Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mantanku Seorang Demonstran

22 Februari 2017   09:03 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:24 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.pixabay.com

“ Bill…ini aku, konfirms ya!”

Begitu sepatah kata yang masuk di inbox FB ku. Aku segera mengeklik profil penginbox itu. Walaupun sebenarnya ada lasa deg! ketika membacanya. Karena aku ingat betul hanya dia yang memanggilku dengan sebutan “Bill!”.  Iya aku yakin itu pasti kamu, walaupun kamu tidak memakai nama aslimu di FB mu, tapi nama margamu tetap kau pakai. Jadi aku yakin itu kamu. Untuk benar-benar menyakinkannya aku mengeklik profil FB mu. Dari fotomu tak banyak yang berubah di wajahmu, rambut ikalmu dan juga lebat kumismu. Aku jadi benar-benar yakin kalau itu benar-benar kamu. Kekasih masa laluku, yang menghilang begitu saja.

Aku langsung menjelajahi beranda FB mu, “ syukur Alhamdulillah” ternyata kamu masih hidup dan segar bugar. Tak tampak kau hidup bersedih dan tak tampak pula kau hidup dalam kebahagian dari foto-foto dan status yang ada dalam FBmu kamu biasa saja. Kau masih seperti dulu postinganmu hanya berkutat soal politik, dan hal-hal yang berbau filosofi. Tak menampakkan kehidupanmu kesehariannya, sama sekali tak ada status lebay.

*****

Dua puluh lima tahun yang lalu saat aku tak melihatmu lagi, seribu tanda tanya menyelimutiku waktu itu. Antara cemas, rindu, takut dan marah bercampur jadi satu, aku tak tahu apa yang sedang terjadi terhadapmu. Engkau menghilang setelah menggelar demo di halaman kampus dalam perjalanan menuju gedung Perwakilan Rakyat bersama para demonstran lainnya. Menurut kabar yang aku terima demo itu dibubarkan aparat keamanan, dan beberapa dari peserta demo kena “ciduk”. Begitu kata teman-teman. Karena kurangnya keterbukaan pemberitaan waktu itu, berita tentang demo dan “pencidukan” sama sekali tak pernah muncul di media saat itu. Apakah kamu adalah salah satu peserta demo yang ikut kena “ciduk” atau bukan tak ada yang tahu. Yang aku tahu para aktifis yang ikut demo, tak lagi kelihatan di kampus. Termasuk kamu.

Kamu menghilang begitu saja, tanpa ada berita atau usaha darimu untuk menghubungiku. Itu yang membuatku selalu mencemaskanmu. Karena selama setahun kita menjalin hubungan kamu tidak suka menceriterakan sesuatu yang di luar hubungan kita. Apa kegiatanmu beserta teman-temanmu itu, aku hanya tahu kamu seorang aktifis yang sering kengkritisi kebijakan Pemernitah.

Iya ! setahun aku menjalin hubungan denganmu, sejak kau mengatakan.

“ Bill…aku mencintaimu, boleh kita pacaran”

Begitu kata-kata yang kau ucapkan setelah hampir lima bulan kita akrab sebagai teman kuliah saja. Engkau banyak membantuku menyelesaikan tugas-tugas akhirku, terutama saat aku kesulitan menerjemahkan literature-literatur yang masih menggunakan bahasa Inggris. Karena bahasa Inggrisku memang lemah, jadi aku butuh bantuanmu untuk menyelesaikan skripsiku. Walaupun kita bukan satu jurusan namun kita masih satu fakultas jadi aku mengenalmu di perpustakaan fakultas. Oh ya…kamu juga bukan teman seangkatanku tapi adik letting 2 tahun dariku. Tak ada rasa canggung walau kita beda umur, kamu sangat perhatian dan sayang padaku Bagiku itu sudah cukup membuatku nyaman jalan bareng denganmu.

Hubungan kita yang kadang sedih kadang bahagia membuat kita selalu bisa tertawa bersama,kita bisa saling menyemangati agar kuliah kita bisa segera selesai.Kamu rajin mengantar jemputku bila kau tidak sedang sibuk dengan kuliahmu dan segala macam kegiatanmu yang tak begitu aku mengerti.

“ Bill…maafkan aku bila sewaktu-waktu aku meninggalkanmu tanpa pamitan dulu ya…” katamu pada suatu saat kita sedang asyik menikmati makan siang bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun