Mohon tunggu...
Santi Titik Lestari
Santi Titik Lestari Mohon Tunggu... Penulis - Mari menulis!!

Menulis untuk mengawetkan ide dan berbagi ....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Keluarga Harus Dikelola secara Profesional

20 Oktober 2019   23:32 Diperbarui: 21 Oktober 2019   00:01 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengamati dan memperhatikan kekhawatiran yang dialami para orang tua dalam mendidik anaknya pada zaman ini, yang katanya zaman Now, saya pikir sudah selayaknya artikel-artikel atau media informasi lainnya penunjang topik ini lebih diperbanyak. Setidaknya, bisa menolong mereka supaya memiliki wacana yang lebih mendalam dan bisa melihat berbagai situasi dalam sudut pandang yang tepat.Belum lama ini, saya menghadiri suatu seminar parenting bertajuk Tantangan Mengasuh Anak Usia Dini pada Zaman Now dengan narasumber Bapak Drs. Hasto Daryanto, M.PD.. Mendidik anak sekarang ini tidak sama dengan mendidik anak pada zaman dahulu. Salah satu contoh yang beliau utarakan begini: Jika pada zaman dahulu, anak dipenthelengi* (bahasa Jawa) saja sudah langsung takut dan mengurungkan niatnya jika ada keinginan untuk melakukan sesuatu. Namun, anak zaman sekarang dipenthelengi  sampai lama pun tidak "menangkap" apa maksudnya. Saya sempat tertawa meresponsnya, "Betul juga ya?" Hahaha .... Menurut saya, dalam mengasuh anak zaman Now, orang tua perlu menyadari bahwa kita tidak boleh menitikberatkan segala sesuatu kepada anak. Dalam artian, anak selalu kita tuntut untuk ini-itu atau harus menuruti keinginan kita. Mengasuh anak membutuhkan kerja sama orang tua dan anak. Bagaimana kerja sama ini bisa dilakukan?

1. Memahami Esensi dalam Mengasuh (Mendidik) Anak

Orang tua harus mengakui bahwa anak adalah anugerah dari Tuhan, yang harus kita rawat dan didik untuk menjadi pribadi yang berkenan di hadapan-Nya. Segala yang kita lakukan bagi anak sedapat mungkin ditujukan untuk menolong anak menjadi pribadi yang kelak (dalam sepanjang hidupnya) akan memuliakan Tuhan. Tentunya, dalam mewujudkan hal ini, orang tua perlu menjadi teladan, baik dalam perilaku, tutur kata, cara berpikir, cara berelasi, maupun menempatkan Tuhan dalam kehidupan mereka.

Saya pikir, ketika orang tua bisa menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya, anak akan melihat dan meniru hal-hal tersebut dalam kehidupannya. Salah satu cara mendidik yang tidak banyak kata dan biasanya manjur adalah dengan menjadi teladan yang hidup/nyata bagi anak-anak. Jadi, orang tua tidak melulu menuntut anak supaya begini begitu, tetapi orang tua harus menjadi teladan yang benar di mata anak-anak.

2. Memahami Ada Dua Kehidupan pada Zaman Now

Mau tidak mau, suka tidak suka, sadar tidak sadar, anak yang kita didik saat ini memiliki tantangan dari dua dunia -- dunia nyata dan dunia maya. Anak terlahir sudah langsung berinteraksi dengan banyak hal berbau teknologi. Bahkan, kita bisa mengetahui dari berbagai berita di televisi, surat kabar, media sosial, bahkan di obrolan masyarakat, banyak anak (bahkan balita) sudah begitu akrab dengan gadget (gawai). Tidak jarang juga, kita mendapati kasus-kasus buruk yang dialami oleh anak akibat dari penggunaan gawai yang tidak sewajarnya. Lantas, apakah bijak jika pada akhirnya, banyak orang tua menyalahkan Handphone (HP), internet, dan game online?

HP hanyalah alat. Jika ada dampak-dampak buruk yang dihasilkan dari sana dan anak yang menjadi korbannya, siapa yang patut disalahkan? Jawab sendiri ya! Sama halnya dengan paku. Paku juga hanya alat. Jika paku digunakan secara tepat, sesuai fungsinya, ya pasti akan sangat menolong. Namun, jika digunakan secara sembarangan, ya pasti akan melukai. Lalu, bagaimana kita menyikapinya?

Sebagai orang tua, kita selalu memberi pengertian, nasihat, arahan, bahkan cara-cara tertentu untuk bisa menolong anak hidup dengan baik di lingkungan masyarakat (dunia nyata). Bahkan, tidak jarang, keterampilan-keterampilan hidup yang dahulu kita terapkan dan akhirnya membawa hasil yang menyenangkan pun, akhirnya kita tanamkan juga kepada anak-anak supaya mereka bisa menerapkannya juga. Mari kita renungkan sejenak. Jika dalam kehidupan di dunia nyata saja kita mati-matian mendidik mereka, bagaimana dengan kehidupan mereka di dunia maya? Apakah kita akan menutup mata? Menganggap dunia maya itu tidak ada? Ah, tidak mungkin. Faktanya dunia maya pun sudah dilibatkan dalam berbagai aspek kehidupan saat ini, mulai dari pertemanan, pendidikan, perekonomian, bahkan keagamaan.

Harusnya sih, orang tua juga perlu memberikan keterampilan-keterampilan supaya anak bisa hidup di dunia maya dengan baik; tidak salah arah, tidak salah pilih pergaulan, menemukan komunitas yang baik, dan lain-lain. Namun, mirisnya, orang tua juga belum terlatih gimana ya hidup di dunia maya. Nah, inilah salah satu tantangan terbesarnya. Mau menuntun anak supaya bisa hidup di dunia maya dengan baik, tetapi orang tua sendiri masih meraba-raba menapaki kehidupan di dunia maya. Karena itu, menurut saya, orang tua juga harus belajar, banyak-banyak membaca, dan jangan segan untuk terus penasaran dengan perkembangan teknologi yang terjadi saat ini. Tidak harus semua hal tentang teknologi dipelajari, pasti kita akan "mblenger". Namun, setidaknya, orang tua harus tahu di mana saat ini anak-anak mereka sedang berada, pelajari prinsip-prinsipnya, dan harus tahu membuat batasan dalam dunia maya ini. Orang tua jangan kalah pintar dengan anak. Bagaimana akan bisa menuntun anak kalau orang tua gagap teknologi?

3. Memiliki Komunitas Sesama Orang Tua

Sering kali, kita akan kepayahan ketika mengasuh anak zaman Now seorang diri. Coba bayangkan, anak sudah hidup di dua dunia, kita sebagai orang tua masih harus terus belajar, teknologi makin berkembang pesat, belum lagi urusan yang lain-lain, bagaimana kita bisa maksimal dalam mengasuh anak? Karena itu, mari kita bergabung dalam komunitas sesama orang tua. Tidak perlu bingung-bingung mau gabung dengan orang tua yang mana, maksimalkan saja komunitas para orang tua atas nama sekolah atau komunitas para orang tua di sektor setempat, kalau perlu dengan sengaja membuat komunitas baru untuk menolong para orang tua bisa belajar bersama. Sekarang sudah ada grup chat, pakai saja itu untuk menolong kebutuhan mendesak ini.

Biasanya, jika kita bergabung dalam komunitas, kita akan sangat tertolong. Semua orang tua menghadapi tantangan yang sama dalam hal ini. Anak-anak yang kita didik sama-sama hidup di dua dunia. Karena itu, marilah kita bersama-sama saling menolong, saling belajar, dan saling berbagi kesaksian kalau-kalau ada yang menghadapi kasus serupa dan bisa mendapatkan solusi yang tepat. Kita memang bisa belajar sendirian, tetapi kita punya keterbatasan. Kalau ada dalam suatu komunitas, kita akan mendapatkan wacana dan pengalaman yang lebih luas dan nyata karena para orang tua akan menyampaikan berbagai pengalaman dan hasil pembelajaran dari banyak sudut pandang. Jika saat ini, Anda sudah tergabung dalam komunitas para orang tua, maksimalkan itu. Jika belum, bentuklah dan berbagilah di sana.

4. Memiliki Profesionalitas dalam Keluarga

Baik di dunia nyata maupun maya, para orang tua juga sering merasa khawatir terhadap anak-anaknya akan banyak hal. Kekhawatiran yang paling umum biasanya menyangkut pergaulan. Khawatir kalau anaknya ikut-ikutan bersikap tidak baik, terjerumus dalam pergaulan yang tidak sehat, cenderung ikut-ikutan teman-temannya yang nakal, dan hal-hal serupa lainnya. Sebenarnya, wajar sih jika orang tua memiliki kekhawatiran semacam ini, apalagi jika memang lingkungan tempat tinggalnya sudah tidak kondusif. Namun, lagi-lagi, kita jangan menyalahkan faktor-faktor eksternal. Kita harus lebih bijaksana melihat dan menyikapinya.

Mengasuh anak dibutuhkan kerja sama antara orang tua dan anak. Dalam hal ini, kita harus melihat secara lebih luas lagi dan mendalam. Kita harus bisa mengelola keluarga kita secara profesional. Bagaimana ini? Tidak dimungkiri, banyak aspek dalam kehidupan kita yang harus ditata. Mulai dari kehidupan rohani, pekerjaan, pertemanan, sikap, tutur kata, cara merespons, cara berpikir, cara bermedia sosial, menggunakan internet, sampai cara menyampaikan sesuatu yang tidak kita sukai. Semua hal ini perlu diajarkan dan diteladankan dengan tepat. Keluarga menjadi tempat utama untuk mengajarkan dan meneladankan semua hal ini. Jika hal-hal ini tidak dikelola secara profesional dalam keluarga, tentunya anak-anak tidak akan memiliki prinsip-prinsip yang benar dalam menerapkan hal-hal di atas.

Bahkan, kalau perlu, dalam keluarga perlu dibuat peraturan secara tertulis. Misal terkait berdoa bersama, aktivitas belajar, berbagi cerita dengan keluarga, cara menjawab/merespons/meminta maaf, berkonfrontasi secara sehat, dan seterusnya. Memang sih kesannya seperti ribet amat ya, tetapi ini bisa menolong. Keluarga yang dikelola secara profesional semacam ini bisa menolong anak-anak memiliki standar yang pasti dan jelas dalam menjalani hidup mereka. Jadi, ini akan meminimalkan hal-hal buruk seperti terpengaruh hal-hal negatif, terjerumus dalam pergaulan yang tidak sehat, bahkan ikut-ikutan dalam kegiatan yang melanggar aturan. Anak-anak yang sudah memiliki standar hidup yang jelas dan baik tidak akan mudah terpengaruh akan hal-hal yang bertentangan dengan standar/prinsip yang sudah dia dapatkan dari keluarga. Anak akan berpikir banyak kali untuk ikut-ikutan, bahkan cenderung untuk langsung menolak atau mundur perlahan-lahan.

Menurut saya, keluarga berperan sangat penting dalam mengasuh anak zaman Now. Berikan nilai-nilai yang tidak sekadar baik menurut standar kita, tetapi nilai-nilai berstandar kekekalan, yang menolong mereka tidak hanya menjadi pribadi yang bermartabat, tetapi menjadi pribadi yang memuliakan Tuhan. Jadi, bagaimana sekarang? Mau bekerja sama dengan anak? Mau ya! Terlebih bekerja sama dengan semua anggota keluarga dan para orang tua lainnya supaya kita bisa membawa generasi zaman Now ke arah yang benar, dan hidup mereka menjadi berguna bagi Tuhan, sesama, dan negara Indonesia (setidaknya).

*dipenthelengi: dipelototi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun