Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketidakpastian Membuat Semua Tidak Pasti

25 Maret 2020   06:00 Diperbarui: 25 Maret 2020   07:02 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampai saat ini saya masih bimbang, sambil berharap akan segera ada informasi dari pihak sekolah. Walaupun di beberapa wilayah Indonesia bagian barat sudah menerapkan agar siswa belajar di rumahnya masing-masing, lewat program home learning. Siswa dengan guru bisa terhubung dengan aplikasi Google, WhatsApp untuk urusan tugas-tugas sekolah. Namun, hal ini tidak mudah bagi sebagian wilayah di Indonesia, terlebih kami di Timur. Karma tidak semua siswa, dan guru melek technologi, ditambah lagi jaringan internet tidak di semua tempat terpasang, serta kendala-kandala teknis lainnya. 

Sehingga wajar menteri pendidikan dan kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan Indonesia belum siap untuk belajar jarak jauh dari rumah. Mungkin kota-kota besar sekaliber Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya, itu mudah dilakukan, tapi hal itu nampaknya sulit untuk saudara-saudara kita di Maluku, dan Papua sana. 

Jadi untuk sementara waktu, saya mengikuti saja anjuran pemerintah untuk tetap stay di kos-kosan, sambil melihat perkembangan di linimasa media sosial. Dan saya mencoba menghibur diri dengan beberapa aktifitas agar tidak booring. Salah satu pilihannya dengan menulis, agar mengasah daya pikir dan menuangkannya lewat untaian kata dan kalimat seperti ini. 

Semoga saja saya bisa pulang kampung untuk sementara waktu. Jika benar-benar jadi pulang kampung, saya bisa melakukan banyak hal, mulai membantu orang tua di sawah, memperbaiki pagar agar ternak warga tidak masuk ke areal persawahan, menyemprot tanaman, bahkan saya bisa menyambangi pantai  di sore hari, menikmati sunset sambil menyeruput kopi hitam. Jauh dari keramaian, jauh dari kepanikan karena  corona virus yang sampai kapan ia membuat manusia panik, resah, dan gelisah. 

Di Kampung saya bisa menikmati makanan yang alami, sayur sayuran yang diambil di kebun, ikan yang di tangkap di sungai, atau sesekali mancing di pinggir laut bersama kawan-kawan. 

Tapi saya masih di sini, di tanah perantauan, menunggu ketidakpastian. Belum berani mengambil keputusan, walaupun waktu terus melaju. Seperti kata orang-orang menunggu adalah pekerjaan yang membosankan. Mungkin kalimat tersebut masih sangat relevan jika dialamatkan pada kondisi saya sekarang ini. Tapi yang paling penting dalam situasi seperti ini, saya mencoba belajar bersabar, tentu semua akan indah pada waktu-Nya. 


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun