Mohon tunggu...
Alfian Arbi
Alfian Arbi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aquaqulture Engineer

Aquaqulture Engineer I Narablog

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Merindukan Energi Baru Terbarukan (EBT) Biomassa Kulit Kayu dan Limbah Pulp Menggeliatkan Kaltim

24 September 2017   22:02 Diperbarui: 5 Oktober 2017   19:37 2761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guyuran hujan sore itu, tak menyurutkan gairah anak-anak Mangkajang bermain bola. Mengenakan kaus merah, bertuliskan Evan Dimas di punggung, Adi salah seorang anak desa Mengkajang lincah kali memanja bola.

Luapan kegembiraan Adi dan kelima temannya bermain bola beralasan, karena mereka akhirnya dapat menyaksikan secara langsung lewat siaran televisi pertandingan antara Timnas Indonesia yang berisi pemain idola mereka versus Malaysia dalam perhelatan Sea Games (26/8). Untung saja, waktu penayangannya malam hari, karena wilayah ini cuman dapat menikmati aliran listriik hanya di malam hari.

Kabupaten Berau yang merupakan beranda Provinsi Kaltim yang memang belum sepenuhnya teraliri listrik. Setidaknya Kecamatan Kelay, Bidukbiduk dan Kecamatan Pulau Derawan (Tanjung Batu) yang juga hanya menikmati listrik PLN selama 12 jam sehari, belakangan ini.

Rentang wilayah Kaltim yang luas nan buas dan hanya mengandalkan BBM solar untuk menggunakan pembangkit listrik Diesel (PLTD) baik individu maupun PLN, dirasa masih belum efektivedan efesien bagi Pertamina dalam pendistribusian daerah pelosoknya. Terlebih masalah infrastruktur PLN yang masih terbatas.

Ada Apa Sih Di-sini?

Bersyukur Agustus lalu, saya sempat mampir kemari. Menyaksikan kehidupan masyarakat Mangkajang secara dekat. Geregetan rasanya untuk segera memamerkan kegembiraan masyarakat di sana akan elektrifikasi, walaupun sekejap.

Mangkajang sebuah desa biasa yang letaknya 60 Km dari timur ibukota Kabupaten Berau.  Membutuhkan waktu sekira 60 menit untuk datang kemari dari Berau. Tepatnya berada di kecamatan Sambiliung, yang terkenal memiliki potensi hijau SDA hutannya yang mempesona. 

Kekayaan hutannya meliputi jenis pohon Acacia mangium, eucalyptus, gmelina, meranti, trembesi, jati, cemara, kelapa, bambu, nipah, rotan, anggrek, ulin, bengkirai serta berbagai vegetasi lainnya.

Dengan kekayaan flora itu, mengundang sebuah perusahaan pulp PT Kertas Nusantara beroperasi di area seluas 3.400 Ha di sini.  Mimpi indah untuk mengeliatkan potensi-potensi Berau dengan elektrifikasi, mulai sedikit bersinar. 

Dengan mencoba melakukan peralihan Energi Tak Terbaharukan (BBM) dengan Energi Baru Terbaharukan (EBT) yang melimpah, memanfaatkan energi Biomassa kulit kayu dan buangan pulpkertas dari operasional perusahaan PT Kertas Nusantara, dalam menjawab kebutuhan listrik masyarakat.

Kulit Kayu dan Limbah Pulp, Bisa Apa?

Kayu satu diantara energi biomassa yang melimpah di sini. Limbah yang dihasilkan kayu yang terbakar dan digunakan sebagai bahan bakar merupakan bentuk bahan bakar sederhana. Energi panas yang dilepaskan kayu digunakan menghasilkan panas, untuk keperluan memasak misalnya. Dalam jumlah besar, kayu dapat digunakan untuk produksi listrik, lho.

kulit kayu I bibitbunga.com
kulit kayu I bibitbunga.com

Energi alternative tersebut juga memiliki kekurangan, pembakaran kayu dengan emisi karbon dioksida menyebabkan efek rumah-kaca. Namun dengan program penanaman pohon lebih banyak lagi, yang digalakkan perusahaan dan pemerintah kepada masyarakat, bisa memberikan solusi dalam penyerapan karbondioksida berlebih akibat proses itu dari atmosfer.

Peranan pembaruan lahan sebagai energi biomassa akan menjadi pekerjaan rumah nantinya. Karena beberapa sumber energi biomassa ini tentu akan diperlukan dalam jumlah besar dalam menghasilkan energi bahan bakar yang besar pula.

Pasti kita sepakat jika penggunaan energi biomasa dari bahan alami memang harus dilakukan segera untuk melepas ketergantungan pada energi yang tidak dapat diperbaharui, bukan? Energi biomassa merupakan penghasil energi dari unsur biologis akan terus diperhatikan untuk kelangsungan energi kedepannya. Karena keterbatasan bahan energi tidak terbaharukan suatu saat akan punah.

Limbah Kayu Pengolahan Pulp Yang Juga Bisa Digunakan Sebagai Energy Biomassa
Limbah Kayu Pengolahan Pulp Yang Juga Bisa Digunakan Sebagai Energy Biomassa
Limbah dari pengolahan Pulp dan kulit kayu (Bark) lantas bisa bermanfaat sebagai bahan bakar pembangkit listrik yang akan menjawab kekurangan pasokan listrik di daerah pelosok-pelosok Berau, yang saat ini hanya mengandalkan PLN. Dimana yang sebagian besar pembangkitnya masih menggunakan PLTD berbahan bakar Solar.

Pembangkit Biomassa yang telah tersedia di desa Mengkajang akan menyumbang pasokan listrik 25 MW di daerah Berau, dari 2x65 MW produksi totalnya, yang sebagian dayanya diprioritaskan bagi operasional pabrik PT-KN sendiri.

Adanya pembangkit listrik dengan energi Biomassa diharapkan akan mendukung ekonomi lokal masyarakat. Dengan prinsip saling menguntungkan, masyarakat di sekitar hutan juga sangat diharapkan partisipasinya pada kegiatan menanam pohon akasia, kaliandra, tanaman hutan rakyat, sebagai bahan baku pulp.

Bisa dibayangkan dong, nanti jalur pariwisata ke Tanjung Batu maupun 5 kecamatan pesisir menjadi terang-benderang. Sektor ekonomi yang dikelola UMKM akan menggeliat dan membuat masyarakat lebih sejahtera. Mimpi itu indah bukan?

Menyulap Biomassa Menjadi Listrik?

Pembangkit listrik Biomassa merupakan sebuah tehnologi yang menggunakan prinsip proses penguapan dalam menghasilkan listrik. Dan tentu proses penguapan dibantu dengan air denim, yakni air yang kadar conductivity (kemampuan menghantarkan listrik) sebesar 0.2 us (mikro siemen). Air itu dihasilkan  Desalinationdan Demirelization Plan yang ada dalam sisiem tehnology pembangkit ini.

Grafis Tehnologi Pembangkit Listrik Biomassa
Grafis Tehnologi Pembangkit Listrik Biomassa
Analogi prosesnya bisa kita bayangkan ketika kita memasak air, sesederhana itulah bagaimana sikluspada pembangkit biomassa bekerja. Air dipanaskan, hingga menguap dan uap inilah yang digunakan untuk memutar turbin dan generator dalam menghasilkan listrik.

Prosesnya dimulai dari air deminyang berada di suatu tempat bernama hotwell, lalu mengalir ke condesate pump menuju dearator, di tempat ini, air demin akan mengalami proses pelapisan ion-ion mineral air seperti pelepasan oksigen. Tentu diperlukan suhu tertentu agar prosesnya berlangsung sempurna.

Air dari dearator turun ke Ground Floor menuju Boiler Feed Pump (BFP). Boiler sebuat tempat yang besar yang bersis air yang bertekanan tinggi, dimana akan menghasilkan uap yang bertekanan tinggi pula. Itulah sebabnya letak dearator berada di atas dan BFB di lantai bawah, agar faktor ketinggian menghasilkan tekanan yang tinggi pula.

Nah di Boiler inilah proses memasak itu agar menghasilkan uap. Dan untuk memasak dibutuhkan apiyang memerlukan udara panas dan bahan bakar. Bahan bakar yang dimaksud tentu saja biomassa yang berasal dari kulit kayu dan limbah pulp tadi.

Sistem FD Fan akan mengambil udara luar dalam membantu proses pembakaran di boiler. Dalam perjalanan ke boiler, udara dipacu suhunya oleh pemanas udara agar proses pembakaran bisa terjadi di boiler.

Setelah terjadi pembakaran barulah air mulai berubah wujud menjadi uap, namun uap itu belum layak memutar turbin, karena masih berupa uap jenuh yakni masih mengandung kadar air yang bakal mampu membuat sudut-sudut turbin terkikis.

Uap jenuh akan dikeringkan lagi dengan super heater, sehingga uap tersebut menjadi uap kering yang bisa memutar turbin dan akhirnya memutar generator yang terdapat medan magnet raksasa dan menghasilkan beda potensial pada magnet. Beda potensial inilah cikal bakal listrik, yang akan dialirkan ke trafo yang akan dirubah tegangannya dan disalurkan melalui transmisi kelistrikan untuk didistribusikan.

Uap kering yang digunakan memutar turbin akan turun kembali ke lantai dasar. Uap tersebut mengalami kondensasidi dalam kondesor dan berubah wujud kembali menjadi air dan masuk kembali ke dalam hotwell. Begitulah terus prosesnya sistem pembangkit ini berjalan.

Kaltim Go Green Versus Bagaimana Kelanjutan Mimpi Indah Mengkajang Itu Kini

Bulan September 2015 sebagai tindak lanjut KTT Pembangunan Berkelanjutan 2012, para pemimpin dunia sepakat tentang tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Dimana mereka berkomitmen mengakhiri kemiskinan dan kesenjangan, serta memajukan kesejahteraan dengan lingkungan yang terjaga dan lestari periode 2016-2030.

Satu dari 17 poin SDGs adalah energi ramah lingkungan dan terjangkau yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 79/2014 tentang kebijakan energi nasional yang mengamanatkan peran energi baru dan terbarukan tahun 2025 paling sedikit 23% dan 2050 sekitar 31%.

Namun saat ini sebanyak 90% energi di Indonesia masih menggunakan energi berbahan fosil dan sisanya kurang dari10% yang memanfaatkan sumber energi terbarukan seperti biomassa ini.

Pencangangan Kaltim Go Green Oleh Gubernur Kaltim I Kaltimprov.com
Pencangangan Kaltim Go Green Oleh Gubernur Kaltim I Kaltimprov.com
Hingga tahun 2000-an, Kaltim masih mabuk menikmati kejayaan aneka SDA yang dimilikinya. Namun tahun 2015 nampaknya telah memberikan pelajaran berharga dimana kehancuran harga komoditas pertambangan membuat pertumbuhan ekonomi Kaltim terjun bebas mendekati angka 0 %. Dan membuat postur APBD melorot Rp 1.7 Trilyun, ditambah lagi biaya tinggi yang harus dikeluarkan dari bencana alam akibat eksploitasi SDA tak terbarukan.

Kaltim dengan spirit barunya Kaltim Go Green, seolah telah memberikan dukungan terhadap pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan (EBT) di Kaltim khususnya, dengan terbitnya kebijakan moratorium izin pertambangan di dalam Perda 17/2015-nya dan mendukung proyek hutan energi, yang telah sukses di desa Suweto, Kecamatan Muara Samu, Kabupaten Paser.

Artinya, dari uraian diatas, yang ingin saya katakan, bahwa telah ada konsesusbersama mulai dari pemimpin dunia, negara hingga pemimpin daerah yang sejalan tentang pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia dalam konteks pemanfaatan sumber daya biomassa untuk elektrifikasi. 

Diperkirakan potensi energi biomassa di Indonesia setara dengan 49.8 GW. Namun lagi-lagi kenyataan yang kita terima pemanfaatannya baru mencapai sebagian kecil saja. Disinilah pangkal masalah bagi keseriusan pengembangan EBT itu.

Mengkajang merupakan potret wilayah Kaltim yang memiliki limpahan SDA yang memungkinkan untuk pemanfaatan energi baru terbarukan bagi listrik biomassa. Apalagi Mengakajang telah memiliki tehnologi pembangkit listrik biomassa sebesar 2x65 MW yang kapan saja ready.

Artinya, Mengkajang lebih beruntung jika dibandingkan dengan nasib penemuan-penemuan EBT seperti listrik pada pohon kedondong yang mana proses aplikasinya bisa memerlukan waktu lama bagi penciptaan sistem tehnologinya.

Pembangkit Tenaga Listrik Biomassa I duniaenergi.com
Pembangkit Tenaga Listrik Biomassa I duniaenergi.com
Namun kini, mimpi elektrifikasi yang ada di depan mata dan ditunggu Adi dan masyarakat desa Mengkajang masih 'tersandera' dengan operasional perusahaan Kertas Nusantara yang tak menentu dan tersendat dikarenakan masalah hukum dan internal perusahaan sendiri.

Ketergantungan ini menjadi sebuah ironi, dan tantangan bagi pemerintah terhadap konsesus-konsesus pemerintah yang dulu dibuat, terlebih program elektrifikasi35.000 MW yang dicanangkan Presiden RI, Jokowidodo. Dan Pekerjaan Rumah ini memang masih berada di domain Pemerintah untuk segera dipecahkan, mau dibawa kemana sih mimpi mereka pak? Karena mereka masih menunggu mimpi itu.

Pastinya 1500 kata dalam tulisan ini memang tidak akan cukup, dalam mengharapkan mimpi-mimpi mereka agar terwujud. Mimpi indah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Berau dan Kaltim yang akan menggeliat oleh dampak elektrifikasi yang sempurna di pelosok desa dengan menggunakan EBT Biomassa ramah lingkungan.

Dan saya juga percaya elektrifikasi tidak akan melulu berbicara pada dimensi ekonomi saja. Elektrifikasi juga akan memungkinkan untuk menembus pada dimensi pembentukan rasa nasionalisme anak bangsa, yang salah satunya akan selalu siap mendukung Timnas Sepakbola Indonesia dimana saja dan kapan saja bertanding. Walau hanya melalui siaran langsung di layar televisi, baik siang hari terlebih malam hari. Tanpa terhalang masalah elektrifikasi lagi.

Elektrifikasi EBT Kami Rindu!

Refferensi :1,2,3,4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun