Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Tentang Pengarang dan Tulisannya yang Tidak Selesai

23 Agustus 2019   20:16 Diperbarui: 24 Agustus 2019   21:21 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menulis (fiverr.com)

Cukup lama pengarang kita terhenti. Memikirkan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan bangganya setelah kemarin dia dipertemukan oleh Kompasiana dengan kompasianer -kompasianer hebat dari daerahnya.

Pengarang kita masih belum menemukan kalimat yang cocok untuk memulai paragraf pembukanya. Hingga tombol "delete" kembali ditekan olehnya sebanyak huruf-huruf yang sudah dia ketik. Meski sebenarnya dia tahu bahwa  ada cara yang lebih cepat untuk menghapus semua kata-kata tersebut.

Sementara itu perasaan ingin pipis semakin menyiksanya. Hal ini membuat pengarang kita bertambah bingung dan dia jadi semakin sadar bahwa dia memang tidak memiliki bakat lain selain menulis cerita-cerita tentang patah hati atau puisi-puisi yang menyedihkan. 

Pengarang kita lemah dalam beropini, bahkan hanya untuk menuliskan esai reportase. Belum lagi apabila ada seseorang yang memintanya untuk menulis esai politik. Mungkin pengarang kita ini akan terkencing-kencing hingga menyalak seperti anjing yang galak.

Pengarang kita kembali mencoba untuk berkonsentrasi. Dia gali lebih dalam informasi tentang acara yang semalam dia hadiri dari dalam kepalanya sendiri. Semacam mencari kata dalam sebuah kamus yang pada tiap lembarnya dipenuhi oleh kenangan.

Akhirnya, tangan pengarang kita kembali bergerak untuk menulis.

"Aku ingin menulis cerita paling sedih
tanpa harus patah hati atau merasa kehilangan
Seorang penyair yang identik dengan luka-luka
Kata-kata di jarinya adalah bahasa dari peradaban yang jauh
Tempat ia menemukan cinta
tanpa perlu merasa jatuh cinta
Atau dipeluk
Tanpa khawatir akan dilepaskan"

Namun yang dia tulis rupanya adalah puisi.

Sampai saat ini pengarang kita masih bingung akan memulai paragrafnya dengan kalimat yang bagaimana. Sedangkan nyeri akibat menahan kencingnya semakin terasa. Pada akhirnya, pengarang kita menyerah. Dia lari terbirit-birit ke kamar mandi sambil menyalak seperti anjing yang galak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun