Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Catatan dari Pengalaman Persekusi

10 Januari 2018   13:56 Diperbarui: 11 Januari 2018   16:34 1797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Damar Juniarto, aktivis anti-persekusi dan Safenet, dan Ge Pamungkas - Gbr: Zulfikar Akbar

Segigih-gigihnya manusia membangun kekuatan, mereka tetap lemah di depan Yang Mahakuat, maka itu ada banyak pesan dalam pelajaran keislaman untuk menolong yang lemah, membantu yang minoritas, sampai dengan membela mereka yang membutuhkan pembelaan.

Sayangnya, menyimak tren yang muncul selama ini, kritikan pun dipandang tabu dan cenderung divonis sebagai penghinaan. Sedangkan caci-maki sampai dengan pelecehan yang membawa-bawa dalih agama sudah dianggap sebagai jihad. Kok agama justru direndahkan oleh orang yang justru gagal menangkap pesan di balik kedatangan agama? Dalih membela agama tapi yang terjadi justru saling menjatuhkan, dan merasa bangga ketika ada yang terzalimi atau terhancurkan, hanya karena berbeda sudut pandang, atau bahkan berbeda aliran meski tetap satu agama. 

Padahal bukan rahasia jika hampir semua agama memiliki sangat banyak aliran, sangat banyak pemikiran, dan semestinya tak ada pemaksaan untk "menabikan" pemuka agama, lantaran dalam Islam diketahui bahwa ulama pun memiliki lebih banyak aliran. Tujuan dari keberagaman itu, tentu saja untuk kebaikan, agar satu sama lain tak merasa di atas lainnya, tak merasa sebagai yang paling baik. 

Sebab kecenderungan manusia, jika terjebak halusinasi sebagai yang terbaik, kecenderungan yang terjadi adalah yang lain harus mengikuti mereka dan mengikuti aturan yang mereka yakini saja.

Jika sudah begitu, risiko makin mewabahnya kezaliman akan rentan terjadi. Sebab kezaliman bisa terjadi bahkan dengan alasan paling suci sekalipun. Ini tentu saja bukanlah alasan kenapa Tuhan harus "mengirim" agama ke dunia. Lantaran esensi sesungguhnya adalah agama untuk manusia, memperbaiki manusia, dan membawa manusia ke arah yang lebih baik. Intoleransi, kezaliman, ketidakadilan, bukanlah suatu tren baik, dan tren inilah yang mesti terus dilawan.

Apa yang ingin saya utarakan di sini tak lain, jangan sampai ada yang terbawa sudut pandang yang mengarahkan ke titik ketakutan; sehingga makin sedikit yang berani bersuara atas realita di sekeliling mereka. Bagi sebagian orang, barangkali ada seribu satu alasan untuk takut, tapi bagi mereka yang pernah berperan mengubah sejarah, selalu memiliki jutaan alasan untuk berani. Sebab negeri ini pun lahir dan bertahan karena lebih banyak yang memilih berani.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun