Mohon tunggu...
Alfian Arbi
Alfian Arbi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aquaqulture Engineer

Aquaqulture Engineer I Narablog

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Merindukan Energi Baru Terbarukan (EBT) Biomassa Kulit Kayu dan Limbah Pulp Menggeliatkan Kaltim

24 September 2017   22:02 Diperbarui: 5 Oktober 2017   19:37 2761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun saat ini sebanyak 90% energi di Indonesia masih menggunakan energi berbahan fosil dan sisanya kurang dari10% yang memanfaatkan sumber energi terbarukan seperti biomassa ini.

Pencangangan Kaltim Go Green Oleh Gubernur Kaltim I Kaltimprov.com
Pencangangan Kaltim Go Green Oleh Gubernur Kaltim I Kaltimprov.com
Hingga tahun 2000-an, Kaltim masih mabuk menikmati kejayaan aneka SDA yang dimilikinya. Namun tahun 2015 nampaknya telah memberikan pelajaran berharga dimana kehancuran harga komoditas pertambangan membuat pertumbuhan ekonomi Kaltim terjun bebas mendekati angka 0 %. Dan membuat postur APBD melorot Rp 1.7 Trilyun, ditambah lagi biaya tinggi yang harus dikeluarkan dari bencana alam akibat eksploitasi SDA tak terbarukan.

Kaltim dengan spirit barunya Kaltim Go Green, seolah telah memberikan dukungan terhadap pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan (EBT) di Kaltim khususnya, dengan terbitnya kebijakan moratorium izin pertambangan di dalam Perda 17/2015-nya dan mendukung proyek hutan energi, yang telah sukses di desa Suweto, Kecamatan Muara Samu, Kabupaten Paser.

Artinya, dari uraian diatas, yang ingin saya katakan, bahwa telah ada konsesusbersama mulai dari pemimpin dunia, negara hingga pemimpin daerah yang sejalan tentang pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia dalam konteks pemanfaatan sumber daya biomassa untuk elektrifikasi. 

Diperkirakan potensi energi biomassa di Indonesia setara dengan 49.8 GW. Namun lagi-lagi kenyataan yang kita terima pemanfaatannya baru mencapai sebagian kecil saja. Disinilah pangkal masalah bagi keseriusan pengembangan EBT itu.

Mengkajang merupakan potret wilayah Kaltim yang memiliki limpahan SDA yang memungkinkan untuk pemanfaatan energi baru terbarukan bagi listrik biomassa. Apalagi Mengakajang telah memiliki tehnologi pembangkit listrik biomassa sebesar 2x65 MW yang kapan saja ready.

Artinya, Mengkajang lebih beruntung jika dibandingkan dengan nasib penemuan-penemuan EBT seperti listrik pada pohon kedondong yang mana proses aplikasinya bisa memerlukan waktu lama bagi penciptaan sistem tehnologinya.

Pembangkit Tenaga Listrik Biomassa I duniaenergi.com
Pembangkit Tenaga Listrik Biomassa I duniaenergi.com
Namun kini, mimpi elektrifikasi yang ada di depan mata dan ditunggu Adi dan masyarakat desa Mengkajang masih 'tersandera' dengan operasional perusahaan Kertas Nusantara yang tak menentu dan tersendat dikarenakan masalah hukum dan internal perusahaan sendiri.

Ketergantungan ini menjadi sebuah ironi, dan tantangan bagi pemerintah terhadap konsesus-konsesus pemerintah yang dulu dibuat, terlebih program elektrifikasi35.000 MW yang dicanangkan Presiden RI, Jokowidodo. Dan Pekerjaan Rumah ini memang masih berada di domain Pemerintah untuk segera dipecahkan, mau dibawa kemana sih mimpi mereka pak? Karena mereka masih menunggu mimpi itu.

Pastinya 1500 kata dalam tulisan ini memang tidak akan cukup, dalam mengharapkan mimpi-mimpi mereka agar terwujud. Mimpi indah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Berau dan Kaltim yang akan menggeliat oleh dampak elektrifikasi yang sempurna di pelosok desa dengan menggunakan EBT Biomassa ramah lingkungan.

Dan saya juga percaya elektrifikasi tidak akan melulu berbicara pada dimensi ekonomi saja. Elektrifikasi juga akan memungkinkan untuk menembus pada dimensi pembentukan rasa nasionalisme anak bangsa, yang salah satunya akan selalu siap mendukung Timnas Sepakbola Indonesia dimana saja dan kapan saja bertanding. Walau hanya melalui siaran langsung di layar televisi, baik siang hari terlebih malam hari. Tanpa terhalang masalah elektrifikasi lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun