Mohon tunggu...
Rosmani Huang
Rosmani Huang Mohon Tunggu... Karyawan swasta - Karyawan Swasta

Enjoy this life with positive thinking

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cara Saya Mengelola Finansial

27 Agustus 2017   12:33 Diperbarui: 8 Juli 2020   12:39 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (kompasiana)

Setelah seminggu full dinas ke Bandung, maka hari ini saatnya bersantai-santai di rumah sambil membaca Kompasiana. Ternyata ada blog competition "Saatnya Cerdas dalam Finansial". Dari pada bengong maka saya memutuskan untuk membagikan pengalaman saya selama ini dalam mengelola keuangan saya.

Dulu sewaktu masih sekolah di Bagansiapiapi (papa tinggal di Sinaboy),  setiap bulan saya pasti dapat uang bulanan dari papa untuk keperluan sekolah di Bagansiapiapi. Uang bulanan tersebut setiap awal bulan saya ambil ke rumah tante yang dititipkan oleh papa di sana. Saya selalu berusaha untuk irit memakai uang bulanan tersebut karena saya tahu dengan pasti betapa susahnya papa bekerja keras untuk memberikan saya sekolah dan uang bulanan. Makanya saya ikut arisan, karena bunga dari arisan lumayan besar yaitu 10% dari arisan tersebut. Jadi misalnya saya ikut arisan Rp 500.000,- maka yang perlu saya setor adalah Rp 450.000,-. Lumayan besar dibanding kalau simpan di bank. Tetapi ternyata pada saat saya tarik, saya tidak mendapatkan sepeserpun karena ketua arisannya tidak ada uang (alasannya peserta arisan pada tidak bayar dia, bagaimana dia bisa bayar ke saya:-( ). Itu pengalaman pahit saya yang pertama. Uang yang saya irit-irit dari uang bulanan yang dikirimin papa ternyata hilang diambil ketua arisan.

Sekarang setelah bekerja, sebagai karyawan swasta maka penghasilan saya hanya dari gaji. Dulu saya tidak pernah membagi-bagi pos-pos untuk pengeluaran saya. Pokoknya begitu gaji ditransfer ke rekening, maka saya mau belanja apa tinggal tarik saja duit dari tabungan, tidak pernah memikirkan tabungan untuk hari tua saya nantinya. Malah saya waktu itu tertarik untuk main saham. Sebenarnya main saham untuk jangka panjang mungkin bagus juga. Tetapi karena dulu di kantor kerjanya sangat santai, akhirnya saya tertarik untuk main saham harian (short trading). 

Dan karena kurang pengalaman maka bisa dipastikan saya rugi. Ya, ruginya lumayan juga. Dapatlah 2 buah mobil murah sekarang. Itu pengalaman yang sangat menyakitkan. Walaupun sangat menyakitkan tetapi tidak membuat saya terpuruk dan stress karena dari awal saya sudah memahami resiko main saham, jadi saya tidak memusingkannya tetapi sejak itu saya memutuskan untuk berhenti main saham. Pastinya sejak tahun 2013 saya sudah tidak pernah main saham lagi. Semua dana yang ada di rekening saham saya tarik dan saya belikan  apartemen yang kebetulan harus dibeli tunai karena saya belinya dari  tangan ke dua dan sertifikat apartemen tersebut belum ada sehingga tidak  bisa mengajukan KTA ke bank.

Karena sudah tidak main saham lagi dan memang di kantor sangat santai akhirnya saya sering baca kompas.com & detik.com sampai akhirnya secara tidak sengaja pada bulan September 2014 saya membaca tulisan pak Tjiptadinata Effendi yang sangat inspiratif. Sejak membaca tulisan pak Tjip tersebut maka setiap pagi saya memulai aktivitas saya dengan membaca Kompasiana terutama tulisan pak Tjip. Dan sejak saat itu perlahan tapi pasti saya mengubah cara saya mengelola finansial saya karena jujur sebelumnya saya tidak pernah memikirkan harus menyimpan dana untuk masa pensiun saya nantinya. Saya lupa dan tidak sadar kita tidak bisa selamanya bekerja, ada masa dimana kita harus pensiun.

Jadi yang saya lakukan sekarang adalah begitu dapat transferan gaji, maka saya akan langsung mengalokasikan penghasilan tersebut untuk pengeluaran rutin bulanan & untuk bayar asuransi, saya sisakan sedikit di rekening bank tempat gaji ditransfer, sisanya saya pindahkan ke rekening bank lain (dalam hal ini CIMB, yang merupakan salah satu bank peserta Lembaga Penjamin Simpanan-LPS). Kenapa saya memilih CIMB sebagai bank untuk menampung dana pensiun saya nantinya? Karena selain sebagai peserta LPS, CIMB memiliki kelebihan yaitu kita dapat mendepositokan dana kita secara online tanpa perlu ke Bank (cukup lewat internet banking). Jadi begitu dana yang ada di rekening CIMB sudah bisa untuk didepositokan (minimal Rp 8.000.000,-) maka langsung saya ubah dari rekening tabungan ke rekening deposito sehingga dana yang ada di deposito tidak dapat saya tarik sesuka hati saya. Dengan cara ini akhirnya saya dapat membeli sebuah rumah kecil lagi di pinggiran kota.

Memang tawaran investasi dalam bentuk lain selalu ada. Tetapi saya sudah tidak tergiur lagi. Saya sudah merasakan manfaat dari cara saya menabung sekarang, yaitu dengan membuka 2 rekening bank yang berbeda, dimana ke-2 rekening bank tersebut merupakan bank peserta LPS. Rekening bank yang satu dipakai untuk keperluan rutin sehari-hari sedang rekening satu lagi dipakai untuk menabung sampai akhirnya dananya cukup untuk dipindahkan ke deposito. Dengan cara ini saya harapkan nantinya pada saat saya pensiun nanti, saya sudah tidak perlu memusingkan biaya hidup saya. Saya bisa dengan damai menikmati tabungan saya yang tersimpan di bank yang di jamin oleh LPS. Walaupun mungkin bunganya lebih kecil dari investasi lain yang ditawarkan tetapi resiko dengan menabung di bank peserta LPS sudah tidak ada. Jadi tunggu apa lagi? Ayuk,,, segera menabung di bank peserta LPS.

Semoga pengalaman saya ini dapat memberikan manfaat bagi rekan kompasianer. 

Jakarta, 27 Agustus 2017

Salam,

Sisca Dewi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun