Mohon tunggu...
Si Ogie
Si Ogie Mohon Tunggu... Fotografer -

Traveling is the way you spend money but still make you richer. A photographer. https://siogie.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berwisata ke Yogyakarta di Hari Kemerdekaan

20 September 2018   16:32 Diperbarui: 20 September 2018   16:45 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

17 Agustus 2018, pagi itu saya dan istri sudah berada di dalam gerbong KA Fajar Utama YK kelas bisnis untuk menuju ke Jogjakarta.

Kereta Api Kelas Bisnis

Membahas sedikit mengenai kelas bisnis karena sebenarnya di Google sendiri tidak banyak informasi mengenai kelas ini (dari hasil saya browsing; monmaap kalo salah). Ini kali pertama saya naik kereta kelas bisnis dan sebelumnya sudah mencari informasi lewat temen-temen KJJI (Komunitas Jalan Jalan Indonesia). 

Pertanyaan saya cuma "apa sih bedanya kelas ekonomi dengan kelas bisnis?" dan sekarang sudah terjawab bahwa tingkat keempukan kursi dan lekuk-lekuk pada senderannya yang jadi pembeda. Kelas ekonomi semua serba rasa seperti papan dan busanya pun tipis, sedangkan kelas bisnis senderannya agak berbentuk dengan postur badan kita sedikit dan busanya lebih banyak. 

Kursi dikedua kelas ini tidak dapat diputar atau dimiringkan lagi posisi senderannya. Ada 2 colokan listrik di setiap kursi jadi ngga perlu kuatir lowbatt deh handphone kita.


Perjalanan menuju Jogja ditempuh kurang lebih 8.5 jam dari Stasiun Pasar Senen (Kelas Bisnis). Untuk killing time saya sangat menyarankan untuk bawa bahan bacaan atau pun film di handphone supaya ga bosan, kecuali kalian naik kereta malam bisa tidur deh. Tiba di Stasiun Tugu Jogjakarta jam 14.35 dan sudah disambut oleh seorang teman yang sekaligus menyewakan motor vario, jadi saya sudah bisa langsung ngebolang deh!

Destinasi atau Tujuan Wisata dan Kuliner di Jogjakarta

Walaupun sudah memegang kunci motor tetapi saya putuskan tujuan pertama adalah check-in dulu di hotel. Hotel yang kami pilih terletak cukup dekat dengan Bandara Adisutjipto, reviewnya akan saya tulis di bagian terakhir ya .

Jam makan siang rupanya sudah lewat terlalu jauh (15.45), setelah dari hotel saya cari makanan yang searah ke Candi Ratu Boko dan ketemu secara random Soto Bebek Mbak Nanik dan dari pinggir jalan terlihat ramai, saya ngelirik istri dan dia pun setuju untuk coba. 

Rasa bebek jika dijadikan soto ternyata mirip sama ayam . Kebetulan banget pas lagi ada promo merdeka haha memang ada untungnya jalan-jalan pas lagi momen penting begini, banyak yang bikin promo. Untuk 2 mangkok soto bebek, 2 es teh manis dan 3 kerupuk kaleng, kita mengeluarkan uang 26.000 aja.

Candi Ratu Boko

15 menit perjalanan naik motor kita sudah sampai di parkiran motor Candi Ratu Boko. Banyak sekali perubahan sejak terakhir ke sini 10 tahun yang lalu yaeyalahhh . Tiket masuk ke Candi Ratu Boko adalah 40.000 per orang dan parkir motor 3.000. Suasana di sini benar-benar jauh berubah, dekorasi bambu-bambu kekinian, bunga palsu, caping yang di cat warna-warni dan banyak lagi. 

Sebenarnya saya pribadi sangat menyayangkan dekorasi yang sedemikian rupa dijadikan spot foto, karena kesan bersejarah dari tempat tersebut jadi berubah. 

Malah saya sempet lihat orang di sebelah naik-naik ke bebatuan candi demi mendapatkan foto bagus eh terus entah gimana, ada salah satu batu yang jatuh dari tempatnya coba ini gimana ceritanya malah merusak.

Liat kan? Betapa banyaknya manusia yang ada di atas sini. Semua menunggu momen sunset yang memang juara, sebagian wisatawan justru membawa tripod layaknya fotografer lansekap . Saya berjalan sekeliling sekaligus nostalgia waktu 10 tahun silam ke sini sendirian dan masih kosong melompong.

Di bagian situs peninggalannya tidak banyak berubah, hanya wisatawannya yang makin banyak. Matahari udah semakin turun, mesti cari spot nih biar ikutan bisa mengabadikan momen sunsetnya.

Jreng-jreng! Saya dapet tuh beberapa sudut sunsetnya tapi foto di atas ini yang lumayan saya suka! . Sengaja orang-orangnya saya itemin biar ngga ngotorin frame . Saya di sana sampai sekitar jam 18.15 sampai matahari benar-benar tenggelam.

Spot Riyadi (spot foto Candi Prambanan)

Puas dengan foto sunset di Candi Ratu Boko, saya pun melanjutkan perjalanan ke Spot Riyadi, tempat di mana kita bisa melihat Prambanan dari atas bukit. Aksesnya masih curam dan jalanan menuju Spot Riyadi ini masih kurang bagus. Kalau siang biasanya anak jaman now foto-foto di sini karena ada jembatan yang ada lope-lopenya itu loh. 

Sebenarnya dari Spot Riyadi ini Candi Prambanan tidak terlalu terlihat alias kecil, buat yang niat memang pengen foto diwajibkan membawa lensa tele minimal 100mm dan itu pun Prambanan masih terlihat kurang besar. FYI, kata temen saya makanan di Warung Pak Riyadi cukup enak dan murah tetapi waktu itu saya mau langsung ke Angkringan Kopi Joss jadi ngga mampir ke Warung Pak Riyadi.

Alternatif selain Spot Riyadi untuk liat / foto Candi Prambanan adalah Abhayagiri Resto yang letaknya berdekatan dari Spot Riyadi, kita pasti ngelewatin kalau mau ke Spot Riyadi.

Angkringan Kopi Joss

Letaknya nempel sama tembok Stasiun Tugu Jogjakarta, berjajar banyak sekali angkringan yang juga menawarkan Kopi Joss. Apa sih Kopi Joss? Kopi hitam atau kopi susu biasa aja yang disajikannya dicelup pakai arang yang masih berwarna merah. 

Dari rasa sih sama aja kok ngga ada yang beda, mungkin sensasinya ya arang itulah. Saya dan istri makan 3 porsi nasi sambal teri, sate usus, sate atiampela dan 1 gelas kopi susu joss yang kita bagi berdua. Total pengeluaran 24.000 saja.

House of Raminten

Sarapan pagi ini berlokasi di House of Raminten yang sekaligus menjadi meeting point sama temen istri. Makanan di House of Raminten rata-rata sesuai dengan kantong mahasiswa seperti kami #prettt dan juga enak-enak. Salah satunya pisang goreng cokelat keju yang ciamik. Pesanan saya dan istri cuma nasi bakar teri, singkong keju, pisang goreng cokelat keju, es jeruk 2 gelas. 

Total pengeluaran di sini 42.000. Selain rumah makan, rupanya ada kandang kuda juga di bagian belakang dari HOR ini, lalu ada juga 1 ruangan khusus untuk berdoa yang saat itu banyak sekali asap dari dupa dan sesajen serta koleksi foto yang keliatannya leluhur keluarga dari pemilik HOR. 

Ada sudut kecil juga di depan ruang doa untuk membatik dan kala itu ada 2 orang ibu sedang membatik, mungkin kita bisa bertanya soal batik atau mengabadikan moment tersebut.


Museum Ullen Sentalu

Tujuan pertama setelah sarapan di House of Raminten adalah Museum Ullen Sentalu yang adanya di Jalan Kaliurang. Ullen Sentalu merupakan museum yang mempunyai banyak sekali koleksi budaya dan kesenian Jawa khususnya Jogjakarta dan Solo, di sini pula kita bisa cukup banyak mendengar mengenai sejarah kesultanan dari Hamengkubuwono dan keluarganya.

Tiket masuknya bisa dilihat adalah 40.000 dan masuk ke area wisata Kaliurang dikenakan retribusi sebesar 8.000. Harga tiket sudah termasuk pemandu yang akan menceritakan kisah seru sejarah dari setiap ruang pamer yang akan kita masuki. Seingat saya koleksi mereka ada lukisan, foto-foto jaman dahulu, gamelan, batik-batik dan bahkan syair dan surat yang ditujukan kepada Putri Tineke, putri dari Sunan Paku Buwana. 

Saya sangat kagum sama peninggalan-peninggalan sejarah Jawa yang masih tersimpan sangat rapih di Ullen Sentalu, bahkan ada topi hadiah dari Belanda atau Amerika yang umurnya sudah ratusan tahun. 

Dan dari tempat ini juga saya jadi tau bahwa sebenarnya corak pada kain batik yang biasanya kita gunakan itu ada arti-artinya, contohnya bercorak parang itu kurang baik jika digunakan untuk ke acara pernikahan.

Di area museum, pengunjung tidak diperbolehkan untuk mengambil foto apalagi mengambil koleksi gamelan #yaeyalahhh . Walaupun awalnya sempat saya sesalkan tapi saya sadar kalo kita sibuk mengambil foto nanti bisa ketinggalan cerita seru dari pemandu. 

Untuk saya pribadi, berada di tempat bersejarah seperti ini bikin pengen untuk mempelajari sejarah lebih dalam lagi. Gimana dengan kalian?

museum ullen sentalu (dokpri)
museum ullen sentalu (dokpri)

Restoran Jejamuran

Kalau temen-temen sebelumnya sudah pernah ke Jogja, kemungkinan besar sudah pernah dengar atau bahkan mencoba makan di Jejamuran. Letaknya 20 menitan dari pusat kota Jogja dengan menggunakan kendaraan bermotor. Saya cukup kaget setelah sekitar 5 tahunan ngga makan di Jejamuran, tempat ini berubah cukup drastis dan besarnya berlipat-lipat dari kunjungan saya sebelumnya. 

Parkiran semakin luas, ada shuttle juga berbentuk kereta yang bisa mengantar jemput kita ke gedung restoran utama dari parkiran yang agak jauh. Begitu masuk kita akan ketemu sama meja penerima tamu sekaligus untuk minta meja dan biasanya akan ada waiting list jika kita datang di akhir pekan, tapi ngga lama kok. 

Lalu di sebelah meja depan itu ada 1 ruangan yang menjual oleh-oleh yang berbahan dasar jamur.

Mumpung lagi di Jejamuran dan total kita semua ada 4 orang, jadi deh agak kalap memesan makanannya. Jamur crispy, sate jamur, fuyunghai jamur, martabak jamur, jamur blackpepper, tongseng jamur dan beberapa lainnya.

Kenyangnya ya Tuhan bukan maen dah. Tapi bersyukur masih bisa merasakan nikmatnya makanan .

Malioboro dan Pasar Beringharjo

Walaupun beberapa minggu sebelumnya baru dari Malioboro dan Pasar Beringharjo, saya tetep ngga bosen dan balik lagi ke sini. Kebetulan istri dan temannya mau cari tas bahan rotan untuk oleh-oleh dan saya pun pengen beli celana pendek batik yang mau dipake berenang (lupa bawa dari Jakarta) dan dipake buat tidur di Jakarta.

Ada drama tawar menawar yang saya dan istri alami waktu beli tas rotan. Istri saya kan rambutnya dicat dengan warna ashbrown dan sudah luntur, jadi warnanya pada waktu itu pirang terang macam turis orang barat sana itu. 

Susah sekali loh nawar barangnya karena dikira turis dari Thailandlah, Chinalah dan macam-macam. Harga tas harusnya 150.000 bisa naik jadi 250.000 karena liat rambut pirangnya istri. Sueeeek!

Raminten Cabaret Show

Baru tau kan kalau di Jogja ada Cabaret show? Emangnya cuma Thailand aja yang punya . Cabaret show ini adanya di gedung Hamzah Batik yang dulunya bernama Mirota Batik. 

Bertempat di lantai 3 yang tempatnya gabung dengan restoran sehingga pengunjung bisa makan dulu sebelum nonton pertunjukkannya. Harga tiketnya 90.000 (paket festival box). Pertunjukkan berlangsung selama kurang lebih 60 menit. Detail tentang Raminten Cabaret Show sudah saya bahas di Jangan Nonton! Review Raminten Cabaret Show Jogjakarta

Hutan Pinus Pengger Mangunan

Hari berikutnya sesuai jadwal perjalanan, saya dan istri main ke Mangunan. Di Mangunan banyak sekali lokasi wisata yang salah satunya Hutan Pinus Pengger ini. Sebelum memulai perjalanan ke Mangunan, saya isi "bensin" dulu di Sop Ayam Pak Min Klaten, istri sudah kepengen cobain ini sejak lama. Harga nasi + sop ayam daging ini cuma 14.000 per orang dengan rasanya yang super enak, apalagi ditambah kerupuk dan kecap manis.

Berikut saya kasih gambaran luasan Mangunan dan beberapa lokasi wisatanya. Buanyak banget dan saya rasa sih ngga cukup sehari kecuali tiap tempat cuma 30 menit dan terburu-buru.

Sesampainya di Hutan Pinus Pengger, bayar tiket parkir sebesar 7.000 sudah termasuk tiket wisata. Areanya cukup luas dan ada beberapa spot foto yang cukup menarik dan memang sengaja dibangun untuk selfie dan berfoto ria.

Waktu sampai di sana masih jam 09.30an jadi masih belum begitu ramai pengunjung, masih bisa foto-foto tanpa terganggu oleh photobomb. Sebetulnya waktu yang tepat untuk ke wisata Mangunan adalah menjelang sunrise terutama bagi temen-temen penyuka foto, hasilnya pasti bagus banget (liat di google). Sayangnya saya terlalu males untuk bangun pagi .

Teraseringnya bagus sayangnya lagi ngga sedang hijau . Selain Pinus Pengger, banyak wisata hutan pinus lain di Mangunan yang bahkan tidak tertulis di Google Maps, tapi rasanya pilih salah satu saja sudah cukup karena isinya mirip atau bahkan sama kok.

Sate Klatak Pak Pong

Selesai dari Hutan Pinus Pengger, saya melanjutkan perjalanan menuju ke Kebun Buah Mangunan tetapi sesampainya di gerbang utama, saya mengurungkan niat untuk masuk ke dalam karena sekilas dari luar terlihat sangat gersang dan tidak ada pemandangan yang bagus. 

Kebun Buah Mangunan ini salah satu spot sunrise yang paling banyak dibicarakan oleh orang-orang (liat di Google). Singkat cerita, saya dan istri memutuskan untuk ke Sate Klatak Pak Pong sebelum perut lapar, alasannya karena kalo di Sate Klatak Pak Pong ini nunggu pesanannya lama bisa berjam-jam. 

Bener aja begitu sampe Pak Pong, saya langsung ngisi pesanan dan diinfokan oleh pramusajinya bahwa akan menunggu selama satu setengah jam. Jadi tips utama kalau mau cobain Sate Klatak Pak Pong adalah datang ke sana sebelum perut lapar #penting.

Hampir tepat satu setengah jam, pesanan saya pun datang. 2 porsi sate klatak (1 porsinya isi 2 tusuk gede-gede) dan 1 mangkok tongseng serta ngga lupa 2 piring nasi. Satenya bener-bener empuk dan tidak berbau, diolah dengan sangat baik dan rasanya pun enak. Pas ke kasir, kami membayar sejumlah 99.000 dengan tambahan 1 Hydro Coco ukuran besar dan 1 S-Tee.

Taman Sari (Water Palace)

Selesai makan sate klatak sudah mendekati jam 15.00 sedangkan spot selanjutnya adalah Taman Sari yang tutup jam 16.00. Gas pol rem blong menuju ke Taman Sari, udah gitu pas sampai sempat bingung karena salah parkir juga, saya parkir di Pasar Ngasem dan mesti jalan agak jauh buat ke Taman Sari (Water Palace), belom lagi di pedekatein sama orang setempat yang jadi tour guide, saya bilang aja dulu pernah tinggal di Jogja dan udah beberapa kali ke sini eh bisa-bisanya dia bales "kok sering ke sini tapi lupa" susah dah saya mau alesan lain hahaha.

Ter-muter akhirnya ketemu itu Water Palacenya dan pas banget kita mau masuk eh gerbangnya ditutup, katanya udah close (sambil si penjaganya ngasih tanda X pake tangan dikira kita turis ). Dengan muka memelas saya dan istri bilang "ayo dong bu, kasihani kami yang sudah jauh-jauh kemarin, 2 orang lagi aja dibolehin masuk" dan akhirnya tuh ibu kesian kali ya liat bule depok, akhirnya dibukain pintu suruh cepetan masuk. 

Saya pun berterima kasih dan langsung membeli tiket seharga 10.000 untuk 2 orang. Bergegaslah saya melangkah masuk ke dalem area Water Palacenya, sambil melirik ke pintu masuk tadi eh ternyata ada beberapa orang wisatawan diijinkan masuk juga, dalem hati saya "syuekkk saya udeh melas-melas ye kan).

Dihitung-hitung mungkin saya sudah 6-7 kali ke tempat ini dan ngga bosan-bosannya, selalu menarik.

Tempo Gelato Taman Siswa

Sejak dari Jakarta si istri udah minta Tempo Gelato dimasukkin ke dalam list kunjungan , dari pada ngambek lebih baik kan diturutin maunya . Tempo Gelato Taman Siswa kalau ngga salah menjadi cabang ketiga yang belum lama buka, tempatnya lebih besar dari 2 cabang lainnya dan cukup ramai pengunjung.

Varian gelato yang disajikan cukup banyak dan harganya pun pas dikantong. 1 cup dengan isi 3 scoop hanya 40.000 aja. Jika mau membeli, kita harus ke kasir terlebih dahulu dan akan diberikan nomor antrian, lalu akan dipanggil oleh pramusaji di konter gelatonya.

Alun-alun Kidul Jogjakarta

Inget kan Alun-alun Jogja yang ada pohon besar di tengah lapangannya? Nah si istri belom pernah tuh nyobain jalan dengan kondisi mata tertutup lalu melewati tengah-tengan pohon tersebut. Kira-kira jam 20.00 kita ke Alun-alun dan pertamanya naik mobil yang dikayuh kayak sepeda, yang warna warni itu. 1 putaran dikenakan 50.000 aja. Yang bikin kurang seru karena Alun-alun saat itu lagi rame banget jadi agak macet dan terpaksa ikut alur macetnya. Sound systemnya dong ada TVnya, lalu subwoofer dan speaker sayade, sebut aja lagu apa coba, mau Siti Bardiah, Via vallen, saya rasa semuanya ada deh.

[caption id="" align="aligncenter" width="1280"]

(dokpri)
(dokpri)
 source: google images[/caption]

Capek ngayuh mobil-mobilan itu, melipir ke tengah lapanganlah kita, saya mau nyuruh sang istri coba jalan lewatin 2 pohon itu dengan mata tertutup. Hasilnya adalah beberapa meter sebelum sampe ke pohon, doimengsong ke arah tukang kopi, ngantuk deh saya rasa . Jadi hasilnya doi gagal! Hahaha.

Gudeg Mercon Bu Tinah

Malam ini saya tutup dengan Gudeg Mercon Bu Tinah yang terkenal itu. Berlokasi di Jalan Asem Gede, setibanya di sana, antrian sudah cukup panjang dan kebanyakan adalah pesanan dari Go-Food, langsung buru-buru ikutan antri.

(dokpri)
(dokpri)
 source: google images[/caption]

Di tempat Bu Tinah ini ada 2 gudeg yaitu gudeg mercon dan gudeg biasa. Kebetulan saya pesen gudeg biasa karena waktu itu perut lagi kurang bersahabat, kuatir jika makan pedas malah besokan harinya jadi masalah. Menurut saya gudegnya sama sekali ngga enak dan ga ada rasanya *eh ada sih rasa gudeg . Dan menurut teman saya yang sudah coba beberapa jenis gudeg ya inilah yang dirasa kurang enak dibandingkan yang lain. Harga? 38.000 per porsi tanpa minum.

Pertanyaannya adalah kok bisa sih serame ini? Apakah mungkin selera orang kebanyakan bahwa gudeg ini enak? Karena bisa dilihat dari banyaknya abang Go-Food yang mengantri. Atau banyak orang yang seperti saya dan temen saya yang baru pertama kali mencobanya. Mungkin temen-temen berminat untuk mencoba?

Warung Kopi Klotok

Doyan sayur lodeh? Berarti temen-temen harus coba ke Warung Kopi Klotok yang ada di Jalan Kaliurang ini, tepatnya di Jalan Kaliurang KM.16, Pakembinangun, Pakem, Area Sawah (Google Maps bisa dilihat di bawah).

Seperti yang saya bilang di atas bahwa sajian utama dari tempat ini adalah sayur lodeh. Sayur lodehnya pun ada beberapa macam, salah satunya sayur lodeh tahu tempe. Selain sayur lodehnya, di tempat ini juga terkenal telor dadar crispynya dan pisang gorengnya. 

Pas saya sampe di tempat ini masih cukup pagi jadi masih belum ada antrian, padahal biasanya untuk makan pisang goreng saja harus antri cukup panjang dan terkadang mengular. 

Selain nasi putih, di sini ada juga nasi liwet yang juara banget karena ada campuran dedaunan yang saya ngga tau apa plus ada ikan asinnya. Enakkkkkk! Jadi ternyata di sini ada paket puas yang berarti kita bisa ambil nasi dan sayur lodeh sekenyangnya, tapi inget telor + pisang gorengnya ngga unlimited ya . Saya pesen teh tubruk dan istri susu hangat. Kali ini kita keluar 54.500 ajah buat sarapan. Tertarik?

Ah sedikit info, persis beberapa puluh meter sebelum kopi klotok, ada warung yang mirip-mirip dengan macam-macam banner, jangan sampai salah karena kopi klotok itu letaknya paling ujung dan cukup ramai pengunjung

The World Landmarks a.k.a Merapi Park

Berjarak 7 kilometer dari Warung Kopi Klotok, Merapi Park menjadi persinggahan berikutnya setelah perut kenyang. Penasaran yang membaca saya dan istri mendatangi tempat ini. Di dalam Merapi Park atau yang disebut The World Landmarks banyak bangunan yang memang menjadi landmarks dunia seperti misalnya Menara Eiffel, Menara Pisa, The Big Ben dan masih ada beberapa lainnya.

Tempat ini tidak terlalu besar tapi cukup menarik untuk didatangi bersama keluarga dan anak kecil, bisa foto-foto kekinian. Tiket masuknya pun masih terjangkau, 20.000 per orang tapi dan lagi kita harus membayar ekstra jika mau naik kuda untuk berkeliling.

Ada 1 deret pendopo / bale-bale untuk kita duduk setelah capek mengitari tempat ini, cuaca terkadang bisa terlalu panas dan bale-bale bisa jadi tempat berteduh, saya sempet leha-leha juga di sini. Adem!

Gudeg Yu Djum

Ngga bosan-bosannya saya makan di sini, rumah makan gudeg yang awalnya dirintis pada tahun 1950an ini sampai sekarang masih jadi favorit kebanyakan orang terutama penyuka manis. Variasi menu gudegnya cukup banyak, gudeg paha, gudeg dada, gudeg telor, gudeg krecek, gudeg komplit dan macam-macam lainnya. 

Kebanyakan wisatawan pun biasanya menyempatkan membeli gudeg ini untuk dibawa pulang ke Jakarta atau ke kota asalnya, termasuk saya . Harga per porsi gudeg kalo ngga salah dimulai dari 10.000 untuk makan ditempat dan untuk dibungkus mulai dari 45.000. Gudeg bisa bertahan 24 jam di luar kulkas, jika di dalam kulkas bisa maksimal 2-3 hari.

Couvee (Another Coffee Shop)

Ngga lengkap rasanya kalau main ke kota orang tapi ngga ngajak ketemuan "penghuni"nya. Saya ada beberapa temen lama yang kerja dan tinggal di Jogja. Kerinduan mengobrol dan bercanda membawa kami bertemu di coffee shop rekomendasi salah satu teman, lokasinya di Jalan Kaliurang KM 5.2 dan di Monginsidi 17.

Kita bertemu di Couvee Monginsidi 17, tempat yang jadi satu dengan car autodetailing dan barbershop. Sambil menunggu temen saya dateng, saya sempetin potong rambut dan pelayanannya ramah dan hasilnya luar saya suka. Yang paling saya suka, harganya setengah dari Jakarta . I would recommend this place.

saya juga mau kasih rekomen untuk minumannya, coba deh Black Cookie Lattenya! Enakk tenan pokoknya.

Oleh-oleh Jogjakarta

Yang terpikir di kepala pasti bakpia bakpia bakpia kalo kita bicara soal oleh-oleh yang cukup terkenal di Jogja. Dan sekarang ada Bakpia Tugu yang lagi naik daun. Berbeda dari bakpia pada umumnya, yang satu ini dibuat dengan cara dikukus sehingga lembut sekali. Buat temen-temen yang pernah makan Tokyo Banana dari Jepang, ini mirip banget. 

Outlet terbesarnya ada di Jalan Kaliurang (silahkan Googling) dan ada juga yang di dekat Plaza Ambarukmo. 1 kotak isi 10 pcs dengan harga 45.000, alternatif baru, enak dan cukup murah untuk diberikan sebagai oleh-oleh untuk keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun