Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kegilaan dalam Kepala

28 Mei 2019   09:01 Diperbarui: 28 Mei 2019   12:15 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika saya ingin berangkat kerja, sejumlah kekhawatiran telah menunggu saya di balik pintu. Yang membuat saya selalu mengantuk. Yang membikin saya jadi ingin tidur. Yang kerap memaksa saya menyesap kehampaan kopi di tempat kerja --ini tidak berlaku di bulan puasa. 

Saya benci mengakuinya. Tapi itu suatu kebenaran yang selalu ingin saya tulis di tengah-tengah waktu yang seharusnya saya habiskan untuk melakukan hal yang lebih bermartabat. Seperti mengantarkan orang-orang  jompo ke Dinas Sosial yang terlalu senyap itu, misalnya.

Saya juga benci saat harus mengakui bahwa kenyataannya saya masih mencari-cari namamu dan mengetiknya pada kolom pencarian di dalam sistem kerja otak yang berantakan. 

Yang tumpang tindih dengan laporan perkembangan desa, laporan realisasi beras miskin yang belum bertandatangan, lembar pertanggungjawaban dan tugas-tugas kuliah yang belum tersentuh. Bodohnya, saya masih ingat tanggal ulang tahunmu apalagi dengan mata cokelatmu yang bersinar saat menjilat es krim rasa vanila.

Dan saya lebih benci ketika saya masih mengenang pertemuan kita di dekat belokan tempat penjual balon yang tidak pernah menyerah untuk membuat saya membeli barang dagangannya yang cuma berisi angin itu. 

Hingga semuanya terasa seperti melahirkan kemungkinan-kemungkinan; barangkali suatu waktu kita akan berpapasan kembali. Meski di dalam hati saya selalu memahami bahwa suatu waktu ialah sebuah hari yang tidak pernah memiliki tanggal yang pasti.

Saya selalu menjadi seseorang yang dipenuhi oleh harapan yang bisa menusuk diri saya sendiri. Kamu tahu? Terkadang saya masih membayangkanmu di atas meja kerja yang dipenuhi oleh tempelan memo tantang apa yang harus saya kerjakan dan kotoran kelelawar yang selalu minta dibersihkan. Saya mencuri waktu dan selalu ingin menulis kata-kata semacam ini untuk menghibur diri sendiri.

Lalu entah bagaimana saya memperoleh gagasan untuk memecah diri saya menjadi beberapa bagian. Untuk kemudian mencintainya seperti seorang bocah lelaki SMP kepada anak perempuan yang baru ditemukannya kemarin sore. 

Kamu mengerti? Mereka akan berakhir singkat tanpa perasaan sakit. Tanpa perlu repot-repot menghapal rumus ajaib agar amnesia sebelum tidur. Karena besok, ketika terbangun, keduanya akan saling melupakan. Tanpa ingatan bahwa mereka pernah berbagi, atau pun mencintai dan berharap pada siapa-siapa. Bahkan pada diri sendiri.

Tapi semuanya takkan berakhir semudah itu, sementara di hadapan ingatan tentangmu, saya masih menjadi laki-laki patah hati yang sering mencuri waktu kerjanya untuk menulis kalimat-kalimat absurd yang tidak pernah dibaca oleh siapa-siapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun