Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Catatan Paskibra: Menaikkan Bendera di Tanah Teuku Umar

18 Agustus 2017   04:01 Diperbarui: 18 Agustus 2017   15:56 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekelompok remaja yang baru saja menjalankan perannya menaikkan bendera ke tiangnya - Foto: Zulfikar Akbar

Tak ada yang bisa menggambarkan perasaan mereka yang terpilih menaikkan bendera setiap 17 Agustus tiba, kecuali mereka yang pernah terpilih sebagai anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka). Terdengar berlebihan? Mungkin, tapi begitulah setidaknya yang terasakan oleh kebanyakan mereka yang pernah mendapatkan kehormatan itu.

Saya salah satu yang pernah menjalankan peranan tersebut. Bukan tingkat nasional, melainkan tingkat kabupaten saja. Di Aceh, ketika di beberapa titik geliat pemberontakan mulai menjalar, saya menjalankan peran di pasukan pengibar bendera itu.

Tentu saja, yang melatih anak-anak SMA itu adalah tentara. Beberapa pelatih yang masih saya ingat bahkan sudah berpangkat Letnan Dua. 

Senyum menjadi hal langka dari wajah mereka. Meski saat jeda sekalipun, mereka berusaha menciptakan guyon-guyon agar peserta Paskibra tidak tegang, tak membuat wajah sangar tentara itu hilang begitu saja.

Mereka tetap dengan wajah khas militer yang dididik keras, dan sedang menjalankan peran sangat serius; menggembleng pelajar yang masih remaja untuk menyadari, ada kehormatan negara di kain dua warna itu.

Tak heran jika sedang jeda, para tentara itu menyuguhkan guyonan pemecah kebekuan saja tetap terlihat sangar, bagaimana lagi ketika sedang berlatih. Ketegangan yang terasa tak kurang dari prajurit yang betul-betul berlatih untuk perang.

Yang berbeda, di sini tak ada cerita pukul-memukul. Kalaupun ada sanksi hanya jika keluar dari disiplin digariskan, seperti telat datang berlatih atau pelanggaran sejenisnya. Itu juga hanya dengan sanksi push up sekitar 15-20 kali.

Saya pernah dihukum? Pernah. Hanya karena kelelahan sepulang dari sekolah membuat saya tertidur dan telat datang ke lokasi latihan. Alhasil harus menjalani sanksi push up tersebut. 

Kemarin, saat melihat sebagian remaja menaikkan bendera, muncul kenangan itu berkelebat di benak saya. Kenangan tentang latihan di bawah terik matahari, yang ditujukan untuk melatih ketahanan fisik.

Terkenang ada satu-dua peserta yang pingsan, hanya karena tak terbiasa berlama-lama di bawah matahari langsung. 

Ah, ya, saat hari H, ada lagi yang paling mendebarkan. Sebab, persis pagi hari saat kami berangkat ke lapangan, seorang teman justru mengalami hal tragis. Ia yang sudah lengkap dengan seragam Paskibra, berangkat berkendara sendiri dengan sepeda motornya, menabrak mati seorang anak di tengah perjalanannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun