Mohon tunggu...
Syarifaturukiyah
Syarifaturukiyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Murid Abadi

Seorang yanga hanya ingin terus belajar...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Moral Remaja dan Faktor Penentunya

18 Maret 2019   23:41 Diperbarui: 19 Maret 2019   00:02 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Globalisasi seolah menimbulkan efek domino pada keadaan moral remaja. Globalisasi yang ditandai dengan melesatnya perkembangan teknologi di segala bidang, dan yang paling berkaitan dengan hal ini adalah perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. 

Bukanlah hal yang salah memang. Jika ditanggapi secara bijak, kemajuan teknologi komunikasi dan informasi memanglah sebuah hal yang positif karena dengan demikian kita akan lebih mudah mendapatkan segala informasi. Namun bagi remaja yang bisa dikatakan masih belum matang pikirannya, masih sulit membedakan mana yang benar dan mana yang salah, hal tersebut dapat menjadi salah satu sumber permasalahan.

Perkembangan teknologi komunikasi yang seolah semakin tidak terbendung menjadikan alat komunikasi yang gampangnya kita sebut telepon genggam (handphone) bukan lagi menjadi kebutuhan, melainkan gaya hidup. Semua oranng bisa mendapatkan dan mengoperasikannya dengan mudah, terlebih remaja. Mereka seolah sudah begitu piawai dan akrab dengan gawai. 

Hal itu menjadi gerbang mereka unutk mendapatkan berbagai informasi apa saja, kapan saja, dimana saja dan dari mana saja. Ya, mereka dengan mudah mendapatkan berbagai informasi, tidak terkecuali informasi negative di dalamnya. Sebutlah pornografi. Dilansir dari tempo.co pada salah satu artikelnya, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise mengatakan ada 25 ribu remaja Indonesia yang mengakses situs pornografi setiap hari. 

Jumlah itu, kata dia, diketahui dari tamu asal Thailand yang membidangi cyber crime. Hal tersebut tentunya tidak akan menimbulkan keheranan mengingat saat ini siapapun dapat mengakses internet dengan bebas, dan juga begitu banyak situs yang dengan sengaja menyediakan pornografi sebagai sajian utamanya .

Maraknya pornografi pada internet seolah menjadi bibit permasalahan moral remaja selanjutnya. Rasa ingin tahu yang begitu besar terhadap dunia luar, membuat remaja seolah tidak puas jika hanya menonton apa yang mereka dapatkan di internet. 

Secara perlahan, merekpun mulai memikirkan untuk "mencoba" mempraktekkannya. Celakanya, hal tersebut seolah didukung oleh keadaan dimana "pacaran" menjadi hal yang tabu dan tidak lagi dipermasalahkan. Bahkan tak jarang orang tua secara terang-terangan mengijinkaan anaknya yang masih remaja untuk menjalin hubungan dengan lawan jenisnya. Itu seolah menjadi kesempatan emas bagi remaja untuk mempraktekan apa yang ada di benaknya yang mereka peroleh dari apa yang mereka lihat .

Seperti salah seorang remaja puteri berinisal "S" yang belum lama ini sengaja saya wawancarai. Secara terang-terangan "S" menuturkan pengalamannya, ia mengakui pernah melakukan hal yang "terlarang" bersama kekasihnya. Dia menceritakan bahwa begitu banyak hal yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut. Mulai dari tuntutaan sang kekasih dengan dalih sebagai pembuktian rasa cinta, ledekan teman yang menganggapnya ketinggalan zaman jika tidak melakukan, hingga adanya keinginan untuk merasakan sensasi yang ia lihat dari ekspresi bintang pornografi.Mungkin memang tidak semua remaja yang memiliki pengalaman seperti "S", namun aganya hal tersebut bukan pula hal yang jarang kita temui dari para remaja.

Bukan hanya pornografi, efek lain dari adanya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi membuat kecanggihan seakan tidak lagi dapat terkendali. Dalam hitungan bulan, model hp hadir silih berganti. 

Hal tersebut sedikit banyaknya menjadikan remaja seolah ketinggalan jaman ketika tidak memiliki model hp yang paling terbaru. Secara tidak langsung kita seolah didorong untuk terus masuk ke dalam sekularisme. Dimana hp yang awalnya hanya sebagai alat komunikasi, kini beralih fungsi untuk gaya hidup pemiliknya. 

Memang bukan hanya remaja yang menjadi bagian dari permasalah ini, ytak sedikit orang dewasa pun yang juga menjadi bagian dari masalah ini. Namun seperti dibahas diawal tulisan ini, bahwa remaja memiliki jiwa yang lebih bergejolak menghadapi suatu hal yang mereka inginkan, pun matangan mereka masih terbilang labil dan belum matang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun