. Bukan prioritas dalam diri dan keluarga kita. Kita mengerjakan yang gak penting, gak manfaat. Wajar kalo jadinya gak mangkus, gak efektif.

 

Iya, gak efektif. Hidup yang gak mangkus. Kita ingin hidup sehat, tapi gak pernah olahraga. Kita pengen produktif, tapi lebih sering nonton TV.  Kita pengen kaya tapi gak mau kerja keras. Sama sekali gak efektif. Berapa banyak pekerjaan yang kita tunda? Males atau gimana. Harusnya, lakukan saja sekarang apa yang bisa dikerjakan. Gak usah ditunda. Ehhh, giliran dikasih tahu malah buru-buru ngejawab, "nanti aja gampang". Gak mangkus banget.

 

Kok bisa gak mangkus hidup kita? Karena kita lebih senang melakukan hal-hal yang gak penting. Mikir terlalu lama. Gak ada tindakan yang bisa dilakukan. Dan parahnya,  lebih senang melihat dari “sisi negatif”. Apa aja dilihat jeleknya. Wajar saja, kalo 1 tindakan baik punya musuh 10 alasan negatif yang menghambatnya.

 

Jadi, kita harus gimana dong?

Ya gak usah gimana-gimana. Sadari aja bahwa hidup itu sebentar. Kita ada di dunia ini sementara. Akankah hidup yang tersisa masih gak sangkil, gak mangkus? Hidup kok gak berdaya guna, gak berhasil guna. Pasti ada yang salah dalam diri kita. Bingung kan? Hati-hati aja, kita gak pernah tahu besok kita masiih ada atau tidak. Terus, kapan kiita mau memperbaiki diri agar hidup jadi lebih sangkil dan mangkus. Hidup yang efisien, hidup yang efektif.

Kalo kata orang keren, "Stay focus and complete the journey - Tetap fokus dan selesaikan perjalanan.” Masih banyak kok yang bisa kita perbuat. Agar kita dan di sekitar kita bisa lebiih sangkil lebih mangkus.

Buat apa kita merasa sudah mengerjaan banyak hal, tapi gak ada gunanya. Kita harus mikir sekarang ..... Mau sampai kapan kondisi gak sangkill dan gak mangkus tetap terjadi? STOP dan berubahlah menjadi sangkkil dan mangkus. Salam hidup yang sangkil dan mangkus.

#BelajarDariOrangGoblok

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun