Mohon tunggu...
Siti Mawaddah
Siti Mawaddah Mohon Tunggu... lainnya -

Siswi Kelas VII B Damora, Lhokseumawe, Aceh, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Pipit yang Menghilang

17 Juni 2017   22:46 Diperbarui: 17 Juni 2017   22:52 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

             Ada sebuah negeri. Sebutlah namanya Orimage. Di negeri ini, kehidupan berlangsung sebagaimana mestinya. Bunga mekar, pohon berbuah, ayam bertelur, kambing melahirkan, ulat menjadi kepompong, kucing mengejar tikus, elang berputar-putar di angkasa menjaga kawasannya, tak pernah ada yang bisa mendekatinya. Lalu, apa menariknya dengan negeri ini? Tentu saja menarik. Karena, di negeri ini, semua yang hidup bisa berbicara.Tidak ada yang tau keberadaan negeri ini. Kecuali satu orang saja, yaitu aku. Maka, biarkan aku ceritakan sedikit kisah dari negeri ini.

            Kisah ini terjadi delapan tahun yang lalu. Di pagi yang ke sekian di Orimage. Terlihat seekor burung pipit terbang menari-nari di atas sana. Saking senangnya, dia bernyanyi dengan suara yang keras dan terus berputar-putar. Tiba-tiba, dia terbang meluncur ke bawah, tak lain karena melihat sahabatnya, seekor tupai bernama Tupi, sedang sarapan di salah satu dahan pohon di bawahnya.

            “Selamat pagi Tupi!”, sapa pipit tersebut dengan riang.

            “Selamat pagi Pipo”, jawab Tupi.

            “Bukankah ini pagi yang indah sobat?”

            “Kurasa begitu”

            “Tentu saja. Lihatlah, matahari terlihat cerah, langit berwarna biru, daun masih berwarna hijau, dan angin sepoi-sepoi menggelitik sayapku! Indah sekali bukan?!”, celoteh Pipo.

            “Kau terlihat bahagia sekali Pipo, apakah terjadi sesuatu?”, tanya Tupi.

            “Hahahaha, tentu saja aku bahagia. Hari ini, untuk pertama kalinya aku akan mencari makanan untuk anak-anakku”

            “Maksudmu, mereka...?”

            “Ya, semalam anak-anakku telah menetas, dua ekor jantan dan satu ekor betina. Ketiganya menetas dengan selamat. Sekarang istriku sedang menjaga mereka.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun