Mohon tunggu...
Irul
Irul Mohon Tunggu... Guru - xxxxx

Pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kafir tapi Berakhlak Mulia, Bisa Masuk Sorga?

19 Februari 2012   03:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:28 3236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ada seorang sahabat bertanya, “aku tidak peduli dengan agama, aku hanya berkomitmen kepada kemanusiaan, aku tak mau menyakiti orang lain, seluruh hidupku kupersembahkan buat orang orang yang membutuhkan pertolonganku, akankah nantinya aku masuk sorga?”. Sangat sulit bagi saya untuk menjawab pertanyaan semacam ini. Saya tahu, bahwa sahabat saya ini memang seorang kafir, tapi akhlaknya sangat mulia. Sebagai seorang kafir tak mungkin dia masuk sorga, tapi rasanya tak enak juga jika dia ditempatkan di neraka, karena dia berakhlak sangat baik.

Kebingungan kita menjawab pertanyaan dilematis diatas, bermula dari adanya doktrin doktrin na’if yang menggunakan standar ganda dalam memandang akidah. Kita membagi manusia menjadi dua bagian, yaitu muslim dan kafir. Muslim berarti kebaikan, kafir bermakna keburukan. Muslim pasti masuk sorga sedangkan kafir pasti masuk neraka. Kalau orang muslim berbuat jahat memang masuk neraka, tapi cuma transit sebentar, setelah itu masuk sorga selama lamanya. Sedangkan orang kafir langsung masuk neraka selama lamanya, tidak peduli apakah merekaitu berakhlak baik atau buruk.

Saya sangat tidak nyaman dengan pandangan sederhana seperti diatas. Bahkan Al Qur’an sendiri mengkritik pandangan ini sebagai pandangan orang Yahudi. Hal itu adalah karena mereka (orang orang Yahudi) mengaku, “Kami tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali beberapa hari yang dapat dihitung”. Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada adakan. (QS, 3:24). Didalam kenyataan sehari hari, sering kita melihat orang orang kafir yang berbudi pekerti baik sebagaimana kita juga sering melihat banyak juga orang muslim yang berperilaku buruk.

Al Qur’an dengan jelas menyatakan bahwa Islam itu absolut, tapi Al Qur’an juga menjajikan keselamatan buat orang orang non muslim dalam beberapa ayatnya. Sampai sekarang, para ulama masih belum menemukan solusi yang seragam untuk menjawab masalah kontradiktif ini. Jurang perbedaan pendapat diantara mereka masih lebar. Ini adalah PR kita bersama sebagai seorang muslim. Tentu saja saya tidak hendak membicarakan masalah pelik ini disini, apalagi ingin memperdebatkannya. Saya hanya bermaksud untuk menggambarkan dampak negatif dari doktrin doktrin salah kaprah yang selama ini mengitari cara keberagamaan kita.

Pandangan na’if diatas menyebabkan kita memiliki standar ganda dalam menyikapi suatu masalah. Kita lebih suka membela penguasa yang dzolim asal dia muslim, daripada memilih pemimpin kafir yang adil. Kita lebih suka memilih pegawai yang seagama walaupun malas, daripada memilih karyawan kafir yang bekerja profesional. Begitu juga dalam memilih sahabat. Bahkan lebih jauh lagi kita selalu mendahulukan orang orang yang berkeyakinan sama dengan kita, betapapun buruk akhlak mereka. Kita menjauhi orang orang kafir, betapapun baik perilaku mereka.

Dampak lainnya adalah kita selalu mencari cari pembenaran untuk keburukan akhlak kita. Dilain pihak kita menuduh adanya motif tersembunyi jika melihat kebaikan akhlak orang lain. Kita berprasangka baik jika menyaksikan sesama muslim berbuat jahat. Dilain pihak kita selalu curiga jika melihat orang kafir berbuat baik. Si Muslim memang korupsi, tapi dia juga suka berderma dan sering naik haji. Mudah mudahan amal baiknya menghapus semua dosa dosanya. Si Kafir memang suka menolong, tapi nanti dulu, jangan jangan itu cuma jebakan untuk menjerat kita. Jangan jangan mereka punya misi misi tertentu.

Seorang muslim sejati selalu berlaku adil, tidak pernah menggunakan standar ganda. Katakan itu buruk kalau memang itu buruk, walaupun itu dilakukan oleh kerabat kita sendiri. Katakan itu baik kalau memang itu baik, biarpun itu dilakukan oleh musuh musuh kita. “Dia masuk neraka”, sabda Rasulullah SAW ketika melihat orang yang rajin sholat dan berpuasa tapi suka menyakiti tetangga. “Lepaskan dia!, karena Allah menyukai orang orang yang berakhlak mulia”, perintah Nabi SAW kepada para sahabatnya agar membebaskan seorang tawanan kafir yang terkenal berakhlak mulia. Sampai sekarang saya masih bingung memaknai kata kata Rasulullah SAW yang sangat populer ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun